Semalam Di Medan


monumen guru patimpus

monumen guru patimpus

Tiga orang teman dari Malaysia yaitu Prof. Zulkifli, DR. Hasyim dan Ustadz Abdul Wahab sengaja datang ke Medan, akhir Mei kemarin. Agenda bertemu dengan Pak Din Syamsudin yang kebetulan akan menghadiri Ta’aruf pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara.

“Kalau boleh datang lah” tulis pak Wahab dalam SMS nya kepadaku. Pak Wahab tahu kalau aku berasal dari Medan meskipun kini tinggal di Batam. “Jadi boleh lah bawa kami” tulis pak Wahab lagi berbasa basi.

Malam itu kami menginap di Madani Hotel Medan, hotel ini terletak jalan Sisingamangaraja / Amaliun. Hotel Muslim pertama bintang empat di Medan dibawah manajemen syariah. Hotel yang terletak persis di depan Masjid Raya Al Ma’sum Medan ini mayoritas tamunya berasal dari Negara tetangga Malaysia.

Agaknya kedekatan antara Medan dengan Pulau Pinang Malaysia, hanya sekitar 25 menit dengan penerbangan low cost. Hotel Madani yang syariah dan terletak di tengah pusat kota ini benar-benar menjadi tempat alternative.

Terasa sekali suasa melayu di hotel itu, dari Sisha Lounge mengalunkan irama melayu. Bahkan tukang parkir semua berbicara dalam dialek melayu.

Guru Patimpus.

Guru Patimpus Sembiring Pelawi adalah orang yang dikenal sebagai pendiri Medan Sumatera Utara. Guru Patimpus lahir di Aji Jahe dataran tinggi Karo sekitar abad ke-16. Menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan dan mempunyai dua anak lelaki. Guru Patimpus adalah pemeluk Agama Islam yang taat.

Setelah menikah, Guru Patimpus dan istrinya membuka kawasan hutan antara Sungai Deli dengan Sungai Babura yang kemudian menjadi Kampung Medan dan tanggal kejadian itu 1 Juli 1590 adalah sebagai hari jadi kota Medan.

Malam itupun kami nikmati penganan yang seleranya tak jauh beda. Mungkin racikan bumbu yang terasa lebih legit. Di Pujasera terletak samping kiri Hotel Madani. Menyajikan aneka makanan nusantara.

Sembari bercerita tentang Medan Jus Martabe yang dipesan telah datang. Martabe adalah istilah yang di populerkan oleh almarhum Gubernur Raja Inal Siregar. Martabe singkatan dari Marsipature hutana be yang berarti Membenahi Kampungnya Sendiri itu menjadi nama minuman campuran buah Markisa dengan Terong Belanda.

Rasa khas campuran kedua buah yang memang khas Medan ini rupanya menjadi minuman kesukaan teman-teman dari Malaysia.

Perut kenyang kami beranjak ke Hotel, terngiang obrolan tentang masjid yang di bongkar paksa oleh oknum TNI . Begitupun Gubernur SUMUT non aktif yang sedang tersandung kasus korupsi, kini terbaring sakit.
Mungkin dulu, tak terpikir oleh Guru Patimpus kota Medan seperti sekarang ini, sehingga tak lah beliau atau juriatnya menyiapkan tanah untuk pemakamannya.

Hinggalah kehari ini tak jelas dimana kubur Guru Patimpus pendiri kota Medan itu. Ada yang mengatakan, kubur Guru Patimpus di Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang dan kubur itu diketemukan pada bulan Juli 2010 yang lalu , jadi setelah 420 tahun berlalu

Makam Tengku Amir Hamzah di Langkat


TUHANKU APATAH KEKAL?

Tuhanku , suka dan ria
gelak dan senyum
tepuk dan tari
semuanya lenyap, silam sekali.

Gelak bertukar duka
suka bersalinkan ratap
kasih beralih cinta
cinta membawa wangsangka…

Junjunganku apatah kekal
apatah tetap
apakah tak bersalin rupa
apatah baka sepanjang masa…

Bunga layu disinari matahari
makhluk berangkat menepati janji
hijau langit bertukar mendung
gelombang reda di tepi pantai.

Selangkan gagak beralih warna
semerbak cempaka sekali hilang
apatah lagi laguan kasih
hilang semata tiada ketara…

Tuhanku apatah kekal?

Sepenggal sajak karya pujangga Tengku Amir Hamzah, dari kumpulan sajak Buah Rindu.

Awal bulan Juni 2011 yang baru lalu berkesempatan mengunjungi Langkat Tanjung Pura. Mampir di Masjid Azizi yang cukup indah itu. Masih sempat ikut shalat Juhur disitu.

Berangkat dari Medan sekitar pukul 9 pagi, berdua dengan Irwan berkenderaaan melalui jalan perkebunan Kebun Lada Kabupaten Langkat. Kami lalui Kuala Begumit tempat wafatnya Tengku Amir Hamzah. Tengku Amir Hamzah, tidak hanya diakui menjadi penyair besar pada zaman Pujangga Baru, tetapi juga menjadi penyair yang diakui kemampuannya dalam bahasa Melayu-Indonesia hingga sekarang.

