Sebut HAMAS Bentukan Israel, Syafi’I Ma’arif Dinilai Intelektual Yang Menyesatkan


syafii m,Akh pak Syafi’i ini. Aku juga kurang yakin kali ini dengan pernyataannya.

Penulis buku “Hamas, Kenapa Dibenci Israel?” Tiar Anwar Bachtiar menilai pernyataan pendiri Maarif Institute, Prof Dr Ahmad Syafi’I Ma’arif yang mengatakan Gerakan Perlawanan Islam/Harakah Muqawamah Al-Islamiyyah (HAMAS) dibuat zionis-israel adalah pernyataan sesat dan menyesatkan.

“Ungkapan Syafii Maarif jelas sesat dan menyesatkan,” demikian ujar Tiar Anwar Bachtiar dalam rilisnya yang disampaikan hidayatullah.com, Kamis (26/03/2015).

Sebelum ini, dalam wawancara dengan Karni Ilyas di acara Indonesia Lawyer Club [ILC] TV One, Selasa, 24 Maret 2015 bertema “ISIS MENGANCAM KITA?”, Syafi’I Ma’arif sempat mengatakan, HAMAS dibuat oleh penjajah Israel.

“Dan harus ingat, siapa dulu yang menciptakan HAMAS untuk melumpuhkan Yasser Arafat dan Fatah, itu kan israel juga. Jadi walaupun kadang-kadang kita tidak mau dengar teori konspirasi, tapi ini ada buktinya itu, bahwa Hamas itu diinisiatifi oleh israel. Kemudian berubah menjadi lawannya. Ini karena orang Islam itu tidak mengerti peta. Mereka mau jihad mau mati, karena mereka ini melihat dunia ini sudah sangat zalim, “ demikian ujar Syafi’I Ma’arif kala itu.

Menurut Tiar Anwar Bahtiar, informasi Hamas dibuat oleh israel itu adalah sumber en.wikipedia.com. Disitu memang disinggung bahwa sebelum Hamas berdiri,  israel memanfaatkan para Islamis untuk menghadapi PLO.

Terkait kontak antara israel dengan kelompok yang mereka sebut Islamis dalam politik adalah itu biasa,  membenturkan pihak yang bersebarangan untuk melemahkan semua musuh. Masalahnya, kurang tepat bila kemudian HAMAS disebut bentukan israel, ujar Tiar.

“Ini kesimpulan terburu-buru, apaalagi datang dari intelektual yang mengerti bagaimana memverifikasi data sejarah. Sebab,  fakta bahwa siapa yang mendirikan Hamas dan bagaimana sikapnya terhadap israel sangat mudah ditemukan dimana-mana, “ujarnya.

Menurut Tiar Anwar Bahtiar, para aktivis pendiri HAMAS seperti Syeikh Ahmad Yasin dll,  adalah orang yang sejak awal dikenal sangat anti-israel. Ia berjuang sejak lama sebelum HAMAS berdiri hanya untuk melawan hegemoni israel di Palestina.

Intifadhah 1987 adalah bukti bagaimana sikap Syeikh Yassin terhadap israel. Setelah HAMAS berdiri pun sikap anti-israel tidak pernah berubah. Bahkan perlawanan terhadap HAMAS selalu menjadi bagian kampanye calon-calon penguasa di israel.

“Kalau memang dia bentukan israel,  kenapa tidak pernah ditemukan bukti sejarah sepenggal-pun sikap HAMAS yang melunak terhadap Israel”, ujar peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ini.

Karena itu, ia meminta masyarakat, khususnya umat Islam berhati-hati terhadap pernyataan-pernyataan kaum intelektual tapi pendapatnya menyesatkan umat.*

Rep: Panji Islam

Info Halal : Selanjutnya Terserah Anda


Makanan halal menjadi tidak halal, ada beberapa faktor penyebabnya. Seperti masakan laut (seafood) misalnya, makanan yang sangat banyak penggemarnya ini, menjadi tidak halal apabila bumbu masak nya terbuat dari yang tidak halal.

Hampir semua masakan laut menggunakan saus, tidak afdol masakan itu tanpa saus. Apa lacur kalau saus digunakan dari barang yang tidak mempunyai sertifikat Halal?.
Seperti penuturan Herman (65) : “Kalau kami ganti sausnya dengan yang lain, langganan kami sudah terbiasa dengan saus yang itu” Ujar Herman pengelola Restoran Dju Dju Baru, sembari mengangkat sebuah botol tanpa label, berisi cairan bening dan kental.
Restoran Dju Dju Baru berada di seputaran Nagoya, Buletin Jumat (BJ) berkunjung ke Restoran itu kemarin, selasa (26/02). Adalah Ibu Yanti dari Telaga Punggur bertanya kepa da BJ tentang ke-halalan masa kan di Restoran itu.
“Restoran ini sudah 18 tahun, sejak kami dibelakang Hotel Harmoni” ujar Herman. “Tidak ada masaalah, tanpa sertifikat halal, langganan kami tetap ramai” Tambahnya lagi.
“Kalau ada sertifikat Halal, nanti kami tak boleh jual Beer, tak boleh ini tak boleh itu, banyak aturan” Jelasnya lagi. Herman pun menjelaskan kalau Restorannya tidak menjual Daging Babi. “Yang Jual Babi di Restoran Dju Dju satu lagi.” Ujar Herman.
Tidak berapa jauh dari Restoran Dju Dju Baru, persis disamping Hotel Dju Dju ada sebuah Restoran bernama Dju Dju, tanpa kata Baru, pengelola nya masih kerabat Herman.

