SRI LANKA- City Motel di jalan Old Moor tempat kami menginap, tidak jauh dari Masjid Merah. Dari selatan masjid jalan satu arah ke barat, jadi berjalan dulu ke belakang masjid, baru naik bajaj seharga 80 rsl. Lurus saja jalannya sekitar satu kilometer jaraknya.
Moor, adalah sebutan penjajah portugis, menyebut muslim keturunan Arab di Sri Lanka, hal ini juga mereka sebut di Piliphina, Moor atau Moro, pejuang Islam yang hingga kini minta kemerdekaan di Mindanao sana.
25 $ US semalam untuk dua orang tanpa ac, tanpa sarapan pagi, kamar mandi pun bersama, tarip penginapan yang cukup mahal bila dibandingkan dengan Singapura.
Kota Colombo yang terletak di tepi pantai dan pelabuhannya sangat sibuk, bangunan rukonya model lama, hampir semuanya pedagang muslim. Ekspor impor teh dan hasil bumi lainnya. Buruh berkain sarung mendominasi. Bekas ludah pemakan sirih berserakan dimana-mana. Agak kotor, maklum pasar
Orang sana menyebut Colombo, terdengar seperti bunyi Kalambu. Dan agaknya karena banyak sekali nyamuk, rumah yang tak berpendingin dan tidak tertutup rapat, semuanya dilengkapi dengan kelambu, termasuklah di tempat kami menginap.
Sailan, Ceylon dan kini Kalambu (Colombo), mung kin agaknya me mang melayu orang-orang Sri Lan ka yang mempo pulerkannya. Dan hal ini bisa saja ka rena lebih 80 per sen orang melayu Sri Lanka ada di Colombo.
Dekat tempat kami menginap ja rak 100 meter ada sebuah Masjid besar Grand Mas jid namanya, agak keatas bukit dari situ terlihat jelas Masjid Merah, sepanjang jalan Old Moor itupun terdapat beberapa buah masjid kecil kecil.
Sri Lanka pernah diperintah seorang raja muslim. Sekitar 2 jam perjalanan ke selatan dari Colombo ada satu pro vinsi penghasil teh terbesar di Sri Lanka namanya Kandy, nah lagi lagi orang sana menyebutnya Kendi, tentulah orang melayu tahu apa itu kendi, tempayan tempat air.
Kota berhawa sejuk di pegunungan ini menjadi tujuan para turis, kami me nginap semalam tarip hotelnya lebih mahal lagi 8000 rsl semalam. Hotel tua mungkin sudah ratusan tahun terlihat dari lift nya, lift hotel ini mengingatkan lift yang ada di sebuah pertokoan tua di Manila. Banyak bangunan tua di Kandy, sebuah hotel tua Hotel Islam namanya terletak persisi di tengah kota Kandy.
Kota Kandy mirip Bandung, dikelilingi pegunungan. Danaunya yang indah berair jernih, danau itu dikelilingi bangunan bersejarah masa penjajahan dulu.
Sri Lanka luasnya sekitar 11 kali pulau Bali, sungai berdinding terjal dan curam mengalir dari perbukitan membelah dua Sri Lanka sampai ke Jaffna diutara. Rencana akan dibuat jembatan dari jaffna ke India. Wah… kalau ini terlaksana akses ke Sri Lanka lebih mudah lagi.
Di Kandy sama dengan kota lain di Sri Lanka banyak burung gagak berterbangan, kotoran burung gagak berwarna putih mengotori, patung-patung hitam yang terdapat di ta man, patung budha pun tak terkecu ali, burung-burung itu bertengger dia tas kepala patung dan buang kotoran nya disitu. Untuk menghindari koto ran burung itu banyak patung budha yang berdiri di sepanjang jalan dibuat kan dan dipasangi rumah dan kotak kaca. Kalau kita berjalan jalan diba wah pepohonan yang ada di pinggir jalan, siaplah sesekali diberaki burung yang bertengger didahannya.
Tak cukup rasanya sehari di Kan dy, tengah hari kami tinggalkan Kan dy berangkat menuju Tissama harama, kota di tenggara yang terle tak di pinggir laut berbatasan dengan Maladewa dan Aceh Indonesia.
Berjam-jam melewati kebun teh Sri Lanka, berkelok kelok diudara yang sejuk diketinggian 2000 an meter, terbentang luas tanaman palawija seperti di Brastagi, kubis, wortel, buncis kentang tanaman khas pegunungan. Banyak sayuran tetapi hampir semua rumah makan yang kami singgahi tidak menyajikan maka nan yang mengandung sayuran. Semua makanan menu India, kucoba sekali memesan sop sayuran, sebagai mana yang tertera dalam menu, sop sayuran itu kuanya kental mungkin di campur susu.
Ada menu kangkung, dan mereka menamakan sayuran itu kangkung tumis, meskipun tidak mirip dengan tumis kangkung di tempat kita luma yanlah. Agak kangkung ini dikenal, karena tidak dipungkiri dari puluhan ribu melayu Sri Lanka itu, sebagian berasal dari Jawa. Sewaktu Belanda menjajah Indonesia dan Sri Lanka, dulu, ribuan tentara dari Jawa dibawa kesana. Termasuklah asam jawa turut serta dibawa? Kalau kita mengunjungi museum Sri Lanka, terlihat tahun kedatangan VOC di negeri itu.