Di tangannya Bahasa Melayu mendapat suara dan lagu yang unik yang terus dihargai hingga zaman sekarang.

Tengku Amir Hamzah terbunuh dalam Revolusi Sosial Sumatera Timur yang melanda pesisir Sumatera bagian timur di awal-awal tahun Indonesia merdeka. Tengku Amir Hamzah dimakamkan di pemakaman Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.

Makam Bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) ini terawat dengan baik. Di batu nisannya tertulis

Biarlah daku tinggal disini.
Sentosa diriku di sunji sepi.
Tiada berharap tiada berminta.
Djauh dunia disisi dewa.


Masjid Azizi Tanjung Pura Langkat

Selalu bila ke Medan, sengaja mestilah aku harus mampirkan ke masjdi Azizi di Langkat Tanjung Pura yang megah itu untuk shalat, dan ziarah ke makam yang ada di lingkungan masjid.

Dari Medan ke Tanjung Pura sekitar 2 jam perjalanan, biasanya dari Langkat perjalanan kulanjutkan ke Besilam (Babussalam), sekitar 4 kilometer jauhnya, disitu terdapat tempat Tarekat yang cukup terkenal di Nusantara, Tarekat Naqsabandiyah namanya. Tuan Guru Syehk Abdul Wahab Rokan adalah pendirinya. Yang juga di panggil Tuan Guru Besilam.

Bagiku selain silaturrahim ke yang masih hidup, aku juga acap mengunjungi pusara ayahanda tercinta, yang dimakamkan sejak tahun 1959 yang lalu, di kompleks pemakaman Tuan Guru Besilam itu.

Ucapan Lebaran Idul Fitri 1431 H


UCAPAN LEBARAN UNTUK MELAYU NUSANTARA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Ayahnda. Ibunda. Kekanda. Adinda. Bapak.

Ibu Yang Kami Cintai:

Memasuki Bulan Syawal 1431 H, Bulan Fitri Kami Terkenang

Pada Petuah Orang-Orang Tua Dahulu


APA TANDA MELAYU JATI

DENDAM KESUMAT IA JAUHI

TULUS IHKLAS BERMURA HATI

KESALAHAN ORANG IA AMPUNI


Demikian Pula Dengan Kami & Keluarga

Dan Kamipun Menyampaikan Permohonan :

“Maaf Lahir Batin Atas Segala Kesalahan

Selama Ini, Taqabballahu minna Wa Minkum”

Imbalo Batam Indonesia



Melayu, Masihkah Identik Dengan Islam ?


Pak Arik dengan seperangkat alat musiknya , alat alat musik peninggalan atok yang masih terawat dengan baik, tetapi anak cucunya sudah tak berapa berminat lagi untuk menghapal lagu lagu melayu yang didendangkan oleh pak Arik

Pak Arik dengan seperangkat alat musiknya , alat alat musik peninggalan atok yang masih terawat dengan baik, tetapi anak cucunya sudah tak berapa berminat lagi untuk menghapal lagu lagu melayu yang didendangkan oleh pak Arik

Jadi juga mampir di Phuket, setelah kembali dari Kaw Thoung Myanmar yang rencana semula hendak tiga hari disana , karena aparat tak mengizinkan kami lebih dari 3 kilometer keluar dari kota, kami putuskan kembali saja ke Thailand.

Hari itu senin (1/3) selepas shalat Juhur jamak takdim kami berlepas dari Kaw Thoung menuju Ra Nong Thailand.  Dari Ra Nong menuju provinsi Phang Nga kami lalui dengan santai sembari menikmati pemandangan alam pantai timur Thailand.

Banyak kesan yang kami bawa dari Kaw Thoung (baca Kok Song), rencana bila nanti akan mengunjungi Myanmar sebaiknya melalui udara ke ibukota Rangon saja. Pernah juga aku ke Myanmar melalui perbatasan Mae Sai Chiang Rai Thailand Utara , kota yang terdekat dengan Mae Sai itu adalah Ta Chi Lek, disitu pun banyak muslim tetapi jarang terlihat hampir tidak ada yang mirip melayu, apalagi yang dapat berbahasa melayu, tidak seperti di Kok Song.

Ratusan kilometer dari Ra Nong menuju Phang Nga (baca pak nga) disepanjang jalan banyak kita jumpai masjid. Dan banyak penduduk disitu yang pandai berbahasa melayu, tak sulit untuk mendapatkan makanan halal disepanjang perjalanan yang di lalui.

Hari menjelang petang kami belum lagi masuk ke provinsi Phuket. Entah apa di sebut phuket, mungkin asal kata dari pukat yaitu sejenis alat penangkap ikan yang lumayan besar. Phuket adalah sebuah pulau terpisah dari tanah besar Thailand, dihubung dengan sebuah jembatan tak terasa seakan bersatu dengan tanah besar Thailand.

Indah memang saat itu melihat matahari hampir terbenam, masih jauh lagi kota Phuket, malam itu kami bermalam di Su  Rein. Di Guest Haouse teman di pinggir pantai Su Rein, sarapan pagi makan nasi krabu, hem lezat betul dengan campuran budu khas Thailand.

