Mengunjungi Karez, Turpan Urumqi Xinjiang Cina


CATATAN PERJALANAN DARI CINA
10325696_857915710889168_7567631160711394665_n
KAREZ dalam bahasa Uyghur berarti baik, tempat ini sekitar 200 kilometer dari Urumqi arah ke tenggara, Gansu, Urumqi adalah ibukota provinsi Xinjiang Cina.
10341999_857892830891456_6504423942862093238_n
Uyghur adalah penduduknya, dari etnik ras-ras Turki, dulu mereka mayoritas di Urumqi, sejak zaman Dinasti Han daerah ini sudah sangat terkenal, kafilah yang akan berniaga sutera mesti melalui daerah ini, istirahat, menambah bekal, sebelum meneruskan perjalanannya.

System pengairan di Karez, yang masuk wilayah Turban ini adalah salah satu yang teristimewa di Dunia, Kanal bawah tanahnya menyambung dari pegunungan Flaminggo lebih 5000 kilometer panjangnya, menghubungkan sumur sumur vertikal ribuan pula banyaknya, sumur-sumur vertikal itu digali dengan tangan, dibantu alat sangat sederhana, terkadang tanah dari dalam sumur itu ditarik oleh hewan.
10390404_857892750891464_1068834565655143786_n (1)
Kanal air bawah tanah ini mengalir dan teratur kecepatannya sampai di Karez, jadilah Karez tempat yang subur, ratusan hektar pohon anggur dan tanaman lainnya menghasilkan produksi yang tak henti hentinya.

Ada kesempatan berkunjunglah kesana, lihatlah betapa sayangnya Allah pada kita, negeri tandus, ribuan kilometer jauhnya dari laut itu pun menghasilkan Garam. Kanal bawah tanah di Karez ini disebut keajaiban dunia kedua setelah tembok Cina.

Jalur Sutera
Jalur Sutera yang terkenal sejak ribuan tahun yang lalu itu, kini tidak susah untuk dikunjungi, sekitar 3 jam dari kota Urumqi dengan kenderaan roda empat.
10325289_857892947558111_3337201705236970361_n (1)
Jalur ini pun dulu, pernah dilalui oleh sahabat Rasulullah SAW, Saad bin Aby Waqas ra. diutus Khalifah Usman bin Affan berdakwah mengembangkan Islam, jejak peninggalan itu masih terlihat hingga sekarang, terlihat pada ras Uyghur yang taat beragama, ramah, dan sangat menghormati tamu.

Kini suku Uyghur sangat tertekan oleh pemerintah Cina, mereka ingin merdeka, budaya gotong royong, dan keramahtamahan seperti dulu mereka membangun kanal dan sumur itu sudah susah ditemui di Xinjiang Cina.

Memelihara jenggot saja sesuai Sunnah, bagi kaum lelaki di Cina adalah hal yang terlarang, padahal kalau kita lihat dari postur tubuh dan banyaknya bulu yg tumbuh di muka mereka, sepertinya sudah menja dikodrat, sangat berbeda dengan orang Cina dari entik lain nyaris mukanya mulus, tidak berbulu itulah dilemma jadi minoritas, minoritas di Cina bukanlah hal yang mereka ingini.

Sepekan sebelum kunjungan kami ke Uyghur (07/05/2014), terjadi huruhara di Stasiun kereta api Urumqi yang menewaskan tiga orang, demikian pula setelah 10 hari dari sana, 31 orang tewas dipasar terbesar Urumqi, dikota penghasil sutera dan jade batu giok itu.

Saat kami ke Turban, Karez, kawalan cukup ketat, pemeriksaan orang dan barang bawaan, beberapa 10322817_857894260891313_5404236719853508991_nakan kita lalui sebelum dan setelah Karez, sepanjang 300 kilometer itu. Tentara dan polisi berjaga di sepanjang jalan, dan dipersimpangan, tetapi walaupun begitu tidak mengurangi minat wisatawan mancanegara datang mengunjungi daerah konflik itu.

Daerah Karez ini seperti cawan, pegunungan Himalaya, Nepal, Tibet menjulang di Selatan. Mongolia, Rusia, Kazakhstan membentang pula di Utara. Turki, Pakistan India di Barat mengapit. Dan nun jauh di Timur, laut Cina 3000 kilo meter jaraknya, meresap airnya dibebatuan pegunungan sampai ke Karez, Danau-Danau asin, kadar garamnya menyamai Laut Mati di Asia Tengah. Subhanallah. (Imbalo)

Peristiwa Berdarah Tak Bai Thailand Delapan Tahun Lalu


Peristiwa Berdarah Tak Bai


Tak Bai adalah nama salah satu tempat di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan. Sama dengan Provinsi Yala, Patani dan juga Songkla, daerah ini dulu adalah kerajaan Islam Patani, sebelum di obok-obok oleh Inggris.

