Kamipun Tak Jadi Bermalam di Tuktuk Pulau Samosir Parapat


Tuktuk Pulau Samosir, itulah tempat yang kami susun dan rencanakan untuk bermalam di hari pertama, dalam rangka Program Minal Masjid Ilal Masjid, awal Mei 2018 yang lalu, bersama rekan dari Medan dan dari Malaysia, saya sendiri dari Batam.

Bertemu di Kuala Namu lapangan terbang Medan, berangkat dengan penerbangan pagi dari Batam, sementara rekan dari Malaysia dari KLIA2 juga berangkat pagi, teman yang dari Medan pula bawa Ford. Dari Kuala Namu kami langsung berangkat menuju Pulau Samosir, memang sengaja tidak melalui Tol Tebing Tinggi. Sesampai di Kota Sungai Rampah kami sholat jamak Takdim.

Menikmati perjalanan perkampungan yang dilalui, membeli kerak dan lemang yang dijual di pinggir jalan, merupakan kenangan tersendiri. Beberapa jam kemudian jalanan mulai menanjak. Dari jauh telah terlihat air Danau Toba membiru dengan riak ombak beralun, dan dari jauh terlihat menara masjid, masjid ini terletak di tepi jalan Parapat, acap sholat disitu Masjid Pertama di Parapat Didirikan oleh Bung Karno , bila kebetulan lewat hendak ke Padang Sidempuan.

Kami langsung menuju terminal ferry penyeberangan ke Tomok, hari sudah pukul 17.00 waktu setempat, mentari mulai ke ufuk Barat tiba di Tomok, belok ke kiri, kami lalui Tomok menuju Tuktuk, sebuah kedai makan baru dibuka kami makan disitu, penjualnya malah berbahasa Jawa berasal dari Pematang Siantar, persis disebelah kedai makan itu ada restoran tertulis masakan Muslim, tetapi di plank namanya ada gambar Beer.

Banyak hotel penginapan di Tuktuk, mungkin karena bukan hari libur banyak pula kamar yang kosong, kami bertanya dimana lokasi masjid. Ternyata di Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara Indonesia ini tidak ada Masjid. Yang ada sebuah surau kecil yang terletak dibelakang Kantor Dinas Pariwisata di Tuktuk. Tidak ada plank nama surau, dipersimpangan tiga satu dijalanan menurun kebawah dan satu mendaki keatas disitulah letak surau yang akan kami tuju.

Sungguh tempat itu sangat tidak layak, kenderaan kami parkir dihalaman Kantor Dinas Pariwisata itu, tak ada orang untuk bertanya, seorang perempuan, yang kebetulan lalu kami tanya dimana suraunya, dia menunjuk kebelakang sekitar seratus lima puluh meter katanya. Kami berjalan diantara bangunan yang sudah kosong tidak terurus dan tidak ditempati, ditumbuhi semak dan sampah berserakan, melalui jemuran baju dari tali plastik berseliweran, kami menunduk nunduk berjalan tak juga bertemu juga bangunan surau.

Kembali lagi ke depan bertanya lagi dengan seorang bapak yang memandangi kami, terus saja ke belakang katanya. Dan kami ulangi lagi menyusuri jalanan itu tadi, ada parit terbuka, di depan bangunan kosong disebelah nya tembok, terpaksa menyingsing kaki celana karena parit itu kotor, terlihat sebuah bangunan sekitar ukuran 5 x 5 meter catnya masih baru, disebelah kanan depan pintu masuk ada tempat wuduk dua kerangan dan toilet, sementara sebelah kiri depan pintu masuk ada bangunan yang dindingnya bersatu dengan dinding surau tempat sang Imam dan keluarganya tinggal.

Azan magrib berkumandang kami sholat magrib berjamaa, hanya empat orang dewasa yang ada bersama kami, dan setelah itu kami sholat Isya. Selepas itu kami berbincang dengan Imam Surau itu, dan Ia mengatakan walaupun namanya surau tetapi ditempat itu dilaksanakan sholat Jumat, “Tidak boleh dinamakan Masjid” akunya.

Lumayan puluhan orang jamaah sholat jumat kata Imam yang juga sebagai penyuluh Agama honorer di Kantor Urusan Agama Kecamatan itu, ia bersama isteri dan anaknya sudah empat tahun tinggal disitu. Surau itu dulu dibangun oleh seorang pengusaha yang juga pejabat yang memiliki hotel, karena banyak tamu tamunya Islam dari luar daerah dia dirikan tempat sholat. Akses jalan dulunya dari lokasi hotel, tetapi sekarang jalan kesitu sudah ditutup dipasang tembok, jadi terpaksa harus melalui jalanan kotor yang tak layak tadi.

Sebenarnya Konsorsium dari Perbankan Syariah sudah menyiapkan dana untuk membangun masjid yang layak di lokasi pariwisata Tuktuk yang terkenal itu, lokasinya pun sudah disipakan, sekitar 300 meter dari lokasi surau yang sekarang, mereka belum mendapatkan izin dari Pemerintah setempat menyangkut ketentuan pendirian rumah ibadah SKB dua Kementrian. Hingga kini sudah dua tahun belum ada kabar beritanya.

Kami tak ada data berapa banyak turis datang dan menginap di Tuktuk, daerah yang menjorok ke tengah Danau Toba ini, terutama turis muslimnya seperti kami, yang tidak hanya untuk berwisata saja tetapi tentu menjalankan ibadahnya.

Begitupun makan,  hendaklah hati hati sebagaimana pesan sang Imam, mereka terkadang mencantumkan saja masakan muslim, harus diteliti betul belum ada lembaga halal disana yang bergerak.

Setelah berunding dengan rekan dari Malaysia, malam itu kami putuskan tidak jadi nginap di Tuktuk, salah satu tempat yang indah untuk berwisata, kami berangkat menuju Pangururan, disana ada sebuah masjid yang bersih terletak persis disamping Rumah Bupati ditepi Danau Toba, ada Penginapan dan Rumah Makan Muslim.