Haram bukan karena unsur babi saja

Jadi, menurut sebagian orang, Halal itu cukup tidak ada babi. Sebagaimana pernyataan Herman. Menurut Herman tetamunya yang dari luar negeri selalu minta Beer, itulah sebab nya Restoran menyediakan minuman beralkohol itu.
Kalau tetamu dari dalam, jarang yang minta Beer. “Banyak juga tamu dari orang pemerintahan.” Ujar Herman lagi sambil terse nyum. Bahkan mantan orang nomor satu di Kepri ini pun acap makan di Restoran itu.
Semua mereka Muslim. “Kalau mereka datang lantai dua itu penuh, muat 50 orang” ujar Herman , matanya menga rah ke lantai dua Restoran itu.

Tidak Melanggar UU Perlindungan Konsumen

Kita tidak bisa memaksa Herman harus mengurus serti fikat Halal untuk Restorannya, tanpa itu pun pengunjung tak henti-hentinya berdatangan. Herman pun tak henti-henti nya menerima pembayaran uang dari pembeli selama kami berbincang.
“Sabar ya pak, Sabar ya pak, jangan tulis seperti itu. Nanti terdengar kasar, agak lembut sedikit.” ujar Herman kepada BJ. Sesaat BJ hendak meninggalkan Restoran itu.
Apa yang dikatakan Herman adalah benar, disisi Undang Un dang Perlindungan Konsumen, karena Restoran Dju Dju Baru tidak melanggar Undang-Undang. Herman tidak menyata kan Halal Restorannya :”Terse rah mau makan disini atau tidak, karena saya akan tetap menjual Beer dan menggunakan saus dan bumbu yang sama”.
Jadi terpulanglah kepada kita sebagai Muslim, peminat makanan laut yang masih peduli dengan halal dan haram. Kami anjurkan belilah dan konsumsilah makanan di tempat yang sudah berser tifikat Halal.

Peristiwa Berdarah Tak Bai Thailand Delapan Tahun Lalu


Peristiwa Berdarah Tak Bai


Tak Bai adalah nama salah satu tempat di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan. Sama dengan Provinsi Yala, Patani dan juga Songkla, daerah ini dulu adalah kerajaan Islam Patani, sebelum di obok-obok oleh Inggris.

Patani termasuk kerajaan Islam terkemuka di Nusantara, sebagian daerah takluknya dibagi pula oleh Inggris kepada Malaysia. Hinggalah kerajaan Islam yang cukup termasyhur itu hilang dari muka bumi. Hingga sekarang rakyat Patani, tetap menuntut kemerdekaan, lebih seratus tahun mereka menuntut haknya kembali, sudah puluhan ribu nyawa terkorban untuk hal itu.

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Empat daerah yang dianeksasi oleh Kerajaan Siam yang mayoritas Budha, hingga kehari ini terus bergolak. Empat daerah konflik ini pula mayoritas penduduknya beragama Islam dan berbahasa melayu. Dari segi agama, bahasa, tulisan dan adat istiadat, sungguh sangat jauh berbeda. Pemaksaan tidak secara langsung itulah yang kerap dan acap terjadi.

Tak Bai Narathiwat Thailand, daerah ini berbatasan langsung dengan Kelantan Malaysia, budaya dan bahasanya sama, karena mereka memang dulunya bersaudara, hanya sungai golok yang tak seberapa lebar itu saja yang memisahkan kedua Daerah dan Negara ini.

Delapan tahun yang lalu tepat nya 24 Oktober 2004 terjadi suatu peristiwa yang sangat menyayat hati. Umat Islam yang saat itu sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dibantai dengan bengis dan sadis oleh tentara Siam Thailand. Tak Bai yang terletak di pinggir salah satu pantai itu dipenuhi genangan darah dan tumpukan mayat.

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan - jalan

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan – jalan

Mayat yang mati lemas karena ditumpuk bertindih tindih , dan dilemparkan begitu saja ke dalam truck, menurut laporan resmi pemerintah Thailand sekitar 85 orang yang mati saat itu. Tetapi orang kampong bilang jauh lebih banyak dari pada itu.

Tak Bai delapan tahun yang lalu disaat itu bulan Ramadhan, ditengah panas terik mereka dijejerkan dan dibaringkan di pinggir pantai di jalan dan pasir yang panas, diseret dan dilemparkan kedalam truck untuk dijebloskan ke tahanan. Hampir ribuan jumlahnya.

Oktober 2012 yang lalu Buletin Jumat (BJ) berkesempatan mengunjungi Tak Bai, dari Hadyai menuju Narathiwat , mampir beberapa jam di Patani. Sekatan jalan raya dari tumpukan pasir dan gulungan kawat berduri, nyaris terlihat disemua persimpangan. Disamping dipersimpangan jalan, jarak-jarak beberapa kilometer tentara Siam dengan senjata laras panjang terhunus, memeriksa semua kenderaan yang lalu llang dan memeriksa seluruh penumpangnya tanpa terkecuali.

Apalagi menjelang tanggal 24 Oktober 2012 itu, penjagaan semakin diperketat. Memasuki daerah Tak Bai, sepeda motor yang masuk keluar daerah itupun di periksa. Minibus yang ditumpangi BJ, hampir semuanya adalah penduduk Tak Bai yang sedang merayakan Idul Adha 1433 H di sana. Terlihat setiap ada pemeriksaan tentara yang berlebihan, contohnya pasangan yang duduk disamping BJ menarik nafas panjang.

Begitulah kondisi Tak Bai saat BJ kesana, setelah delapan tahun kasus berdarah yang tak pernah dapat perhatian Dunia ini, seakan terlupakan begitu saja, tetapi terlihat pemerintah Siam malah semakin takut dan meningkatkan pengamanan dengan menambah tentara dan sekatan jalan raya dimana-mana, dan tetap juga bom-bom meletup dimana-mana di daerah 4 komplik itu.