Hukum DM dan MD
Bahasa melayu Sri Lanka, pun bermacam-macam, terkadang ada kata-kata dari Kelantan Utara Malaysia (Patani Thailand), ada dari Jawa, dan terkadang terdengar seperti dari Bugis, seperti menyebut hutan, jadi hutang, ikan jadi ikang.
“Saya Kakek mari datang Sawa ngan” ujar Azzor pemuda yang berte mu di kantor Coslam. Coslam adalah Konfrensi Melayu Sri Lanka. Persa tuan ini setiap tahun memperingati Hari Berbahasa Melayu di Sri Lanka.
Ahmed Azzor, putra presiden per satuan Coslam yang kuliah di Malaysi itu menulis dalam watsapku : “Saya bagi tahu informasi dari dapat hari itu kepada semua Coslam. Kalau ada apa2 kami contact engkau ok”
Ini sudah lumayan bagus karena tiga tahun kuliah di Malaysia, semen tara tak banyak mereka yang bisa berbahasa melayu itu dapat menulis kan apa yang diucapkannya.
Bahasa dan tulisan mereka sangat dipengaruhi Inggris yang terakhir menjajah lebih dari seratus lima puluh tahun hingga Sri Lanka merdeka, jadi hukum Diterangkan Menerangkan (DM) dan Menerangkan Diterangkan (MD), terasa bedanya disana kalau diterapkan dengan bahasa melayu Indonesia, contoh Daun Teh, disana namanya Teh Daun, begitu juga dengan Daun Pisang menjadi Pisang Daun. Itu sebab Azoor menulis kepada saya “Saya Kakek mari datang”, yang maksudnya Kakek Saya datang kemari.
Ada beberapa kota yang kami lalui setelah Kandy, jalanan mulai menurun, supir minibus yang kami sewa, menerang kan nama-nama tempat dan kami mampir dibeberapa outlet penjualan teh.
Memang lebih bagus kalau kita berpergian 8-10 orang sewa minibus saja, lebih murah dan bisa singgah dimana saja.
Malam itupun kami menginap di motel yang terletak di pinggir laut, belum lagi sampai di Tissamaharama. motel ini semalam sewanya 2500 srl, ada kelambu juga. Ciri khasnya Sri Lanka ya kelambu.
Sri Lanka dikelilingi laut, laut le pas, sepanjang pantai pulau itu men jadi tempat wisata yang menarik. Deburan ombak samudera Hindia membuat peminat oleh raga selancar ramai datang kesana.
Kami susuri bibir pantai menuju ke kampung Tissamaharama, bersama kami ada seorang anggota dari Coslam Colombo yang menema ni sepanjang perjalanan. Kampung Tissamaharama ini saat stunami dulu melanda, puluhan ribu umat islam terkorban. Sebagian yang selamat di pindahkan oleh pemerintah Sri Lanka ke kampung lain. Sebagian yang terselamat masih tinggal disana.
Di Tissamaharam ini ada sebuah sekolah yang mengajarkan bahasa melayu, guru-gurunya dapat berba hasa melayu, bahasa melayu ala Sri Lanka, banyak juga kosakata yang tak dapat kumengerti.
Banyak yang kami perbincang kan, dalam pertemuan itu, antara lain soal kamus bahasa melayu. Bahasa melayu yang mana?, Indonesia, Malaysia, apakah Brunei yang baru saja membuat Kamus Besar Bahasa Brunei?.
Hal itulah yang kukemukan pada saat pertemuan di kantor Coslam di Colombo, diminta memberikan sambutan tentang melayu di Asia Tenggara, kebetulan negara – negara Asean semua sudah kukunjungi, tidak kurang 300 juta orang bisa bertutur bahasa melayu ala tempat tinggal mereka dan sangat dipengaruhi dialek setempat.
Di Thailand, tidak di selatan saja, sam pai ke utara orang dapat bertutur bahasa melayu, demikian pula di Laos, di Burma, di Vietnam, Kamboja, meski tak banyak di Piliphina pun orang bertutur bahasa melayu. Apalagi Singapura dan Malaysia.
Bisa saja seperti di Brunei, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menja di rujukan hampir seratus persent kosa kata yang ada dalam buku itu diadop oleh Kamus Bahasa Brunei. Tak salah bila Bahasa Melayu Sri lanka, tetap bahasa melayu sri lanka, dan KBBI bisa jadi rujukan mereka untuk menyusun Kamus Bahasa Melayu SriLanka. Rencana mereka akan menyusun kamus bahasa melayu sri lanka. (***)
Filed under: agama, catatan harian, dakwah, Dunia Islam, indonesia, internasional, islam, Lain-Lain, Malaysia, masjid, Melayu, opini, pariwisata, pemerintah, Pendidikan, prilaku, sejarah, Sosial, umum, ziarah | Leave a comment »