Selamat tinggal Tuktuk, maafkan kami tak jadi bermalam disana, untuk selanjutnya ramahlah sedikit terhadap kami.

 

 

 

 

Pengalaman Dalam Ramadhan dengan Makanan Berbuka Puasa


resto halalCatatan Kecil: Imbalo Iman Sakti

Alangkah sayangnya puasa kita sejak fajar menyingsing, tiba petang saat berbuka, ternyata kita mengkonsumsi makanan yang tidak halal.

BATAM– Jamak terlihat jauh hari sebelum Ramadhan tiba, spanduk menyambut bulan suci ini terbentang disepanjang jalan terutama di persimpangan. Ada dari tokoh politik yang sedang “kampanye” ada pula yang dari hotel dan restoran. Penawaran berbuka bersama, dengan special harga dan berbagai menu.
Demikian juga di media elektronik dan media cetak, menu berbuka ini jor joran ditawarkan.
Dibeberapa media cetak yang terbit di Batam, ada iklan yang memuat menu makanan di restoran, dengan menyediakan ta’jil free dengan syarat berbuka untuk minimal 10 orang perpaket menca pai jutaan ribu rupiah.
Buletin Jumat (BJ) melihat iklan Restoran hotel itu, tidak semua mempunyai sertifikat halal. Mala ada yang beraksara China, hanya mencantumkan tulisan NO PORK NO LARD.
Dalam Islam makanan itu men jadi tidak halal yang tadinya halal, bukan hanya tercampur unsur babi saja. Khamar yang dicampur kan dalam memasak membuat makanan itu menjadi haram.
Acap para koki di restoran itu yang nota bene orang Islam terkadang kurang menyadarinya. “Ini makanan laut ya pasti halallah” demikian ucap mereka .
Mereka dalam menghilangkan amis, membersihkan dan mengem pukkan makanan itu dengan sejenis khamar. Beberapa restoran di Jakarta, memasak daging untuk dijadikan rendang misalnya yang tadinya delapan jam dengan di rendam terlebih dahulu dengan khamar sudah empuk dan hanya dimasak 4 jam saja. Demikian pula makanan laut, menghilangkan amis di rendam khamar.
Pastikan bahwa makanan anda yang menyala-nyala apinya diatas wajan tempat memasak bukan dicampur dengan Ang Ciu sejenis khamar yang acap di tambahkan saat memasak sehingga menimbul kan aroma khas yang mengun dang selera. Ang Ciu itu haram. Makanan yang dibubuhi Ang Ciau menjadi haram. Walaupun itu kepeiting , ikan dan sebagainya.
Adalagi yang membuat maka nan itu menjadi haram, tempat masak pantry yang menjadi satu memasak makanan haram dengan makanan yang halal. Tempat penyimpanan antara daging sapi, ayam dan daging babi. Hal ini acap terjadi dicampur didalam kulkas yang sama. Disebuah swalayan di Batam BJ pernah menemukan ketiga daging terse but dipajang berbarengan, dengan pelayan yang sama, alat potong pisau yang sama.
Demikian pula dengan minuman, tidak semua sari minuman yang di jajakan mereka mempunyai sertifi kat halal, alasannya syrup – syrup itu tidak dijual dan diproduksi dalam negeri. Bistro-Bistro acap menjual minuman berkhas aroma buah buahan luar negeri tidak di label halal. Dalam temuan BJ di mall di Nagoya sebuah Bistro yang telah mendapatkan sertifikat halal pun masih menyediakan syrup buatan luar negeri ini yang tidak berlabel halal.
Hal ini terjadi mungkin ketidak tahuan sang pelayan Bistro, karena kebanyakan pemilik Bistro itu bukan orang Muslim. Dan bisa jadi pengawasan dari lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifi kat halal itu tidak optimal.
Jadi kita sebagai konsumen harus peduli, tanyakan kepada pelayan nya atau pengelolanya.
Konsumen muslim pun diharap kan jangan mau memebeli, meng konsumsi makanan ataupun minuman di tempat yang tidak bersertifikat halal. Hindari semak simal mungkin, hal ini acap BJ alami saat para pejabat membuat acara di hotel rekan bisnis dan kerbata mengajak berbuka di resto hotel yang tidak jelas kehalalannya. katakan tidak, atau anjurkan ketempat yang jelas haram halalnya.
Untuk diketahu bahwa beberapa toko roti besar dan terkenal di Batam hingga kehari ini belum memiliki sertifikat halal. Mereka dengan enteng saja menjawab tanpa sertifikat itupun dagangan nya laris manis. So pasti pengkon sumsinya adalah orang Islam.
Selama kita masih tak peduli dengan hal hal yang haram dan halal ini dalam kehidupan kita sehari-hari selama itulah pula para pedagang tidak memperdulian bahwa dagangan yang mereka jual bercampur dengan yang haram.
Jadi kembali lagi kepada kita sebagai umat Islam momentum dalam bulan Ramadhan ini kita mulai dan diri kita dan keluarga kita sendiri peduli dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Alangkah sayangnya puasa kita sejak fajar menyingsing tiba petang saat berbuka, ternyata kita mengkonsumsi makanan yang tidak halal.
Wallahu a’lam (***)

Shalat Jumat di Tempat Kami


15 Tahun Buletin Jumat (3)

SONY DSC

Dulu ada satu kementerian yang mengatar aparatur negara, waktu itu terbitlah satu peraturan yang mengatur para aparatur negara dengan cukup satu pekan 5 hari kerja saja, yaitu dari senin hingga hari jumat sementara pada hari sabtu libur.