Entah sampai bila hal ini berakhir, sudah seratus tahun lamanya. Tak Bai masih seperti dulu, tak ada bangunan yang berubah, Jalan raya yang menghubungkan Patani – Narathiwat , kini dapat di tempu hamper 3 jam itu memang terlihat mulus, dua jalur. Dibangun oleh Kerajaan Siam, tetapi puluhan pos keamanan dengan bentangan kawat berduri dan tumpukan pasir dengan tentara yang terus 24 jam berjaga dengan senapang terhunus, masih juga menjadi pandangan yang dominan bagi para pendatang.

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Peristiwa Tak Bai di Narathiwat Thailand, pembunuhan terhadap umat Islam oleh tentara Siam Budha yang kita tahu untuk merengut nyawa serangga saja mereka tidak lakukan, Tetapi mengapa begitu sadisnya mereka menembaki dan membunuh dan mencabut nyawa manusia.

Tak jauh beda umat Budha di Thailand dan umat Budha di Myanmar Burma sana, mengapa mereka begitu bencinya terhadap sesame manusia, yang kebetulan beragama Islam.

Ya Allah tolonglah Saudara kami yang terzolimi di sana……………

Cina Larang Puasa Bagi Pejabat Dan Siswa Muslim Uighur


Muslim Uighur di Tanah Suci....... tidak mudah bagi mereka bebas melaksanakan kewajiban agamanya.

Muslim Uighur di Tanah Suci……. tidak mudah bagi mereka bebas melaksanakan kewajiban agamanya. 

Pihak berwenang di wilayah barat laut Cina yang bergolak, Xinjiang, melarang pejabat dan siswa Muslim untuk berpuasa selama bulan Ramadhan. Seruan yang diposting di situs pemerintah itu meminta para pemimpin Partai Komunis untuk membatasi kegiatan agama Islam selama bulan suci, termasuk puasa dan mengunjungi masjid.

Sebuah pernyataan dari kota Zonglang di distrik Kashgar mengatakan bahwa “komite daerah telah mengeluarkan kebijakan komprehensif untuk menjaga stabilitas sosial selama bulan Ramadhan. Yaitu melarang kader Partai Komunis, pejabat sipil (termasuk mereka yang sudah pensiun) dan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan selama Ramadhan.”

Pernyataan itu, diposting di situs web pemerintah Xinjiang, mendesak para pemimpin partai untuk membawa “hadiah” makanan untuk para pemimpin desa setempat untuk memastikan bahwa mereka makan selama bulan Ramadhan.

Perintah serupa untuk membatasi kegiatan Ramadhan juga diposting di website lain pemerintah daerah. Biro pendidikan di Wensu mendesak sekolah-sekolah untuk memastikan bahwa siswanya tidak masuk masjid selama bulan Ramadhan.

Kelompok hak asasi di pengasingan, World Uyghur Congress, memperingatkan kebijakan akan memaksa “orang-orang Uighur untuk menolak (kekuasaan Cina) lebih jauh.”

“Dengan melarang puasa pada bulan Ramadhan, Cina menggunakan metode administratif untuk memaksa orang Uighur untuk tak beribadah selama Ramadhan,” kata juru bicara kelompok, Dilshat Rexit, dalam sebuah pernyataan.

Xinjiang adalah rumah bagi sekitar sembilan juta orang Uighur yang berbahasa Turki dan mayoritas beragama Islam. Banyak yang menuduh pemerintah Cina melakukan penganiayaan agama dan politik atas etnis ini.

Wilayah ini beberapa kali diguncang oleh kekerasan etnis. Namun sejauh ini Cina membantah klaim bersikap represi dan bergantung pada puluhan ribu pejabat Uighur untuk membantu mengatur pemerintahan di Xinjiang.

Mukenah Untuk Mirna


Setibanya kami di pulau Caros air sudah pasang, sehingga pompong yang kami naiki bisa langsung merapat ke bibir pantai. Kalau air laut surut untuk ke darat kita harus melalui rumah panggung pak Awang. Tak ada pelantar disitu.

Pulau Caros adalah perkampungan Suku Laut, dulu Caros masuk wilayah Tanjung Pinang, kini telah masuk wilayah Batam. Bila hendak ke Caros dari Batam setelah Jembatan empat Pulau Rempang berbelok ke kiri ke Desa Sembulang. Dari dermaga Sembulang naik pompong ke Caros sekitar 20 menit lagi.

Perkampungan ini hanya di huni oleh 10 keluarga, dan keluarga itu semuanya masih sanak beranak dan kerabat pak Awang Sabtu, Pak Awang Sabtu mempunyai 8 orang anak, 6 orang anaknya sudah berkeluarga, dan tinggal di kampung itu.

Seluruh  rumah panggung yang terbuat dari kayu dan beratap daun nipah/getah dan sebagian seng itu berdiri diatas laut, hanya sebuah bangunan mushala kecil ukuran 5 x 5 yang berada di darat.

Seorang dari anak pak Awang yang sudah berkeluarga tadi bernama Merna, hanya dia seoranglah dari delapan bersaudara anak pak Awang yang perempuan.

Tengah hari itu senin (22/08) kami melaksanakan shalat Juhur berjamaah di mushala kecil yang baru selesai didirikan, terlihat dua orang anak lelaki pak Awang ikut shalat. Di saf belakang ada tiga orang wanita yang ikut shalat, tetapi hanya seorang dari mereka yang memakai mukena (telekung).

Perempuan yang bermukenah bernama Halimah, suaminya bernama Den. Sementara seorang lagi yang tak ber-mukena namanya Ita, suami Ita bernama Jamil, kedua  perempuan itu adalah menantu pak Awang dan perempuan satu nya lagi yang tak ber-Mukena adalah isteri pak Awang.