Pantai Rawai Phuket Thailand, suku laut yang dulu awal bermukim disitu kini terpinggirkan, di pinggir pantai itu berdiri ratusan gerai menjual souvenir , dimaksudkan untuk mereka tetapi tak satu pun dari gerai itu milik mereka

Pantai Rawai Phuket Thailand, suku laut yang dulu awal bermukim disitu kini terpinggirkan, di pinggir pantai itu berdiri ratusan gerai menjual souvenir , dimaksudkan untuk mereka tetapi tak satu pun dari gerai itu milik mereka

Rencana tempat yang akan kami kunjungi adalah Rawai , Rawai sama dengan Su Rein adalah pantai pantai yang ada di Phuket. Di Rawai di kampung di pinggir laut itu banyak di temui orang yang masih dapat berbahasa melayu.  Tetapi tak satu pun dari mereka yang ber agama Islam. Di Rawai mereka di panggil suku laut. Tak jauh berbeda dengan suku laut yang ada di kepulauan Riau di sekitaran Batam , kehidupan mereka pun hampir sama. Terpinggirkan dan tak terperhatikan.

Ketua suku Laut yang ada disitu bernama Arik berusia sekitar 65 tahun senang sekali dengan kedatangan kami, terutama aku yang dari Indonesia ” ma cag Indonesia kun Dio” ujar ku kepada pak Arik , pak Arik tersenyum, terlihat lesung pipit dipipi yang sudah mulai keriput itu.  “Tok kami sebut dulu dia orang dari Indonesia” jelas pak Arik. Tetapi pak Arik tak tahu Indonesia dari daerah mana. Pak Arik pun menjelaskan sewaktu kecil dulu dia di kampung Rawai itu tak ada orang selain kelompok dan keluarga mereka .Yang dia tahu tok nya ada yang bernama Berahim, Dolah,  Seman. sekarang pun ada pak Putih, ada mak Iyam, Timah.

Sewaktu ianya sekitar berusia 12 tahun mulai lah kampung mereka di datangi oleh orang asing, sejak itu mereka pun tak leluasa lagi untuk pergi ke pulau pulau sekitaran Rawai , pak Arik menunjukkan pulau pulau di depan pantai Rawai yang kini tak boleh mereka singgahi karena disana telah berdiri bungalow dan penginapan warga asing.

Pilihan Yang Pahit

Dia masih ingat bagaimana tok dan bapak nya berjuang untuk hidup dari intimidasi orang Siam, hanya ada dua pilihan bagi suku laut kala itu, masuk masjid mati ditenggelamkan atau nak masuk wat selamat.

Pak Arik tak tahu asal mereka, tetapi pak Arik adalah generasi ketiga yang tinggal di Rawai dan hanya generasi mereka lah yang masih dapat berbahasa melayu. Anak dan cucu nya langsung tak dapat lagi bercakap dengan bahasa melayu.

Tok Bomo

Hampir tak ada jedah pak Arik terus bercerita, tak terasa dua jam mendengar keluh kesahnya.  Aku dibawa kerumah nya dikenalkan dengan isterinya. Dirumah itu ada seperangkat alat musik untuk pertunjukan ronggeng melayu. Ada sebuah biola tua peninggalan atoknya ,  dan hanya pak Arik saja lah yang dapat memainkan alat musik itu dari sekian ribu komunitas suku laut yang ada disitu.

gambar pak Arik sewaktu muda

gambar pak Arik sewaktu muda

Dan pak Arik seorang pula yang masih hafal dengan jampi jampi untuk mengusir jin jahat. Itulah sebabnya pak Arik di panggil tok bomo. “Coba lah sebut rafal jampi untuk pengusir jin itu”  pinta kami. Pak Arik pun mengucapkan jampi nya sbb : “Assalamualaikum, Alaikumsalam, Lailaha …….. hai jin penunggu jangan engkau menggangu… kalau asalmu dari daun kembali ke daun asalmu dari air kembali ke air sasalmu dari pokok kembali ke pokok………… dan lain lain … ”  Dengan sembur sana sini serta menabur bertih biasan ya jin itu pun pulang ke tempat asalnya….. “Begitu pula jin yang masuk menggangu ke tubuh manusia”, jelas pak Arik kepada kami

Saat kami tanya tau tak arti Assalamualaikum dan La ilaha itu , pak Arik malah melihat ke wajah kami berganti ganti .

Pak Arik pun bercerita kalau saat dia kawin dulu di tabuh kompang dan ada silat sebagai pengiring pengantin. Kompang itu masih ada hingga kini , tetapi silat sudah tak ada lagi karena tak ada yang mengajari.

Pak Arik pun terkesima saat ku beritahukan bahwa semua jampi jampi dia itu ada belaka di tempat kami, tambah merapat lah pak Arik kepadaku karena akupun punya jampi yang lebih ampuh dari jampi pak Arik yang dapat mengusir seluruh setan jin jembalang yang ada di dunia ini. Aku berjanji dengan pak Arik satu waktu tidak dalam waktu yang lama akan datang kembali ke Rawai membawakan buku jampi jampi bukan saja untuk mengusir jin jembalang tetapi juga memberikan kunci surga kepada pak Arik.