Hari Jumat pagi, sebelum masuk kerja, olahraga (senam) dulu, kamipun berangkat dari rumah pakai pakaian olah raga. Terkadang baju olahraga itu ada yang memakainya sampai pulang kerja, ada yang di tukar dengan baju yang lain, yaitu baju kerja. Baju kerja ini bermacam-macam bentuknya. Tegantung perusahaan tempat kita bekerja.

Nah, kalau lelaki muslim sekitar pukul 11.30 wibb sesaathendak memasuki waktu shalat jumat, ada yang menukar lagi pakaiannya itu, jadi ada yang sampai tiga kali bertukar pakaian lho. Tetapi bila rumahnya tidak jauh dari tempat kerja, tak masaalah bisa pulang kerumah, dan berganti baju dirumah, dan shalat di masjid dekat rumah.

Kalau tak bertukar baju dan jauh dari tempat kerja ya pakai baju kerja, dan sebagian sampai sekarangpun instansi yang berolahraga dipagi jumat pegawainya masih memakai pakaian olahraga itu ke masjid melaksanakan shalat jumat.

Ternyata peraturan itu berubah, dirubah lagi jadi tetap enam hari kerja selama sepekan, agaknya tak efesien dan setelah kementerian yang menterinya enggak pernah shalat jumat itu tidak menjabat lagi.SONY DSC

Di Batam tidak terkecuali apalagi daerah melayu hampir diseluruh negeri, terutama di sekolah sekolah, hari jumat kami berbusana muslim kembali, baju muslim biasanya warnanya polos.

Tetapi ada juga beberapa instansi yang menyuruh karyawannya berbaju batik (berwarna-warni, namanya juga batik), dihari jumat sebagaimana ditempat penulis bekerja, katanya untuk cinta budaya. Dan kamipun olahraga kembali dihari sabtu.

Di Jakarta kini, orang nomor satu pemimpinnya lagi kompetisi, jadi capres. Jadi wakilnya yang berkuasa, katanya sih enggak tahu kalau kepala dinas pendidikannya, membuat peraturan baru mengganti model baju muslim tadi dengan model yang lain disekolah-sekolah.

Kalau bagi siswa mungkin tidak terlalu berpengaruh, tetapi bagi siswi? Konon kabarnya kepala dinasnya mau mengundurkan diri karena stress, tetapi dibantah.

Di tempat kami di Batam terkenal daerah industri, banyak perusahaan asing maupun lokal mempekerjakan karyawan setempat, dikasih baju seragam, seperti werpak, yaitu baju dan celananya jadi satu, penulispun setiap tahun pernah dapat dua stell baju seperti itu, waktu jadi pegawai.

Baju seragam ini kalau di pakai shalat, agak menjepit sedikit diselangkangan, ketika kita posisi sujud, tetapi ada baiknya pinggang dan belahan punggung kita tidak terbuka (tertutup aurat).

Karena ada juga baju seragam yang terdiri dua potong, yaitu celana dan baju terpisah, terkadang warnanya sama ada juga yang berbeda, entah mengapa hampir semua pekerja yang dapat baju seragam seperti ini, bajunya agak pendek dan memakai lipatan tebal dibawahnya.SONY DSC

Nah ini yang jadi masaalah sewaktu rukuk apalagi posisi sujud, saat shalat sang baju bagian belakang tertarik keatas tersingkat di belakang belahan punggung dan tentunya aurat terlihat. Enggak tahu mengapa disainnya seperti itu, padahal tidak semua pekerja itu bekerja berkaitan dengan mesin.

Seperti dalam gambar pekerja hotel terkemuka inipun dapat baju seragam, setiap sujud belahan punggungnya kelihatan, dan tangannya tak pernah berhenti kebelakang menutupinya.

Tapi syukurlah mereka para pekerja itu masih dibenarkan dan bisa melaksanakan ibadah shalat jumat, karena dari hasil temuan penulis di beberapa mall, pekerja restoran, maupun pekerja di pompa bensin tidak bisa melaksanakan shalat jumat walaupun dengan memakai baju seragam kerja. Ya jadi sepanjang tahun selama pekerja lelaki itu tak pernah shalat jumat.

Tetapi walaupun tidak setiap jumat melaksanakan ibadah shalat ini, kita tidak pungkiri masih banyak para majikan yang mengatur para pekerja lelaki itu bergantian libur pada hari jumat, seperti security misalnya.

Mungkin di daerah industri, perdagangan, ali kapal di tempat lain seperti itu jugakah?, yaitu memakai pakaian yang tersingkap dibelakang terlihat aurat seperti ditempat kami? … entahlah. Sebagaimana terlihat disuatu jumat, nyaris dari 4.000 orang jamaah Masjid Raya Batam Center tak terlihat yang pakai kain sarung lagi, pada hari itu.

Semoga Batam tidak seperti Jakarta, cukuplah memadailah para pelajar lelakinya pakai baju melayu (dua potong baju dan celana), dari pagi masuk sekolah, sekalian bisa untuk shalat jumat, dan kamipun berharap kepada yang berwenang nantinya tidak membuat kebijakan meniru Kepala Dinas L Marbun di Jakarta sana. (imbalo)

Hebatnya Aceh ……….


15 Tahun Buletin Jumat (2)
1506456_898721806808558_2015444007817856777_n
Di Aceh, Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh telah menerbitkan dan mengeluarkan sertifikat halal. Satu kemajuan dan terobosan, meskipun belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Revisi Undang Undang Perlindu ngan Konsumen NO 8 Tahun 1999, hingga kini belum juga rampung, pemba hasan tentang kewenangan sertifikasi halal, baik tentang obat-obatan mau pun tentang makanan masih tarik ulur, Menteri Kesehatan terli hat belum setuju mengenai sertifikikasi halal obat-obatan, belum adanya pengganti unsur lain menggantikan unsur yang diharamkan umat Islam sebagai alasannya.