Merna,anak perempuan pak Awang tak ikut shalat karena sejak menikah setahun yang lalu, Merna telah berpindah agama mengikuti agama suaminya.

Kedatangan kami kepulau Caros, kononnya  dalam rangka meresmikan pemakaian mushala kecil itu. Sudah beberapa hari yang lalu pak Awang memberitahukan “Datanglah mushala dah siap bile nak dipakai” ujar pak Awang melalui henponnya.

Penghidupan penduduk disitu adalah nelayan tradisional, selain itu mereka menyambi menjadi kuli dapur arang. Agaknya dengan adanya dapur arang dibuat disitu pak Awang yang masih muda, mulai bermukim disitu, puluhan tahun yang lalu, di tengah tengah hutan mangrove (bahan baku arang) yang subur.

Tak ada sesiapa pun lelaki di kampung itu yang dapat shalat, pak Awang sendiri tak begitu lancar mengucapkan duakalimat syahadat.

Jadi hanya Halimah seorang yang bisa shalat dan sedikit dapat membaca Quran, tentu, karena Halimah bukan penduduk asli pulau Caros. Itulah yang sedang kami bincangkan siapa agaknya yang berkenan dan siap datang ke pulau itu untuk mengajarkan Islam kepada mereka.

Mukena & Syahadat Bersama

Mushala kecil seperti di Caros, ada belasan buah telah selesai di bangun di merata tempat di sekitaran Batam. Hampir semua dibangun di perkampungan Suku Laut. Beberapa tempat telah ada Dai nya. Tetapi lebih banyak lagi seperti di Caros tak ada sesiapa yang rutin datang untuk membina dan mengajari mereka tentang Islam.

Siang itu ada hadiah Mukena untuk isteri pak Awang , sumbangan dermawan dari Batam, senang sekali kelihatan dia mendapat Mukena baru, tak tahu lah apakah itu Mukena pertama baginya, begitu pun dengan Ita anak menantunya mendapatkan sehelai Mukena juga.

Meskipun Halimah telah mempunyai Mukena, dia pun mendapat sehelai yang baru.
Ada dua orang anak perempuan remaja tanggung, yaitu anak pak Jamil dan anak pak Bogol, mereka berduapun mendapatkan masing – masing seorang sehelai.

Merna, yang sedang duduk di samping kiri ibunya, melirik kearahku. : “Merna mau” tanyaku kepadanya, Merna mengangguk. Pak Awang yang juga duduk di samping kanan Merna tersenyum kecut sembari berkata “Boleh kah”? pak Awang tahu anaknya sudah tak Islam lagi. Pak Awang dan isterinya terlihat sayang betul kepada Merna, duduk pun diapit kedua orang tua itu, maklumlah hanya seorang Merna anak perempuan mereka.

“Kalau suaminya izinkan” jawabku. Sambil melirik ke sekeliling ruangan melihat dimana suami Merna duduk. “ Suamiku ada di rumah “ ujar Merna. Dan Merna bergegas memanggil suaminya dirumah yang tak berapa jauh dari Mushala .

“Tak apa kalau dia mau, aku izinkan “ ujar Julius suami Merna setibanya di Mushala. “Kalau begitu alangkah baiknya yang memakaikannya awak” saranku.

Jadilah siang itu Julius memasangkan Mukena kepada isterinya. Disaksikan ayah dan ibunya serta keluarga yang lain yang hadir di mushala itu. Terlihat berlinang air mata Merna, Merna yang pernah duduk di kelas 4 sekolah dasar ini, berjanji akan ikut shalat berjamah bersama Halimah.

Seorang lagi menantu perempuan pak Awang dari anak lelaki pak Awang yang bernama Minggu, mendapat Mukena. Minggu ini, sejak 3 tahun yang lalu setelah menikah dengan isterinya, telah berpindah agama,jadi non muslim. Minggu pun dengan rela hati memasangkan mukena kepada isterinya, mungkin seumur – umur baru itulah agaknya Minggu memegang Mukena, sehingga dia agak canggung dan tak pandai memasangkannya.

“Sudah lah biar aku saja” kata isteri Minggu sembari berkata, bahwa waktu kecil dulu dia pun pernah memakai Mukena.

Pak Awang terlihat tertegun dan bergumam, “Bagaimana ini mereka kan dah tak Islam”
“Tak apa kalau mereka rela” ujar ku “Beragama tak di paksa dan tak di pujuk pujuk” ujarku lagi. Sembari menjelaskan tentang ke-Tauhidan yang kufahami, kuajak mereka semua bersyahadat.

Mungkin ini hikmah kepada keluarga pak Awang. Di Siang itupun disiang bulan suci Ramadhan 1432 H dihari yang ke dua puluhdua kami bersama – sama mengucapkan dua kalimat syahadat , dibaca berulang ulang, orang – perorang termasuk Arman seorang wartawan dari koran harian Batam Pos yang kebetulan ikut bersama ke pulau Caros, Koran harian yang baru mendapat penghargaan internasional ini menyumbangkan mushaf Quran.

Wajah tua pak Awang terlihat berseri seri, dia berharap anak dan menantunya kembali kejalan yang benar. Pak Awang pun sangat – sangat berharap ada orang yang dapat mengajarkan Islam kepada mereka…..Semoga.

Ucapan Lebaran Idul Fitri 1431 H


UCAPAN LEBARAN UNTUK MELAYU NUSANTARA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Ayahnda. Ibunda. Kekanda. Adinda. Bapak.