Dari Mana Asal Mereka ?

Kalau di tilik dari kata Rawai  tempat tinggal suku laut yang ada di situ, tak membuat kerut kening, suku laut yang memang hidup di laut tahu belaka apa itu rawai , yaitu alat penangkap ikan dan mereka pun tinggal di pulau Phuket , berubah dari kata pukat, yang juga sejenis alat penangkap ikan.

Di  Phuket banyak pantai, selain Rawai Su Rein , ada lagi pantai Kamala disitu ada kampung yang bernama kubo Muslim maksudnya kubur orang muslim.

Satu lagi pantai yang menjadi andalan Phuket adalah Patong (Patung) Beach. Di Pantai Patung ini banyak terdapat anak suku laut yang menjadi pemandu olah raga pantai paragliding.

Phuket  Tahiland dengan Langkawai Malaysia tak jauh dari Lhok Semawe Aceh Indonesia, di sekitaran Phuket pun banyak pulau pulau yang orang disana menyebutnya Kok. Seperti Kok Lanta , dimana di daerah itu banyak penduduknya berbahasa melayu.

Selepas magrib hari berikutnya Phuket kami tinggalkan menuju Pulang, banyak yang masih tersisa kenangan dengan pak Arik belum sempat ku tuliskan, bagaimana dia menyanyikan lagu lagu melayu dengan biolanya, dengan suara tuanya , lagu itu sangat populer dinyanyikan puluhan tahun dulu nya di kota kami di Medan dan Deli Serdang , siapa yang tak ingat Mainang Pulau Kampai.  Serampang Dua Belas………. tetapi anak cucu pak Arik tak pandai lagi merapal jampi , tak pandai lagi bekecek melayu, tak pandai lagi main kompang. Yang lebih ironis lagi mereka masih menyebut suku laut orang melayu tetapi sudah tak mengenal Islam.

Daftar Klaim Negara Lain Atas Budaya Indonesia


tari-pendetdlm

Kasus Tari Pendet dari Bali membuat kita tersentak, beragam komentar tentang hal itu, Tari Pendet ini menambah artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain.

Berikut adalah daftar nya :

1. Batik dari Jawa oleh Adidas

2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia

5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia

7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda

8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda

9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda

10. Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing

11. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

12. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

13. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

14. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia

15. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia

16. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

17. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

18. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

19. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

20. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh    Oknum WN Perancis

21. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris

22. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia

23. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika

24. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd

25. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia

26. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda

27. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang

28. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia

29. Kain Ulos oleh Malaysia

30. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia

31. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia

32. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Kumpulan SMS Ramadhan


5EZLQAh4da

Sejak kemarin sms Ramadhan ramai dikirimkan. Dari sanak keluarga yang tak sempat datang berjabat tangan. Bermaaf maafan sebelum puasa sangat dianjurkan. Berharap bersih dari segala dosa dan kesalahan.

Sms dari sahabat dan handai tolan. Melalui facebook pun tak ketinggalan. Semua pada mengucapkan selamat Ramadhan. Mengharap ampunan dari segala kesalahan.

Sunda Galuh

Ci ibun nyalangkrung dina tungtung kastuba…daun na gugupayan mapagkeun kitirna kohkol…..bobot sapanon, parang sapakan tamada sadaya kalepatan simkuring neda pangapunteun lahir sinareng bathin……. MARHABAN YAA RAMADHAN……….

Yu Juminten & Mbah Marijan

Yu Juminten nggelar kloso.                                                                                                       Dodol kupat ngarep gapuro.                                                                                                     Nyuwun pangapunten mlebet wulan poso.                                                                         Ssedoyo lepat nyuwun pangapuro.

Mbah Marijan memanjat kelapa. Naik kuda di buntuti janda. Jangan heran di bulan puasa. Banyak makanan dijual untuk berbuka

Seperti Hati Seorang Bayi

Jika melihat diri hamba. Penuh dosa dan noda.

Rasa sak dan sangka. Rasa ragu dan curiga.

Ada janji tak tuntas.  Ada sikap tak pantas.

Ada lisan tak jelas Ada langkah tak lepas

Ada kata tak b’urut. Ada tingkah tak patut.

Ada salah tak luput.  Ada kurang tak surut

Dari hati yang suci Seperti hati seorang bayi                                                                      Ramadhan jadi saksi Ampun dan maaf mohon diberi

Sekapur Sirih Mohon Dimaafkan

Sekapur sirih berulam pinang                                                                                                   Siap di saji sebagai hidangan                                                                                                      Bulan Ramadhan sudah menjelang                                                                                         Silap dan salah mohon dimaafkan

Sakban dan Ramadhan

Dalam kerendahan hati  Ada ketinggian budi                                                                     Dalam kemiskinan harta Ada kekayaan jiwa.

Seiring terbenam mentari diakhir syakban                                                                         Tibalah kini bulan Ramadhan                                                                                                    Pesan ini sebagai ganti jabat tangan                                                                                       Tuk memohonkan maaf dari kekhilafan.