Makanan dari luar terus membanjiri Indonesia, terutama Batam, berbatasan langsung dengan Negara tetangga yang memang sebagai pusat perdagangan dunia, hampir dari semua jenis makanan di dunia terlihat beredar di Batam.

Menjadi keprihatinan Buletin Jumat (BJ) tidak adanya laboratorium yang memadai untuk memeriksa DNA Babi, Indonesia melalui LP POM nya hanya memeriksa barangan berdasarkan listing.

Nyaris tidak pernah terdengar temuan makanan yang mengandung unsur babi, bahkan daging babi gelon dongan dicampur dengan daging sapi yang beredarpun info dari masyarakat.

Kasus Ajinamoto, memakai enzyme babi dalam prosesnya, diketahui sete lah petugas pabrik yang memberita hukannya.
BJ, mengunjungi Pusat Halal di Chulalongkorn University Bangkok Thailand, Negara minoritas muslim itu memiliki laboratorium yang terlengkap di Dunia. Tidak hanya memeriksa jenis makanan yang akan diedarkan oleh pabrikan, dan memberikan rekomen dasi kepada Majelis Ulamanya, mereka pun mengembangkan penelitian pengganti unsur babi.

Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim jauh tertinggal dari Malaysia dalam soal produk halal ini, beberapa Negara malah belum mengakui sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Indonesia. Beda jauh dengan Negara tetangga kita itu, malah lebih 50 negara yang mempunyai lembaga halal telah bekerjasama dengan mereka, dengan mendaftarkan semua produknya. Jadi tidak menjadikan hal yang sulit untuk menelurusi produk mereka yang beredar.

Sertifikat oleh Pemerintah

Ada pemikiran, LP POM MUI hanya memberikan rekomendasi saja ke pada Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama sebagai fasilitator nya, demikian juga ormas besar lain seperti NU,Muhammadiyah mempu nyai LP POM tersendiri.

Di Aceh, Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh telah menerbitkan dan mengeluarkan sertifikat halal. Satu kemajuan dan terobosan, meskipun belum ada undang-undangnya yang mengatur.

Di Cina dari kunjungan BJ ke negeri mayoritas peng-konsumsi babi terbanyak di dunia itu, setiap provinsi mengeluarkan masing masing sertifikat untuk makanan halalnya. Sama dengan di Vietnam ada beberapa Lembaga yang mengeluarkan sertifikat Halal.

Hal beragamnya pengeluar sertifikat halal dalam satu Negara dari penelitian temuan BJ, agak susah juga memantau nya, temuan terkahir di Vietnam ada mie rasa babi bersertifikat halal. Begitu juga di China, restoran halal, belum dipercaya dijamin oleh penduduk muslimnya sendiri. Tetapi paling tidak mereka mengerti, para produsen itu mengapa harus halal.

Beragam logo halal BJ temui dalam satu Negara, memang agak menyulitkan dalam segi pengawasan, negara itu memang minoritas muslim, di Indonesia mungkin tetap pemerintah yang mengeluarkan sertifikat halal tetapi berdasarkan rekomendasi dari lembaga Islam yang kompeten, dan tentunya mempunyai peralatan pemeriksaan kehalalan makanan itu.

Seperti sekarang ini pelaku usaha seakan tidak peduli terhadap kehalalan makanan yang disajikan, toh tanpa disertifikasi pun dagangan mereka laris terjual. Jadi sangat perlu segera digesa Undang Undang Jaminan Halal.

Disamping itu pengurusan yang masih bertele-tele dan kurangnya sosia lisasi, membuat para pelaku usaha enggan membuat sertifikat halal, bahkan untuk memperpanjangnya pun mereka tak mau.

Jadi tidak heranlah asli produksi Indonesia yang bersertifikasi halal sangat jarang yang beredar sampai keluar negeri. (imbalo)

UU RI NO 40 TENTANG PERS (1)


10547456_892209664126439_2787480722696643427_nHampir lima belas tahun yang lalu, Undang – Undang Pers diundangkan, tepatnya 23 September 1999 oleh Presiden waktu itu BJ Habibie.
Kebebasan pers di jamin di Indonesia, tidak ada bredel- bredelan lagi itu intinya, tidak ada izin-izin lagi untuk menerbitkan media cetak , cukup berbadan hukum Indonesia, ada alamat lengkap ada dewan redaksi , semua itu tertuang dalam UU NO 40 tahun 1999 tentang PERS.

Lima belas tahun yang lalu Buletin Jumat (BJ) terbit untuk perdana kalinya, bertepatan dengan bulan ramadhan seperti ini, Gus Dur jadi presiden menggantikan BJ Habibie, datang ke Batam, membuka Forum Organisasi Zakat (FOZ) II.

BJ, hanya selembar kertas HVS ukuran F4 dicetak timbal balik, tulisannya berwarna biru, isinya memuat tentang kegiatan ke-Islaman antara lain masjid-masjid yang ada di Batam. Karena memang lembaga yang menaungi BJ adalah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Batam.

Masih ingat benar tulisan pertama tentang Masjid di Komplek perumahan Sukajadi Batam Center dengan Judul “Masjid Sukajadi Tak Jadi-Jadi” , pengembang nya cukup respon setelah membaca tulisan itu, dan berjanji untuk membangun struktur hingga 30% sebagaimana ketentuan bagi pengembang di Indonesia. Masjid yang terletak di perumahan elit di Batam itu kini terus bertambah luas, banyak jamaahnya terutama pada shalat magrib, tak henti henti, mungkin karena terletak di jalur sebelah kiri jalan arah ke Batu Ampar dari Tanjung Uncang, memudahkan terutama para pekerja galangan.