Ibu Yang Kami Cintai:

Memasuki Bulan Syawal 1431 H, Bulan Fitri Kami Terkenang

Pada Petuah Orang-Orang Tua Dahulu


APA TANDA MELAYU JATI

DENDAM KESUMAT IA JAUHI

TULUS IHKLAS BERMURA HATI

KESALAHAN ORANG IA AMPUNI


Demikian Pula Dengan Kami & Keluarga

Dan Kamipun Menyampaikan Permohonan :

“Maaf Lahir Batin Atas Segala Kesalahan

Selama Ini, Taqabballahu minna Wa Minkum”

Imbalo Batam Indonesia



Antara Sabah Dan Sarawak Ada Brunei


shalat di bangku terminal Miri Sarawak. Karena tidak ada fasilytas mushalla di situ

shalat di bangku terminal Miri Sarawak. Karena tidak ada fasilitas mushalla di situ

Ibukota Sabah adalah Kota Kinabalu, rencana tanggal 6 September 2010  akan diadakan pertemuan bilateral antara pemerintah Indonesai dengan Malaysia di Kota itu. Mudah mudahan saja persoalan nya cepat kelar.

Pertengahan Agustus 2010 rombongan kami dari Muhammadiyah Internasional sebanyak sembilan orang mengunjungi  Kota Kinabalu, di sana kami di fasilitasi oleh KJRI Kota Kinabalu, bertemu dengan lembaga keagamaan yang ada disana. Bertemu dengan pengurus Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Cawangan Sabah. Selain dengan JAKIM yang bersifat Nasional ada juga Penubuhan di Sabah yang bernama Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Sabah (JHEAINS), Penubuhan ini bersifat lokal.

Disamping itu ada lagi  Penubuhan Majlis Ugama Islam Sabah (MUIS). Dan NGO yang paling aktif di Sabah dalam kemajuan Agama Islam salah satu nya adalah USIA, USIA adalah singkatan dari United Sabah Islamic Association atau Pertubuhan Islam Seluruh Sabah.

Saudara Baru

Di Sabah, orang menyebut dan menamakan orang -orang yang baru masuk Islam dengan sebutan Saudara Baru. Saudara Baru ini lah yang merubah peta politik di Sabah, sejak September 1975.  Semula diawal bergabungnya Negeri Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Melayu  tahun 1957 penduduk Islam di Sabah hanya sekitar 30 persen saja.  Perkembangan yang begitu signifikan pada tahun 1971 umat Islam di Negeri Sabah telah melebihi 50 persen.

Itulah sebabnya Islam is the religion of the state, namun demikian agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan harmoni di mana-mana di seluruh negeri.Hal ini tidak lepas dari peranan USIA di Sabah.

Saudara Kita

Kalalu di Sabah penyebutan untuk yang baru memeluk Islam adalah Saudara Baru sementara di Sarawak penyebutan nya adalah Saudara Kita. Luas wilayah Sabah dan Sarawak berbanding sama dengan luas wilayah yang ada di Semenanjung, Mulai dari dari Johor sampai ke Perlis,  kedua negeri ini pula sepajang wilayah nya berbatasan dengan Indonesia. Ribuan kilometer panjangnya.

Menurut Pak Ismail Setia Usaha JAKIM Cawangan Sarawak, orang baru memeluk Islam di Sarawak lebih akrab kalau di panggil Saudara Kita ketimbang Saudara Baru, pak Ismail sang mantan Diplomat yang sudah bekerja menjadi setia usaha di JAKIM ini menjelaskan ada juga NGO di Sarawak yang  serupa dengan USIA Sabah,  yaitu HIKMA Sarawak , yang juga bergerak dalam dakwah Islam.

Mungkin karena luas negeri Sabah hanya setengah luas dari Negari Sarawak begitu pun populasi penduduknya enam kali lebih banyak dari pada negeri Sabah, polulasi penduduk Sabah sekitar 300 ribu jiwa, agama Islam belum menjadi mayoritas di Sarawak.  Sehingga perlembagaan negeri Sarawak belum bisa meluluskan sebagaimana  DUN  Sabah meluluskan dan mensahkan  Islam is the religion of the state.

Selain Kuching sebagai ibukota Negeri , ada lagi beberapa kota lagi di Sarawak, seperti kota Miri, kota ini berbatasan langsung dengan Brunei, sebagai tempat ceck point pemeriksaan Imigrasi.  Di Miri banyak perhikmatan bus yang menuju ke Kuching hampir setiap jam, dan dari Miri pun ada Damri perusahaan Bus Indonesia yang menuju ke Pontianak Kalimanatan.

Boleh dikatakan Miri adalah salah satu kota tersibuk di Sarawak, namun Kota Kinabalu di Sabah adalah negeri kedua tersibuk penerbangan nya setelah Kuala Lumpur.

Fasilitas Umum yang Minim.

 

Photo bersama Katua Pengerusi JAKIM Cawangan Sarawak.

Photo bersama Katua Pengerusi JAKIM Cawangan Sarawak.

Kalau di Sabah Saudara Baru, di Sarawak Saudara Kita di Indonesia apa ya.? Ada yang menyebut orang baru masuk Islam itu adalah  Muallaf tetapi di Batam kami menyebut nya Muhtadin, kata almarhum Haji Adamri Al Husaini mantan Ketua MUI Kota Batam dulu, Muhatadin artinya adalah orang yang diberi petunjuk.

Perjalanan di dalam bulan Ramadan seperti kami memang ada ruksa, yaitu boleh tidak berpuasa, tetapi kami semua nya berpuasa. Pagi selepas Sahur dari rumah kediaman DR Gamal di Brunei, dengan mini bus kami bertolak ke Miri, perjalan sebenarnya  di tempuh sekitar 2 jam, tetapi ada pemeriksaan imigrasi di perbatasan, jadi memakan waktu tiga jam.