WS Rendra (Wahyu Sulaeman Rendra) Selamat Jalan


Innalillahi wainnailahirojiun.

Semoga beliau diampuni semua kekhilafannya, diterima semua amal ibadahnya, diterima iman dan Islamnya dan dijadikan ahli surga-Nya.

Amien. Sudah sepantasnya negara memberikan penghargaan yang layak bagi beliau.  Seorang seniman yang konsisten,jujur dan sederhana.

Banyak sekali ucapan duka, komentar , rasa kelihangan dengan meninggalnya WS Rendra, Penyair , Budayawan dan entah apalagi nama dan julukan yang di berikan kepadanya, pria 73 tahun ini menghembuskan nafas terakhirnya tadi malam (Kamis , 6/8) sekitar pukul 22.oo wibb .

Di akhir -akhir hayat nya pun beliau masih sempat memuji khaliq nya dengan puisi. Dan yang lebih mengagumkan lagi kalau Allah menghendaki memberikan hidayah kepada makhluk nya, sebagaimana  WS Rendra yang dahulu nya   non muslim dan beberapa agama pernah dianut nya ternyata beliau tertarik Agama Islam di negeri Paman Sam :

Sejak kapan Anda tertarik dengan agama Islam?

Sejak saya belajar drama di Amerika Serikat. Saya mengenal agama Islam pada awalnya dari leaflet yang dibagi-bagikan oleh orang-orang black Moslem. Saat itu saya baca surah Al-Ikhlas yang menggetarkan hati saya secara teologis. Iman saya terguncang saat membaca surah tersebut. Kegelisahan saya memuncak apalagi setelah saya membaca surah lainnya seperti surah Al-Ma’un.

Banyak tulisan tentang WS Rendra ( Willibrordus Surendra Broto Rendra), demikian nama panjang almarhum yang selalu di ulang ulang oleh detik.com padahal nama itu telah berubah sejak beliau memeluk Islam Daftar Riwayat WS Rendra sbb :

Nama                      : WS Rendra
Nama Lengkap    : Wahyu Sulaeman Surendra Broto Rendra
Tarikh Lahir         : Solo, 7 Nopember 1935
Agama                    : Islam
Isteri                       : Ken Zuraida

Pendidikan:
– SD, SMP, SMA St. Josef, Solo
– Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
– American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)

Karya-Karya
Drama:
– Orang-orang di Tikungan Jalan
– SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor
– Oedipus Rex
– Kasidah Barzanji
– Perang Troya tidak Akan Meletus
– dll

Sajak/Puisi:
– Jangan Takut Ibu
– Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
– Empat Kumpulan Sajak
– Rick dari Corona
– Potret Pembangunan Dalam Puisi
– Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
– Pesan Pencopet kepada Pacarnya
– Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
– Perjuangan Suku Naga
– Blues untuk Bonnie
– Pamphleten van een Dichter
– State of Emergency
– Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
– Mencari Bapak
– Rumpun Alang-alang
– Surat Cinta
– dll

Kegiatan Lain:
Anggota Persilatan PGB Bangau Putih

Penghargaan:
– Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
– Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
– Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)

Biodata:
W.S Rendra dilahirkan di Solo, 7 November 1935 dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra. Setelah menjadi muslim namanya menjadi Wahyu Sulaeman Broto Rendra. Ia mendapat pendidikan di Jurusan Sastera Barat Fakultas Sastra UGM (tidak tamat), kemudian memperdalam pengetahuan mengenai drama dan teater di American Academy of Dramatical Arts, Amerika Syarikat (1964-1967).

Sekembali dari Amerika, Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan sekaligus menjadi pemimpinnya. Tahun 1971 dan 1979 dia membacakan sajak-sajaknya di Festival Penyair International di Rotterdam.

Pada tahun 1985 mengikuti Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman. Kumpulan puisinya; Ballada Orang-orang Tercinta (1956), 4 Kumpulan Sajak (1961), Blues Untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1980), Disebabkan Oleh Angin (1993), Orang-orang Rangkasbitung (1993) dan Perjalanan Aminah (1997). */kpo

“JIKA ada agama yang sanggup memberikan kepuasan intelektual dan spiritual kepada saya, agama itu adalah agama Islam. Saya berani mengatakan demikian karena saya punya pengalaman memeluk banyak agama dan bahkan pernah tidak beragama, dalam pengertian hanya percaya pada adanya Tuhan Yang Mahakuasa!” ujar penyair Rendra, Senin malam (17/9) membuka percakapannya dengan penulis di Hotel Setiabudi, Jln. Setiabudhi Bandung.

Malam itu Rendra yang terlahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra tampak berseri-seri, sehat, dan awet muda. Daya humornya cukup tinggi. Ia datang ke Bandung atas undangan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung bekerja sama dengan HU Pikiran Rakyat Bandung untuk sebuah acara diskusi dan baca puisi, yang digelar Selasa pagi (18/9) di universitas tersebut.

“Islam itu agama yang sempurna. Secara teologis kepuasaan saya terhadap agama Islam itu; saya temukan dalam surah Al-Ikhlas.