Di perumahan Legenda Malaka, pengembangnya belum menyiapkan lokasi untuk tempat Ibadah, ratusan kepala keluarga muslim telah bermukim disana, solusi atas kesepakatan warga dibuat masjid di luar lokasi tanah pengembang, hingga sekarang masjid itu kokoh berdiri dan telah berdiri pula lembaga pendidikan . Ternyata tempat masjid itu berdiri adalah jalur alternative sebelah kiri jalan menuju Bandara.

Kawasan Industri Muka Kuning punya masjid namanya Nurul Islam, dibangun oleh pengelola, tak mampu menampung jumlah jamaah lelaki, terutama pada shalat jumat, sudah dipasang tenda sampai keluar hanya bisa menampung ribuan orang saja, beberapa tenan yang karyawannya ratusan bahkan ribuan orang, melaksanakan shalat jumat di ruang serbaguna, ribuan hektar luasnya, puluhan tenan besar menempati kawasan, puluhan ribu karyawan di kawasan industri itu, delapan puluh present Islam, masjid hanya satu, Alhamdulillah atas usulan DMI Batam, berdiri masjid Nurul Iman lokasinya diluar lokasi kawasan industry Muka Kuning, tak apalah.

Hampir semua pengembang di Batam sejak awal lagi, tidak menyiapkan sarana tempat ibadah untuk umat Islam ini, perumahan Anggrek Mas, hanya memberikan secuil lokasi tanah dibelakang sekolah Juwita, sekarang masjid itu di perbesar, karena tidak mampu lagi menampung jamaah dari tiga lokasi Anggrek yang lain.

Hingga ke hari ini Lapangan Terbang Internasional Hang Nadim, belum memiliki masjid tersendiri, rencana perluasan tahap III, konon kabarnya akan di bangun sesuai rencana lokasi didekat areal parkir, karyawan dan pekerja muslim , shalat jumat di komplek perumahan bandara, dulu ada bekas mushala direksi kit dijadikan masjid untuk pelaksanaan shalat jumat.

Di pelabuhan sekupang pun belum memilik masjid, pekerja disana shalat jumat ke masjid terdekat di komplek Telkom .
Yang ironis, belasan tahun umat islam, di daerah Batam center, terutama karyawan Otorita Batam, Pemko Batam, dulu, shalat jumat di lantai tiga ruang serba guna kantor Otorita itu. Namanya ruang serbaguna, terkadang dibuat untuk acara kebaktian umat lain (non islam), kadang acara music, kesenian, pelantikan pejabat dan lain-lain. Alhamdulillah berdiri masjid raya Batam, digesa cepat semula 4 tahap menjadi satu tahap saja.

Iya , Buletin Jumat identic dengan masjid, karena dibawah naungan lembaga DMI tadi, termasuklah tempat shalat bagi karyawan muslim yang ada di mall-mall, hanya seadanya saja.

BJ sempat tidak terbit beberapa saat, karena kami tidak menjadi pengurus DMI lagi, setelah itu tebit lagi tetapi di kelola oleh Yayasan Lembaga Konsumen Muslim (YLKM) Batam.

Marak pula makanan yang tidak halal, masuk dan membanjiri Indonesia, termasuk paha ayam dari Amerika masuk ke Batam, kasus ini mencuat hingga Nasional, Buletin Jumat sampai ke pengadilan, pejabat yang berwenang di Batam, tidak bisa secara langsung menutup media yang hanya selembar itu, terganjal UU NO 40 tentang PERS diatas, menurut Parni Hardi kepala kantor berita ANTARA saat itu, walau hanya selembar, memuat dan menyajikan berita tulisan rutin dan terus menerus adalah pers. Merasa tertolong oleh ketentuan itu, kami pun beli mesin cetak sendiri agar BJ tetap terbit.

Islam di Yunnan Kunming Cina


Catatan Perjalanan ke Cina

Imam masjid Kunming

bersama Imam masjid Kunming

Buletin Jumat berkesempatan mengunjungi Cina, lawatan, kami mulai dari Kunming ibukota provinsi Yunnan. Hampir empat jam perjalanan dengan pesawat Air Asia, dari Kuala Lumpur Malaysia, tiba di lapangan terbang antara bangsa Kunming, hari menjelang petang, meskipun tidak ada perbedaan waktu antara Kuala Lumpur dengan Kunming, tetapi waktu shalat berbeda.

Dengan taksi menuju pusat kota, tarifnya 100 yuan, 1 yuan sekitar 1.900 rupiah. Bandara Yunnan ini terlihat lengang, masih gersang dari pepohonan, karena sedang dalam tahaf pembangunan. Sepanjang perjalanan ke pusat kota, terlihat pembangunan kondominium dan pabrik tempat industri disana sini.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 tetapi matahari masih bersinar terang, udara terasa dingin sekitar 12 derajat selsius.
Kedatangan kami di Kunming (Cina) sedang libur, hari buruh, hotel penuh, 01 Mei benar benar dinikmati pekerja di negeri tirai bambu tersebut.

Hidung terasa sesak dan kering, cuaca dingin dan bau menyengat khas kota Kunming, awalnya kami tak itu bau apa, ternyata bau tahu busuk dari parit pembuangan, persis di dekat pembuangan limbah ada kamar hotel dekat masjid seharga 240 yuan semalam, dengan dua tempat tidur.

Di Kunming, warga negara asing harus tidur di hotel, sebenarnya ada penginapan murah di sekitar masjid. Tapi pemerintah komunis itu tak membenarkannya.

Karena tak tahan bau yang menyengat entah bau apa, seperti aroma bawang dan busuknya hembusan angin dari parit tertutup pembuangan limbah dari pabrik tahu, malam itu kami menginap di We Long Hotel. Tarif paling murah 450 yuan, satu malam.

Masjid di Kunming

Ada enam masjid, terletak di pusat kota Kunming, satu masjid provinsi yang kami kunjungi, ribuan jumlah jamaahnya pada shalat jumat. Di ruang utamanya dapat memuat sekitar 700 orang jamaah, masjid tanpa kubah ini, adalah masjid paling tua di Kunming. Masjid ini terletak persis di depan jaringan Mall terkenal di Cina yaitu Wang fun jing.