Di Miri kami memesan tiket yang langsung ke Kuching, harga per orang nya berkisar dari 70 sampai 90 ringgit Malaysia, wanti wanti ke kounter bus minta yang direct sama seperti bila kita hendak ke Bangkok dari Kuala Lumpur atau dari Singapura Ke Hatyai (Thailand) , ternyata hal itu tak berlaku di Sarawak. Hampir semua stasiun bus yang ada sepanjang perjalanan di singgahi, malahan penumpang di tengah jalan pun bisa menyetop dan diangkut.

Kami memesan bus dengan kursi jejer tiga,  bukan yang empat sit , agar lebih selesah kata orang Malaysia, dan tentunya harganya lebih mahal, berangkat sekitar pukul 2 setengah petang. Menunggu keberangkatan karena masih ada beberapa jam lagi  kami berkeliling dulu di Pasar Miri, suasananya tak begitu jauh dengan pasar Tanjung Pantun dan DC mall di Batam

Tak ada apa yang di beli disitu, masuk waktu Juhur kami sudah berada di terminal Bus, Hari itu Ahad (22/8) , sejak pagi hujan turun , terkadang berhenti sebentar dan lebat kembali. Tak ada fasilitas mushalla di terminal itu. Kami tanyakan kepada petugas yang berseragam dimana kalau mau shalat, dia menunjukan ada bangunan sekolah di sebelah timur terminal. Rupanya hari Ahad semua pagar sekolah itu terkunci.

Seorang ibu mungkin dari suku Kadazan mendengar perbincangan kami, dia mengatakan kalau di Petronas ada tempat shalat, Petronas adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kalau di Indonesia Pertamina. Kesana lah kami pergi di bawah hujan rintik rintik, mendekati lokasi Petronas yang berbatasan dengan Kantin dan lapangan parkir terminal, seorang ibu yang sedang menyingkap celananya menyapa kami ” Tak boleh lalu kesitu, air dalam” sembari menunjukkan betis nya bahwa untuk ke lokasi Petronas jalan pintas memotong harus melalui rawa rawa yang sekarang sedang di genangi air.

Kami pun berputar lagi hari sudah hampir pukul 2 , melalui kantin terminal yang banyak di penuhi orang menjual makanan. Karena kami membawa bekal lauk dari Batam, kami pun membeli nasi putih saja di pojok terminal ada seorang ibu yang memakai kerudung. Untuk ke tempat membeli nasi tadi kami agak menghindar jauh karena sebelum ketempat itu adalah tempat penjualan babi segar.

Kalau harus shalat di Petronas, kita mesti berputar lagi keluar terminal, rasanya sudah letih berputar putar dan bisa jadi ketinggalan bus. Untuk shalat Juhur dan shalat Ashar hari itu kami jamak dan qasar, dan tempat shalat yang kami pilih adalah di bangku terminal Miri. Kayak nya tak ada lagi tempat yang ideal untuk shalat waktu itu, karena hujan dan lapangan becek dan jorok.

Chek Ismail dari JAKIM, di KJRI Kuching Sarawak

Chek Ismail dari JAKIM, di KJRI Kuching Sarawak

Ratusan mata memandang kami berganti ganti shalat di terminal satsiun Bus Miri, hal itu lah yang kami utarakan saat berjumpa dengan Ketua Pengerusi JAKIM di Kuching saat beraudensi.

Shalat dan Sahur di Bus

Shalat Magrib dan Isya, kami jamak dan qasar kembali, dan shalat nya di dalam bus sambil duduk. Bus yang kami tompangi tidak behenti saat waktu berbuka, jadi kami berbuka di dalam bus. Rupanya supir bus sudah tahu kalau kami berpuasa, lampu di dalam bus di terangkan nya, sehingga dapatlah kami berbuka sekadarnya.

Bus kemudian berhenti sekitar pukul sembilan malam, tetapi bukan di terminal bus umum, jauh di luar kota Sibu berhenti di tempat atau kedai nasi yang memang disiapkan oleh pengusaha bus, seperti di Indonesia juga, setiap perusahaan bus masing masing punya kedai nasi langganan.

Niat mau makan sepuasnya disitu tak terlaksana, seorang tukang masak nya dengan bertelanjang  dada, agak berkeringat perut nya gendut , terlihat pusat nya membawa nampan berisi mie di dalam mangkok. Kami hanya numpang buang air kecil dan berwuduk disitu, “tak larat rasanya nak makan dengan aroma yang spesial seperi itu”. sambil tersenyum Aries Kurniawan dan kawan yang  lain sepakat kalau kita kembali ke Bus makan sebisanya di bus.

Semua perihal kami ini kami ceritakan juga dengan dengan pengerusi JAKIM, mereka meminta kami menyampaikan langsung kepada Datuk, Datuk yang dimaksud adalah Menteri Besar Sarawak yang dalam rencana akan berjumpa dengan rombongan kami esok Selasa (24/8)  petang sekitar pukul 4 . “Alangkah baik nya hal ini pak sampaikan langsung ke Datuk, terasa berbeda bila kami yang menyampaikan”  pinta Ketua Pengerusi JAKIM berulang ulang.

Sayang kami tak dapat langsung menyampaikan hal itu kepada Menteri Besar Sarawak sebagai mana yang sudah di jadwal kan oleh JAKIM dan KJRI Sarawak karena  rombongan kami  dari Batam akan bertolak ke Johor Bahru dari Kuching hari itu juga Selasa (24/8)  pada pukul 11 tengah hari.