Apa sebab saya berkata demikian? Sebab hanya agama Islamlah yang dengan tegas mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Keyakinan saya tentang ini tidak bisa ditawar lagi. Saya ikhlas memeluk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah, rahmat, dan karunia-Nya kepada saya untuk memeluk agama Islam,” tutur Rendra, yang pada bulan Oktober 2007 mendatang bakal menerima gelar doktor honoris causa (HC) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk bidang sastra.

Menyinggung soal sastra, dalam hal ini kesusastraan, Rendra mengatakan bahwa kesusastraan adalah ekspresi yang mengungkapkan rahasia liku-liku pikiran, batin, dan naluri manusia. Sejak Solon berkuasa di Athena, beberapa abad sebelum Tarikh Masehi, orang Yunani purba menganggap bahwa menguasai pemahaman kesusastraan berarti memiliki keunggulan pemahaman manusia di dalam percaturan kepentingan dengan bangsa-bangsa lain.

“Kesadaran pendidikan bangsa seperti itu diadopsi oleh orang-orang Romawi dan seterusnya oleh orang-orang Eropa di zaman awal pembentukan kerajaan-kerajaan di Eropa. Bahkan, sampai saat ini dalam sistem pendidikan Liberal Arts di dunia Anglo Saxon, kesusastraan menjadi inti mata pelajaran,” jelas penulis lakon “Panembahan Reso,” sebuah lakon drama yang berbicara tentang suksesi kekuasaan. Lakon ini pada zaman Orde Baru nyaris tidak mendapat izin untuk dipentaskan, karena dinilai menyinggung kekuasaan Presiden Soeharto, yang tumbang oleh gerakan reformasi pada tahun 1998 lalu.

Di Tiongkok, kata Rendra lebih lanjut, sejak zaman dinasti Han di abad kedua sebelum Tarikh Masehi, kesusastraan menjadi sumber pengetahuan bangsa yang utama. Recruitment untuk birokrasi kerajaan diselenggarakan melewati ujian pengetahuan para calon dalam bidang kesusastraan. Kemudian tradisi ini diadopsi oleh Jepang dan Korea sejak zaman purba.

“Nah, bangsa-bangsa yang mengalami pendidikan kesusasteraan di dalam pendidikan formal dan elementer, ternyata selalu unggul di dalam percaturan kepentingan di dunia. Bangsa kita memang sudah mampu melahirkan karya sastra tulis yang unggul sejak abad ke-10 Masehi. Berarti lebih dulu dari beberapa bangsa di Eropa. Sayangnya, pendekatan pemahaman ilmiah-analitis terhadap karya-karya kesusastraan terlambat dikenal oleh bangsa kita. Sedangkan transfer budaya pemahaman karya sastra secara modern itu terbata-bata, karena sistem penjajahan. Bangsa kita dijajah oleh pemerintah Hindia Belanda yang tidak peduli mendirikan pendidikan tinggi untuk ilmu sastra. Apa sebab? Karena mereka takut bangsa yang tengah dijajahnya itu menjadi bangsa yang pintar dalam berbagai bidang kehidupan,” jelas Rendra yang pada 1964-1967 tinggal di Amerika Serikat untuk belajar di American Academy of Dramatical Arts di New York, sebuah sekolah drama terkenal hingga kini.

Sepulangnya dari Amerika Serikat, Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Kelompok teater yang dikelolanya ini menjadi terkenal di Indonesia dan bahkan ke mancanegara, karena apa yang dikreasinya pada saat itu memunculkan idiom-idiom baru seperti yang diperlihatkannya dalam pertunjukan teater “Bip-Bop” yang menggemparkan di awal tahun 1970-an.

Di bawah ini petikan percakapan “PR” dengan Rendra, baik mengenai ketertarikannya terhadap agama Islam, sastra, maupun pendidikan seni. Selain itu, saat ini ia telah menyiapkan kumpulan puisi terbarunya yang diberi judul “Penabur Benih”.

Sejak kapan Anda tertarik dengan agama Islam?

Sejak saya belajar drama di Amerika Serikat. Saya mengenal agama Islam pada awalnya dari leaflet yang dibagi-bagikan oleh orang-orang black Moslem. Saat itu saya baca surah Al-Ikhlas yang menggetarkan hati saya secara teologis. Iman saya terguncang saat membaca surah tersebut. Kegelisahan saya memuncak apalagi setelah saya membaca surah lainnya seperti surah Al-Ma’un.

Surah Al-Ma’un?

Ya. Surah ini sungguh luar biasa, tidak hanya mengungkap soal hubungan manusia dengan Tuhannya yang diekspresikan dalam ibadah salat, tetapi juga berbicara soal pentingnya memerhatikan anak-anak yatim dan orang miskin. Orang yang salat pun akan celaka bukan hanya karena ia lalai dengan salatnya, tetapi juga karena ia menghardik anak yatim dan melupakan orang-orang miskin.

Dalam konteks yang demikian itu manusia tidak hanya membangun hubungan dirinya dengan Tuhannya, tetapi juga dengan sesama manusia.