Jamaah shalat jumat penuh sampai ke halaman masjid, diperkirakan ratusan ribu umat islam di Kunming , sebagian besar dari suku Han

Jamaah shalat jumat penuh sampai ke halaman masjid, diperkirakan ratusan ribu umat islam di Kunming , sebagian besar dari suku Han

Diseputaran masjid ini banyak dijual makanan halal. Tidak waktu shalat jumat saja apalagi waktu shalat jumat, jauh waktu sebelum shalat tiba jamaah sudah berdatangan. Kebanyakan warga tua. Masing masing dengan tongkatnya. Mereka duduk berdua dua , duduk di bangku – bangku yang disediakan di halaman masjid, di bawah pohon-pohon pelindung.

Akrab terdengar perbincangan mereka kelihatannya, sebagian jamaah itu datang sengaja untuk shalat jumat, jauh dari kampung kampung kiloanmeter jaraknya dari masjid. Hujan yang turun tiba tiba selama pergantian musim nyaris semua membawa payung, dan bungkusan persegi empat, rupanya bungkusan itu untuk tempat alas duduk, dan sehelai handuk kecil.

Cuaca dingin, sesekali hujan turun, wuduk memakai air panas yang disediakan masjid, handuk kecil tadi digunakan untuk melap bekas wuduk terutama bagian kaki. Setelah dilap langsung memakai kaos kaki.

Kamar kecil untuk tempat buang air besar dan kecil ada yang terpisah, bila tidak biasa istinjak dengan kertas, kita terpaksa harus membawa gayung (ceret) yang ada tersedia disitu yang berisi air panas. Semua jamaah di Kunming shalat pakai kaos kaki, mungkin karena dingin udaranya.

Hari kedua kami menginap di hotel peris bersebelahan dengan masjid, tarifnya lebih murah satu malam 180 yuan. Subuh itu kami datang awal untuk shalat, ada rombongan dari Jakarta ikut turnamen golf disana, sebagian mereka ikut shalat di subuh yang dingin itu. Kebetulan kami satu hotel saat di We Long hotel, ada Ade Chandra mantan pemain Bulu Tangkis.

Di Kunming, sama dengan di Thailand Utara, bacaan basmalah pada Alfatiha tidak di zaharkan, begitu juga sebutan Amin, tidak terdengar, kalau di Indonesia dam Malaysia, sebutan Amin setelah Fatiha terdengar kuat dan panjang.

Bentangan sajadah pun sebagian besar masjid di Cina letaknya tidak memanjang ke depan tetapi kesamping, sajadah hanya untuk tempat duduk dan berdiri, sementara untuk sujud, kening menepel di papan di lantai tidak beralas.

Saat azan dikumandangkan, jamaah yang duduk langsung semuanya berdiri. Hal ini bukan untuk shalat subuh saja, setiap shalat fardu lain pun begitu. Bacaan Fatihah dan ayat yang dibaca intonasinya terdengar agak lain dari biasa yang kita dengar di Tanah air. Muazzin pula mengumandangkan azan di luar bangunan masjid, tidak menggunakan pengeras suara.

Jamaah wanita shalat di bangunan tersendiri, sementara tak terlihat anak-anak maupun remaja.
Esok kami ke Cheng Du……..

Sinterklas Muslim di Bumi Melayu


1488099_765910243423049_200734800_nRibuan pengunjung hilir mudik memasuki lobi Hotel Planet Holiday Batam, malam itu sedang berlangsung acara peluncuran Tiga Buku Karya Agung Raja Ali Haji.

Pada keesokan harinyapun berlangsung acara seminar ditempat yang sama, pembicara, pemakalah dan para Guru Besar, membahas kebesaran dan kejayaan pengarang Gurindam Duabelas itu, antara kerangka dan isi dikupas tuntas. Sastra melayu identik dengan Islam dan tentunya tidak terlepas dari Quran dan Hadist.

Para pengunjung, peserta dan tamu undangan yang memasuki hotel tersebut disuguhi pemandangan suasana natal, ada pohon cemara, dibubuhi kapas warna putih, agar terlihat  seakan berselaput salju. Dan para pekerja disitu memakai atribut sinterklas. Ironisnya baik tamu undangan dan pekerja yang berada di hotel itu, nyaris seluruhnya beragama Islam.

Disatu tempat lain,  Agu Dian Sofiyani, seorang ibu rumah tangga merasa resah, “Belumlah Natal tiba, pernak pernik dan atributnya sudah menghiasi tempat perbelanjaan yang saya kunjungi, para kasir sudah dilengka pi dengan topi santa clause. Lagu-lagu natal diperdengarkan”.

Hal pernak pernik dan atribut natal ini, membuat berang seniman Batam.Tarmizi, seniman dari sanggar Rumah Hitamini  bersama tamunya dari Tahiland yang juga seorang seniman, sedang chek in di Hotel Harmoni One dilayani recepsionis muslim yang memakai atribut sinterklas.1499471_765910066756400_1985563184_n

Bukan main meradang pria yang selalu berbaju hitam ini, karena marah dan mengomel di depan resepsionis yang tak dapat menjawab keberatan Tarmizi. Staff front office dan kepala security hotel tersebut pun tak dapat memutuskan.

Pemberian ucapan selamat Natal pun sudah mulai ramai diperbincang kan di televisi, ada sebagian kaum muslimin yang menganggap pembe rian ucapan Natal sebagai sebuah hal yang sah-sah saja namun ada juga yang kontra terkait hal ini.

Sepanduk “kampanye” ucapan selamat natal dan tahun baru para calon legislatfp pun bertebaran disepanjang jalan, di depan nama caleg itu tercantum Haji dan Hajjah. Sepertinya mereka yakin betul dengan membuat ucapan seperti itu pemilih non muslim akan memilihnya dan berapah sih jumlah mereka?