Ya semoga perjalan berikut nya ada fasilitas mushalla di terminal-terminal Bus , dan lagi, ada perhikmatan Bus seperti Transnasional, yang akan berhenti di terminal yang banyak menjual makanan halal dan berhenti sesuai dengan waktu shalat.

Puasa Ramadan Pertama Bagi Andre Simanjuntak


Andre menunjukkan sertifikat akta masuk Islam nya

Andre menunjukkan sertifikat akta masuk Islam nya

Sekilas tak kentara tampang Bataknya, logat bicaranya pun tak mencerminkan kalau dia dari suku Batak, tinggi nya lebih dari 170 cm, pria Batak kelahiran Pekanbaru Riau ini bernama Andri Susanto Simanjuntak.

Tengah hari itu selepas Jumat (27/8) Andre, begitu dia disapa bersama Ferry rekannya sesama sales dari PT Enseval Batam,  datang ke Mini market Hang Tuah.  Terlihat bibir nya mengering, anak kedua dari lima bersaudara ini baru memeluk agama Islam terhitung sejak tanggal 20 Juli 2010, jadi ini adalah puasa Ramadan pertama baginya.

“Biasa saja pak, malah lebih sabar dari biasanya” ujar Andre saat kutanya keadaannya. Andre pun menjelaskan kalau dia nya sejak hari pertama Ramadan hingga ke hari ini belum putus puasanya.  ” Kalau shalat 5 kali sehari semalam belum lagi pak”  jelas Andre lagi. Tetapi shalat Jumat dia ikuti terus, begitu penjelasan Ferry teman Andre. Sambil tersenyum Andre mengiyakan, karena dia belum hafal bacaan shalat, kalau shalat Jumat kan tinggal ngikutin orang lain.

Andre yang terlahir dari keluarga Kristen Protestan Jamaat GMII ini sungguh sungguh ingin memeluk Islam, bukan karena perkawinan nya dengan gadis Lahat Palembang yang bernama Sundari Eka Yanti. “Bukan pak, aku benar benar ingin memeluk Islam, sejak di SD hingga Perguruan Tinggi teman teman ku banyak yang muslim” tegas Andre lagi, saat kutanyakan mungkin dianya memeluk Islam karena hendak menikah.

Pria kelahiran 03 Maret 1983 ini, menjelaskan setiap sahur masak sendiri, karena isterinya, setelah mereka menikah  bertugas di Korea. Itulah sebabnya Andre, setelah memeluk Islam, telah menambah namanya, sebagaimana tercatat di Kantor Urusan Agama Islam Jati Agung Lampung menjadi Ahmad Andri Susanto bin Usman Simanjuntak, kami ajak tinggal di Mess Yasayan Pendidikan Islam Hang Tuah  Batam, karena disitu ada ustadz Zenal Satiawan dan juga ustazd Subur yang dapat mengajari nya bacaan shalat dan pelajaran agama Islam lainnya.

Andre tersenyum, mengangguk setuju dan merasa terperhatikan, meskipun telah mempunyai rumah sendiri di Tembesi di perumahan Medio Raya. Dia mau tinggal di mess Yayasan Pendidikan Islam Hang Tuah Batam.

Andre menunjukkan sertifikat dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

Ahmad Andri Susanto Simanjuntak, anak Batak satu ini pakai nama Jawa pulak dia, padahal ibunya boru Panggabean

Ada satu hal lagi yang membuat Andre tersenyum dan terkesima  saat ku tanya hal yang sangat pribadi sekali,  karena semua surat surat yang diperlukan seperti surat keterangan dari Departemen Agama ada belaka, tetapi surat dari keterangan dokter belum ada.. “Tanggal satu saja ya pak di mulai” pinta Andre kepada ku sambil mengangkat dua jari tangan nya , karena di tanggal itu, di awal bulan September 2010 ada libur tidak kerja  3 hari. Bisa lah melaksanakan hal yang sangat penting bagi seorang lelaki.

Andre meninggal kan kami kembali melanjutkan pekerjaan nya , sekantong plastik Kurma hadiah dari AMCF dibawa nya. Malam ini, Andre yang baru menjadi Muhtadin  tak sendirian lagi makan Sahur.  Insyaallah.

XPDC to Borneo di Bulan Ramadhan


Buka puasa dengan wafer

Iya buka puasa dengan wafer, tetapi hanya sekedar membatalkan puasa, itulah yang terjadi sesaat kami tiba dengan taxi di terminal kedatangan lapangan Terbang Antarabangsa Sultan Ismail  Johor Bahru Malaysia, Negeri Johor adalah destinasi pertama yang kami lalui dalam rangka perjalanan menuju Borneo (Kalimantan). Yaitu ke Sabah , Brunei dan Sarawak.  Perjalanan ini kami namakan  XPDC TO BORNEO MUHAMMADIYAH INTERNATIONAL.

Berangkat dari Terminal Ferry Internasional Batam  Rabu (18/8) sekitar pukul 4 petang, rombongan kami sebanyak 7 orang tiba di terminal Ferry Stulang Laut Johor Malaysia menjelang magrib.  Ongkos Batam-Stulang Laut pulang pergi seharga rp. 370.000,- perorang nya.

Dengan 2 taxi seharga 50 ringgit Malaysia per taxi nya, dari depan terminal menuju lapangan terbang kami melintasi geliat pembangunan pertokoan di sepanjang jalan, cukup pesat kemajuan negeri Johor Darul Takzim ini.

Hampir 30 menit waktu yang di tempuh, sehingga tiba di Afront hari telah gelap. Untuk membatalkan puasa itulah wafer yang kebetulan ada di tas jinjing menjadi santapan pertama dan tentu nya air aqua. Pak Supir taxi pun ikut berbuka dengan wafer yang kami bawa dari Batam, hem nikmat juga rasanya. Pak Supir orang Malaysia kami orang Indonesia tetapi sama-sama Islam nya.