Tentu saja surah-surah yang saya baca itu bukan dalam huruf Arab, tetapi dalam terjemahan bahasa Inggris. Dengan adanya keyakinan bahwa Allah SWT itu Esa, sebagaimana yang diungkap dalam surah Al-Ikhlas, seketika itu saya meragukan agama yang saya anut dan memang sejak kanak-kanak saya sudah meragukan agama yang saya anut. Jadi, dengan keraguan semacam itu sesungguhnya saya tidak beragama, namun demikian saya tetap yakin akan adanya Tuhan Yang Mahakuasa. Itulah yang saya maksud dengan tidak beragama itu, sebelum saya memeluk Islam, meski getarnya sudah mengguncang hati saya. Dalam keadaan kekosongan spiritual itulah saya masih sempat memeluk agama lainnya di luar agama Islam dan Kristen Katolik. Saya pernah memeluk agama Hindu dan Buddha, tetapi batin saya tetap resah, tidak terpuaskan.

Begitu saya mantap dengan Islam, alhamdulillah jiwa saya semakin tenang. Dalam konteks inilah saya menemukan kepuasaan baik secara intelektual maupun secara spiritual.

Surah lainnya yang menggetarkan Anda ketika di Amerika, surah apa?

Surah Al-‘Asr, surah ke-103. Dalam surah tersebut kita dihadapkan pada soal pengelolaan waktu. Orang-orang yang merugi adalah orang yang tidak bisa mengelola waktu dalam hidupnya di jalan kebaikan. Jalan kebaikan saja tidak cukup. Ia ternyata harus beriman, beramal saleh, mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Jadi, lewat surah-surah yang saya sebutkan tadi, sekali lagi saya tegaskan bahwa Islam datang kepada saya lewat pemahaman intelektual dan spiritual.

Pertanyaan-pertanyaan filsafat yang saya ajukan selama ini terjawab sudah. Subhanallah, saya tidak menyangka bisa sampai pada kenikmatan hidup seperti sekarang ini. Sekarang masalahnya adalah tinggal bagaimana saya mengucap rasa syukur saya kepada Allah SWT. Ini persoalan lainnya yang harus saya aktualisasikan.

Apakah kegelisahan semacam itu terekspresikan dalam karya sastra yang Anda tulis?

Ya. Pengembaraan intelektual dan spiritual yang saya rasakan hingga saya puas dengan agama Islam itu, saya ekspresikan dalam sebuah puisi yang saya beri judul “Suto Mencari Bapa”. Puisi itu merupakan biografi saya. Dalam larik penutup puisi tersebut saya cantumkan surah Al-Ikhlas.

Lepas dari soal agama Islam. Apa yang Anda lihat atas menurunnya minat masyarakat dalam memperdalam seni tradisional di perguruan-perguruan tinggi seni saat ini?

Dari sisi ekonomi hal itu sangat mudah kita lihat. Sekolah tinggi seni kita hingga saat ini, diakui atau tidak, belum bisa menghasilkan uang. Artinya, bila seseorang lulus sekolah teater atau tari, ketika terjun ke lapangan ia belum bisa mendayagunakan apa yang dikuasainya itu bisa jadi uang. Biaya produksi itu lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan dari pementasan.

Nah, berkait dengan itu ada baiknya sekolah-sekolah tinggi seni tersebut bila ingin tetap diminati masyarakat — maka pemerintah harus menggratiskan pendidikan seni bagi masyarakat yang meminatinya. Bahkan, kalau mungkin kasih beasiswa hingga melanjutkan ke jenjang lebih tinggi bila orang yang berminat memperdalam pendidikan seni tersebut hingga ke luar negeri. Bengkel Teater tidak memungut biaya sepeser pun bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu teater di Bengkel Teater. Seharusnya sekolah tinggi seni itu seperti itu.

Selain itu, tentu saja dewasa ini tantangan di dunia hiburan cukup beragam, ketat, dan masing-masing memperlihatkan daya pesonanya. Orang menggeluti seni tradisi dengan demikian harus mampu melahirkan konsep-konsep seni baru sehingga apa yang dikreasinya itu bisa tetap menawarkan daya pesona untuk diapresiasi. Di Jawa misalnya saat ini, apa yang dikreasi oleh Slamet Gendono dengan pertunjukan wayang suket itu, merupakan hasil dari daya kreasi Jawa Baru. Jadi, daya kreatif semacam itulah yang dibutuhkan saat ini agar orang-orang tetap tertarik dengan seni tradisi yang terus memperbarui darinya dari zaman ke zaman. (Soni Farid Maulana)***

Selamat jalan menemui khaliq mu semoga Allah mengampuni dosa dosa mu, menerima amal-amal mu selama di dunia, dan menerima mu di sisi NYA. Amien ya Rabbal Alamin……………………

Saus Tomat Sambal Ala Bistro Godiva Batam


Bistro Godiva di Mega Mall Batam Center, tak hanya menjual dan menyugukan kopi tetapi juga menjual makanan cepat saji, ada bakso dan makanan lain yang memerlukan tambahan saus disitu, mungkin agar lebih kreatif sang manajer yang masih muda yang mengelola Bistro  Godiva itu membuang lebel saus tomat dan saus Cabe dari botol saus yang sebenarnya yaitu INDOFOOD.