Ouw bukan, ini bentuk toleransi saja, sesama warga negara, “lagian kenapa tahun tahun lalu tidak ada teguran atau apapun tentang atribut ini”?. tanya Yudi kepala security Hotel Harmoni One yang di temui Buletin Jumat bersama Tarmizi.  Yudi pun mengharapkan sebagai pelaksana semua kebijakan dari owner atau atasannya, hendaknya pihak terkait seperti Pemko atau MUI memberikan surat kepada mereka, jadi ada acuan dan pegangan.

Bagus itu saran dari Yudi, seperti Pemerintah Provinsi Aceh melarang semua kegiatan yang berbau Natal. Kecuali kepada umat kistiani saja. Ketua MUI KH Usman Ahmad mengatakan, hal ini sudah berulang kali dibahas, baik dari pihak PHRI, Penge lola Mall, bersama Muspida setempat.

Nah kembali ke Kenduri Melayu 2013, bersempena dengan ulang tahun Kota Batam ini, bagaimana untuk tahun hadapan tidak lagi diadakan di Hotel yang tidak mengindahkan perasaan orang Islam itu, hal itu BJ sampaikan kepada Tarmizi yang juga juru bicara FPI, sebagai salah seorang seniman yang tersangkut paut dengan kegiatan Kenduri Melayu itu.

Atau paling tidak para seniman itu bersikap seperti Ketua MUI Batam yang menolak hadir pada acara peng-anugrahan, karena menurut beliau acara tersebut tidak Islami. Untuk itu Kita kembalikan saja kepada pejabat yang paling berwenang di bumi segantang lada dan bandar dunia Madani ini. (imbalo)

Bread Talk dan Sertifikat Halal


Kisah toko roti terkenal di Indonesia ini dalam menyikapi sertifikat Halal....................terus dipantau oleh Buletin Jumat

Kisah toko roti terkenal di Indonesia ini dalam menyikapi sertifikat Halal………………..terus dipantau oleh Buletin Jumat

Hampir sepuluh tahun toko roti Bread Talk tidak mempunyai sertifikat Halal, dan ke hingga hari ini Sabtu (20/09/13) pun belum ada. LP POM MUI pernah mengeluarkan Sertifikat , tetapi Bread Talk tidak mau memperpanjangnya. “Tanpa sertifikat itu pun banyak konsumen yang membeli” ujar seseorang pengelola pada saat ditanya Buletin Jumat waktu itu. Tetapi menurut Rizo Manager lapangan Bread Talk Mega Mall Batam Center, mereka telah mengurus Ulang sertifikat itu. “Apa karena omset sudah mulai nurun ya?? ” tanya Buletin Jumat Rozi tersenyum….. Jadi isu Halal itu bisa menurunkan omset lho……………

Selanjutnya terserah anda, ujar Buletin Jumat.... mau mengkonsumsi apa tidak, tugas kami hanya menginformasikan saja...........

Selanjutnya terserah anda, ujar Buletin Jumat…. mau mengkonsumsi apa tidak, tugas kami hanya menginformasikan saja………..

Menurut Rozi dalam pekan depan sudah ada sertifikat Halalnya, ya kita tunggu dan lihat saja....

Menurut Rozi dalam pekan depan sudah ada sertifikat Halalnya, ya kita tunggu dan lihat saja….

iya,... mohon kalau sudah dapat sertifikat halalnya Buletin Jumat diberitahu......................

iya,… mohon kalau sudah dapat sertifikat halalnya Buletin Jumat diberitahu………………….

 

menggugah selera.........hendaknya cepatlah urusan sertifikat kehalalan roti produk Bread Talk ini

menggugah selera………hendaknya cepatlah urusan sertifikat kehalalan roti produk Bread Talk ini

Kisah Pekerja Islam di Restoran Solaria : Demi Tugas Terpaksa Lepas Kerudung


1260889_709803419033732_1224654049_nMacam macam menu ada di Resto ini, Namanya, Siti dan yang satunya lagi juga namanya Siti, yang satu pakai kerudung, yang satu tidak, “iya saya juga kalau keluar tidak tugas di Resto ya pakai kerudung, kalau kerja dibuka ” ujat Siti Aini.537035_709188689095205_948380896_n

 

Nah yang pakai kerudung namanya siapa koq mirif dengan Patin ya??? “Iya terimakasih , namaku Siti Cholisa, baru selesai shalat juhur dibawah ” ujar siti Holisa, bersiap membuka kerudungnya karena akan bertugas sebagai kasir di Resto Solaria. Resto ini belum mengizinkan karyawatinya berkerudung, dalam pekerjaannya, harus pakai sanggul macam ini kata siti Aini sambil tersenyum.”semua bahan masakan sudah disediakan, dan semua karyawan dan karyawti yang bekerja di Solaria Mega Mall Batam Center ini termasuk juru masaknya Islam ” ujar mbak Dias menjawab pertanyaan Buletin Jumat.

Siti menympan kerudungnya

Siti menympan kerudungnya

Dan mbak Dias selaku penanggung jawab di Resto yang diisukan tidak halal ini mengakui hingga ke hari ini jumat (19/09/13) belum menagntongi sertifikat Halal dari MUI ” InsyaAllah dalam minggu minggu ini sudah keluar” ujar mbak Dias yakin, karena demikian info dari pusat.