Restoran di Bangunan Lapangan Terbang Baru.

Agak terkesima juga melihat bentuk megah lapangan terbang antarabangsa Sultan Ismail yang sekarang ini, padahal hanya hitungan bulan saja berlalu,  sewaktu perjalanan dari Bangkok (Swarnabumi) ke Senai (Sultan Ismail), bagasi yang kubawa berhamburan  dan saat menunggu bus yang ke Bandar, ruang tunggu nya begitu kusam.

Mungkin karena baru di buka atau karena bulan Ramadhan belum banyak orang berjualan di dalam terminal, tidak banyak pilihan untuk makan berbuka, apalagi makanan Halal.  Ya terpaksa apa adanya, sepiring mie kuah seharga 7 ringgit (kurs rp.2.700) , sepiring mie goreng, dua mangkok sup tulang sapi , dan tumis sayur kubis, satu porsi ayam goreng  kami pesan, dan tentunya 7 piring nasih putih. Di depan konter pembayaran tertera tulisan Bismillahirahmanirahim, belum ada logo halal disitu. Dan menandakan muslim pelayanan wanitanya memakai kerudung.

Ganti Kartu

Hal yang perlu dilakukan adalah mengganti kartu  seluler (sim card), banyak pilihan di Malaysia, di terminal pun konter penjualan untuk DIGI dan CELCOM ada di jual. 8 ringgit satu sim card sudah ada pulsa sebesar 5 ringgit di dalamnya, untuk topup tambahan sebesar 10 riggit, tetap di bayar 10 ringgit. Pesan orang bijak, lebih murah dan lebih irit menukar kartu di negara yang di kunjungi.

Malam itu kami shalat jamak akhir di Bandara yang bangunan nya serupa bentuknya dengan bangunan Bandara KLIA di Sepang dan bangunan Bandara ini mirip dengan Bandara di Kuching Sarawak dan juga bandara di Kota Kinabalu Sabah.

Ramadhan di Sabah


Hari sudah menunjukkan pukul 1 dinihari saat Air Asia yang kami tumpangi dari lapangan terbang Senai Johor Bahru Malaysia Rabu (18/8)  tiba di Lapangan Terbang Kota Kinabalu Sabah .  Tak banyak penumpang yang turun, kami, 7 orang anak beranak bergegas ke konter imigrasi, tak lama setelah barang bawaan naik ke atas 2 troly.

Baru pertama kali ini ke Sabah tepat nya ke Kota Kinabalu  orang menyebut nya KK ( baca ke ke) , 2 orang teman kami dari Muhammadiyah Jakarta sehari sebelum nya yaitu tanggal 17 Agustus 2010  telah duluan tiba dan menginap di Ruby  Hotel. Mereka naik Air Asia juga dari Jakarta Kinabalu.

Hotel Ruby terletak di tengah bandar,  dari lapangan terbang ke hotel itu naik taxi karena sudah tengah malam tarif nya 50 ringgit. Sementara untuk tarif hotel semalam seharga 99 ringgit, banyak hotel sekelas Ruby di Kota Kinabalu. Sebelum nya kami sudah makan (berbuka puasa ) di lapangan terbang Senai atau Lapangan Terbang Antarabangsa Sultan Ismail Johor Bahru.

Kami pun tak terlalu risau untuk makan sahur, karena dari Batam Rendang, sambal bilis dengan kacang ada kami bawa, malah , bukan itu saja, sambal pecal, indomie, kecap, saus chili (cabai) lengkap semuanya. Dan tak lupa indocoffe, coffe mix pun ada. Semua keperluan itu dimasukkan ke dalam satu kontiner biru yang kami beli di Ace Hardware.

Ingat sewaktu kami di Makkah menunaikan ibadah haji, periok travelling yang multi fungsi pun kami bawa, periok ini bisa untuk memasak indomie, juga berfungsi juga menggoreng telor.  Jadi tengah malam itu kami hanya membeli nasi putih yang banyak di jual di depan hotel tempat kami menginap.  Seandainya pun tak ada yang menjual nasi kami telah siapkan periok untuk menanak nasi.

Begitulah persiapan kami untuk ber SAFARI RAMADHAN di bulan puasa 1431 H ini yang kami sebut XPDC to BORNEO

Shalat Subuh di Bekas Gereja Seven Days Adventis

masjid lama kota kinabalu bekas gereja adventis

masjid lama kota kinabalu bekas gereja adventis

Hari pertama makan sahur berjalan lancar, tak terdengan suara azan menandakan masuk waktu subuh. Informasi yang di dapat dari pihak hotel ada masjid yang terletak di kawasan bukit,  arah ke Jalan Gaya. Kesitulah kami berjalan, tak sulit menemukan nya dengan menanyakan kepada orang – orang yang berada di jalan.

Lumayan juga terasa betis manapaki jalan menuju masjid yang berbentuk empat persegi panjang itu. Memang terlihat agak beda dari jamak nya masjid. Masjid Bandra Kota Kinabalu ini dulu nya adalah bekas gereja adventis, orang di Kota Kinabalu menyebut nya SDA , yaitu seven days adventis.

Bahkan tulisan tentang SDA itu pun masih jelas terlihat, kalau dulu nya menara gereja diatas nya salib kini di ganti dengan bulan bintang saja.  Itulah masjid pertama di Kota Kinabalu Sabah Malaysia. Menurut pengurus masjid yang kami temui saat itu, gereja itu berubah menjadi masjid sejak tahun tujuhpuluhan. Di beli oleh seorang dermawan islam disana dan di wakaf kan kepada kaum muslimin.