Padahal perbuatan itu dilarang oleh Undang-Undang lho. Label INDOFOOD dirubah menjadi label Bistro Godiva, tidak dari segi perlindungan konsumen saja, dari segi Hak Cipta pun Bistro Godiva ini telah melanggar aturan.

Masih memakai botol Produk INDOFOOD, sambal dan saus tomat itu di beli dalam parti besar kemudian dimasukkan kembali ke dalam botol yang berlogo INDOFOOD, proses refill seperti itu juga dilaksnakan oleh produk kecap cap prenjak produksi Tanjung Pinang, botol yang mereka pakai adalah botol bekas minuman TIGER.

Stiker yang di tempel di lebel botol INDOFOOD itu menurut sang manajer  sudah mendapat izin dari distributor yang ada di Batam. Sayang nya sang manajer  yang kami temui tak dapat menunjukkan bukti ada surat tertulis antara Bistro Godiva dengan INDOFOOD, “hanya persetujuan lisan saja” ujar sang manajer .

Bagaimana INDOFOOD ?

Ini lah tampang sang manajer Bistro Godiva itu.

Restoran Yang Mencantumkan Logo Halal Tapi Tak Punya Sertifikat Halal


Berani-berani mencantumkan logo halal, tapi tak mempunyai sertifikat halal, hati2 lho bisa kena denda 5 miliar rupiah atau kurungan 2 tahun penjara, itu melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999 pasal 8 item h.

Buat Iklan berbuka bersama di koran mencantumkan logo halal, tetapi tak berproduksi secara halal, namanya mengelabui masyarakat. hukuman nya miliaran rupiah.

Marak iklan berbuka bersama di restoran dan hotel-hotel berbintang. tetapi restoran dan hotel itu tak mempunyai sertifikat halal, hanya 3 hotel di Batam yang mempunyai sertifikat Halal, yaitu Hotel Haji , Hotel Nagoya Plaza, Hotel Virgo. lainnya diragukan kehalalan nya , tetapi ramai lho orang muslim yang makan dan berbuka disitu, pak haj, dan buk haji yang pagi nya berpuasa makan enak disitu.

 

 

Ainur Rafiq Menghadap Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam


Masih ingat Ainur Rafiq, Di Pulau Kubung Dah Ada Dai pria asal Bawean yang kini bermukim di Pulau Kubung Desa Ngenang Kecamatan Nongsa Kota Batam Kepulauan Riau. Setelah tidak lagi menjaga tempat pemotongan babi yang berada di pulau Kubung itu, Rafiq kini bertugas menjadi Dai, untuk warga muslim yang hanya 7 KK di Pulau yang tak jauh dari Pulau Batam.  

 

Pulau Kubung, tempat pemukiman suku laut, orang sampan sebagian orang menyebutnya demikian, di huni lebih 50 KK , ada gereja besar disitu, ada sekolah negeri kelas jauh, tapi tak ada mushalla.Ainur Rafiq Penjaga Rumah Pemotongan Babi

 

Mushalla itu lah yang dilaporkan oleh Rafiq ke Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam Datuk Imran AZ, ”ade kan orang melayu tak boleh dan tak dapat nak mendirikan mushalla di tanah melayu” .Melayu itu identik dengan Islam, karena di Pulau itu mayoritas non muslim, kalau di runut-runut ke belakang orang suku laut itu bukan orang tak beragama, hampir 400 tahun yang lalu saat raja Johor berkuasa disitu lah asal mereka lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Laut

 

Nenek moyang suku laut itu adalah Islam, itu yang sebagian mereka tak tahu, ramai nya bantuan dari orang – orang misionaris terutama dari Singapura dan Korea, lemahnya iman mereka karena selama ini tak ada Dai yang mampir dan datang kesana, sulit nya ekonomi mereka membuat mereka seperti itu.

 

Ainur Rafiq bercerita kepada Datuk Imran AZ, sekarang dah ada tiang penyanggah untuk mendirikan Mushalla, tidak di darat tapi di atas laut, dibeli seharga 3 juta, Mushalla belum dapat di tempati, rencana semula di bulan Ramadhan ni nak sholat taraweh disitu, ”Insyaallah pertengahan ramadhan ni dah boleh dipakai untuk sholat taraweh ” ujar Rafiq .

 

Perlu tambahan biaya lagi untuk dapat dipergunakan, ”Meskipun belum dapat ditempati untuk shalat, tetapi disitu dah bermukim sepasang suami isteri yang baru memeluk agama Islam,” kata Rafiq lagi sebelum ramadhan mereka dinikah masalkan di Batam.

 

Jadi bertambahlah penduduk pulau Kubung yang muslim, Datuk Imran AZ berjanji, akan mencarikan tapak untuk mushalla di darat, Ateng yang menguasai seluruh lokasi tanah di pulau itu, telah dihubungi.

 

Habis lebaran katanya beliau akan kesana, kemana lagi nak mengadu kalau bukan ke ketua LAM, Aneh bin ajaib, di tanah melayu tak boleh nak buat mushalla, nak minta SKB dua menteri konon