Patani termasuk kerajaan Islam terkemuka di Nusantara, sebagian daerah takluknya dibagi pula oleh Inggris kepada Malaysia. Hinggalah kerajaan Islam yang cukup termasyhur itu hilang dari muka bumi. Hingga sekarang rakyat Patani, tetap menuntut kemerdekaan, lebih seratus tahun mereka menuntut haknya kembali, sudah puluhan ribu nyawa terkorban untuk hal itu.

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Empat daerah yang dianeksasi oleh Kerajaan Siam yang mayoritas Budha, hingga kehari ini terus bergolak. Empat daerah konflik ini pula mayoritas penduduknya beragama Islam dan berbahasa melayu. Dari segi agama, bahasa, tulisan dan adat istiadat, sungguh sangat jauh berbeda. Pemaksaan tidak secara langsung itulah yang kerap dan acap terjadi.

Tak Bai Narathiwat Thailand, daerah ini berbatasan langsung dengan Kelantan Malaysia, budaya dan bahasanya sama, karena mereka memang dulunya bersaudara, hanya sungai golok yang tak seberapa lebar itu saja yang memisahkan kedua Daerah dan Negara ini.

Delapan tahun yang lalu tepat nya 24 Oktober 2004 terjadi suatu peristiwa yang sangat menyayat hati. Umat Islam yang saat itu sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dibantai dengan bengis dan sadis oleh tentara Siam Thailand. Tak Bai yang terletak di pinggir salah satu pantai itu dipenuhi genangan darah dan tumpukan mayat.

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan - jalan

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan – jalan

Mayat yang mati lemas karena ditumpuk bertindih tindih , dan dilemparkan begitu saja ke dalam truck, menurut laporan resmi pemerintah Thailand sekitar 85 orang yang mati saat itu. Tetapi orang kampong bilang jauh lebih banyak dari pada itu.

Tak Bai delapan tahun yang lalu disaat itu bulan Ramadhan, ditengah panas terik mereka dijejerkan dan dibaringkan di pinggir pantai di jalan dan pasir yang panas, diseret dan dilemparkan kedalam truck untuk dijebloskan ke tahanan. Hampir ribuan jumlahnya.

Oktober 2012 yang lalu Buletin Jumat (BJ) berkesempatan mengunjungi Tak Bai, dari Hadyai menuju Narathiwat , mampir beberapa jam di Patani. Sekatan jalan raya dari tumpukan pasir dan gulungan kawat berduri, nyaris terlihat disemua persimpangan. Disamping dipersimpangan jalan, jarak-jarak beberapa kilometer tentara Siam dengan senjata laras panjang terhunus, memeriksa semua kenderaan yang lalu llang dan memeriksa seluruh penumpangnya tanpa terkecuali.

Apalagi menjelang tanggal 24 Oktober 2012 itu, penjagaan semakin diperketat. Memasuki daerah Tak Bai, sepeda motor yang masuk keluar daerah itupun di periksa. Minibus yang ditumpangi BJ, hampir semuanya adalah penduduk Tak Bai yang sedang merayakan Idul Adha 1433 H di sana. Terlihat setiap ada pemeriksaan tentara yang berlebihan, contohnya pasangan yang duduk disamping BJ menarik nafas panjang.

Begitulah kondisi Tak Bai saat BJ kesana, setelah delapan tahun kasus berdarah yang tak pernah dapat perhatian Dunia ini, seakan terlupakan begitu saja, tetapi terlihat pemerintah Siam malah semakin takut dan meningkatkan pengamanan dengan menambah tentara dan sekatan jalan raya dimana-mana, dan tetap juga bom-bom meletup dimana-mana di daerah 4 komplik itu.

Entah sampai bila hal ini berakhir, sudah seratus tahun lamanya. Tak Bai masih seperti dulu, tak ada bangunan yang berubah, Jalan raya yang menghubungkan Patani – Narathiwat , kini dapat di tempu hamper 3 jam itu memang terlihat mulus, dua jalur. Dibangun oleh Kerajaan Siam, tetapi puluhan pos keamanan dengan bentangan kawat berduri dan tumpukan pasir dengan tentara yang terus 24 jam berjaga dengan senapang terhunus, masih juga menjadi pandangan yang dominan bagi para pendatang.