Wah Siti malu sudah enggak kayak Patin lagi sudah buka kerudung, ya beginilah nasib kami karyawan kecil yang membutuhkan pekerjaan, harus taat aturan , mengorbankan syariat, terus mau apa lagi maafkan kami ya Siti – Siti, belum bisa membantu mu …..dan mohon pemilik Resto jangan pecat mereka…..karena sudah berani memberitahukan kepada Buletin Jumat…
523503_709195392427868_360716656_n

Kalau kami sih gak lepas kerudung, karena gak pakai kerudung ujar Sutomo, tapi ya Alhamdulillah para koki Resto ini dapat shalat Jumat , meskipun tidak setiap
Jumat, “gantian, setiap jumatnya” tambah Sutomo lagi. Lumayan lah karyawan ini masih bisa shalat jumat meskipun tidak setiap hari Jumat.
933987_709709412376466_1677331503_n
(imbalo)

Jesus V.Del Rosario Foundation Building Manila


Kali ini Buletin Jumat (BJ) mengunjungi Filipina, kota Manila. Bersama dengan tiga orang teman dari Kedah Malaysia, kami bertemu di Singapura

Dari Changi Air Port Singapura, berangkat Sabtu (28/04) pukul 00.55. Tiba di Bandara Nino Aquino International Airport (NAIA), Jam telah menunjukkan pukul 04.10 dini hari waktu Filipina.

Tidak ada selisih waktu antara Singapura dengan Manila. Semen tara waktu antara Malaysia dengan Manila pun juga sama. Tetapi de ngan Batam Indonesia, meskipun bertetangga, tiga Negara itu lebih awal satu jam waktunya dari pada Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).
Karena hendak mengejar shalat subuh di Hotel, kami bersegera ke luar dari terminal. Ternyata meski pun waktu dikedua Negara itu sama, waktu untuk shalat tidaklah sama. Contoh, waktu shalat Subuh di Manila, sekitar pukul 04.15, sementara Kedah dan daerah lain di Semenanjung Malaysia, pada umumnya, waktu shalat subuh berkisar antara pukul 05.30.

Fasilitas Umum Bandara
Jadi sewaktu berada diruang ke datangan tadi, sebenarnya telah masuk waktu shalat subuh. Terlan jur sudah keluar dari ruang terminal kedatangan, sementara teman yang akan menjemput belum juga datang, fajar mulai menyingsing.
Mushala ada diruang kedata ngan tadi. Untuk masuk kesana, harus jalan berputar lumayan jauh jaraknya. Dan kami, tidak bisa shalat bersama, harus ada yang menjaga beg pakaian, tak mungkin dibawa kedalam lagi.

Mushala di Bandara NAIA hanyalah ruang kecil, ukuran 2 x 3 meter, terletak dilantai dua, diu jung lorong dekat toilet. Seperti nya ruang gudang arsip yang dimanfaatkan dan disekat untuk ruang shalat.

Di mushala kecil itu, ada bebe rapa orang petugas berseragam bi ru sedang shalat, dan ada juga yang telah selesai, berada diluar, sedang memasang sepatu. Ternya ta ada juga petugas yang bekerja di Bandara itu yang beragama Islam.

Sama dengan ruang shalat di Terminal Dua, Bandara Changi Singapura. Di Bandara NAIA Manila ini pun ruang shalat dengan ruang meditasi terletak berdampingan. Ruang shalat di Changi cukup bersih dan punya tempat wuduk sendiri, dan sepertinya memang disiapkan untuk ruang shalat.
Di NAIA Manila, ruang medi tasinya lebih luas dari di Changi. Diruang meditasi itu terlihat patung bunda Maria, sebesar manusia, berdiri diujung ruangan, beberapa bangku panjang berjejer dua, dan sebuah podium, terletak berdampingan dengan patung tadi. Ruang meditasi, semacam ruang untuk berdoa.

Building Conference Center Manila
Di Manila, kami menginap di Jesus V. Del Rosario Foundation Building, yang terletak di Trasierra Sts. Legaspi Village, Makati City 1260 Philippines. Bangunan tempat conference center, Asian Institute Of Management (AIM). Bangunan AIM yang terletak di tengah jantung kota Manila ini, cukup luas. Hampir seluruh Negara Asia punya nama ruang tersendiri.

Poto-poto peserta dan tamu kehormatan terpajang rapi di dinding, termasuk peserta dan tamu dari Timur Tengah –terlihat dari pakaian mereka- yang pernah mengunjungi gedung AIM itu. Tiga teman BJ, adalah Dosen di Universitas Utara Malaysia (UUM) Kedah, mereka menjadi pembicara di AIM Manila.

Di bangunan yang bernama Jesus ini pun menyediakan ruang meditasi, lebih banyak bangku panjang tersedia dibandingkan ruang meditasi di Bandara NAIA. Ruang meditasi ini terletak persis di depan kolam renang lantai satu dan terawat rapi. Mungkin karena banyak peserta konperensi dari Negara Asia yang beragama Islam, pengelola gedung AIM pun menyediakan ruangan untuk shalat, terletak diruang bawah tanah. Jalan ke tempat ruangan shalat itu, melalui koridor yang mengeluarkan bau busuk parit dan juga bau kecoa.

Makanan Halal
Sewa kamar standar di AIM sekitar 6000 peso, 1 peso sebesar Rp. 250,- Ada beberapa restoran di gedung itu. Siang itu kami dijamu makan. Lihat menu maka nan nyaris semua ber-babi. Mere ka tahu kalau kami beragama Islam. Terbiasa agaknya menerima tamu seperti kami, sang pelayan restoran dengan cekatan menye diakan makanan yang tidak mengandung babinya.

Tak lama makanan telah ter hidang, ada kuah sup bersantan, capcai rencah daging ayam, poto ngan ikan berbumbu dipang gang, tumis jamur dengan lada hitam. Tak henti-hentinya sang pelayan menjelaskan bahwa makanan yang dihidangkannya halal.
“Kalau ini terpaksa nak kena makan” ucap teman yang dari Malaysia dengan berat hati.

Halal, bukanlah karena masa kan itu tidak dicampur dengan daging babi saja, tetapi perala tan untuk memasaknya, bumbu yang dipakai. (bersambung)