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Peristiwa Tak Bai di Narathiwat Thailand, pembunuhan terhadap umat Islam oleh tentara Siam Budha yang kita tahu untuk merengut nyawa serangga saja mereka tidak lakukan, Tetapi mengapa begitu sadisnya mereka menembaki dan membunuh dan mencabut nyawa manusia.

Tak jauh beda umat Budha di Thailand dan umat Budha di Myanmar Burma sana, mengapa mereka begitu bencinya terhadap sesame manusia, yang kebetulan beragama Islam.

Ya Allah tolonglah Saudara kami yang terzolimi di sana……………

Buddha Myanmar Terus Bakar Masjid dan Desa Muslim Rohingya


masjid-dan-rumah-penduduk-muslim-rohingya-terus-dibakar-

masjid-dan-rumah-penduduk-muslim-rohingya-terus-dibakar-

Kaum Buddha yang didukung pemerintah Myanmar terus membakar desa dan masjid kaum Muslim di negeri itu. Kehadiran pasukan militer bersenjata berat pun tampak di ibu kota Rakhine, Sittwe. Selain itu, jam malam pun diberlakukan.

Bahkan, seperti dilansir Press TV, aksi pembakaran itu tak kunjung berhenti kendati kecaman terus berdatangan dari seluruh dunia. Wilayah selatan Rakhine telah menjadi kawasan penuh kekerasan terhadap Rohingya sejak Juni 2011 yang menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Pemerintah Myanmar sendiri disebut-sebut menolak mengakui Rohingya karena dianggap bukan warga asli Myanmar dan menganggap mereka migran ilegal. Padahal warga Rohingya sendiri disebut sebagai keturunan Muslim yang berasal dari Persia, Turki, Bengali serta telah bermigrasi ke Myanmar sejak abad ke-8.

Komunitas Buddha Indonesia Minta Kasus Rohingya Dijauhkan Dari Unsur Agama


Budha di Indonesia ini masih juga bilang kalau itu bukan persoalan Agama, penindasan terhadap Islam bukan hanya terjadi di Rakhine saja, Ayo ketua Budha Indonesia anda kubawa keliling Myanmar untuk melihatnya.

Budha di Indonesia ini masih juga bilang kalau itu bukan persoalan Agama, penindasan terhadap Islam bukan hanya terjadi di Rakhine saja, Ayo ketua Budha Indonesia anda kubawa keliling Myanmar untuk melihatnya.


Konflik sektarian yang melibatkan Muslim Rohingya pecah di Myanmar. Komunitas pemeluk Buddha di Indonesia pun meminta agar kasus tersebut dijauhkan dari unsur agama.

“Secara khusus kami mendesak agar yang pertama, ketegangan yang terjadi segera dipulihkan dan dijauhkan dari unsur agama,” ujar pemuka agama Buddha, Bikkhu Dhammakaro Thera.

Hal itu disampaikan di Kantor Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI), Plaza Center, Jl Jenderal Sudirman Kav 47, Jakarta, Selasa (7/8) seperti dilansir detikcom.

Bikkhu Dhammakaro juga meminta pemerintah Myanmar segera memberikan status kewarganegaraan Myanmar secara penuh kepada komunitas Muslim Rohingya. Sebab Muslim Rohingya telah menetap selama puluhan bahkan ratusan tahun di negara Myanmar. Karena itu mereka berhak atas status kewarganegaraan yang sama dengan mayoritas warga Myanmar lain.

“Meminta pemerintah Myanmar memberi kemudahan kepada lembaga-lembaga bantuan dari luar Myanmar untuk memberikan bantuan kepada seluruh korban konflik tanpa memandang latar belakang agama,” harapnya.

Bikkhu Dhammakaro juga meminta pemerintah Myanmar aktif mempertemukan pemuka-pemuka agama untuk mempererat jalinan kerja sama, dalam menciptakan perdamaian. Myanmar pun diharap memenuhi permintaan itu dengan mempertimbangkan posisinya sebagai bagian dari komunitas ASEAN.

Zainal, pengurus Center of Asian Studies (Cenas) yang hadir dalam acara tersebut mengatakan wajar komunitas Buddha di Indonesia memperhatikan apa yang dialami Muslim Rohingya. Sebab hubungan Buddhis dan Muslim di Indonesia sangat harmonis.

“Selama ini menerapkan multikulturalisme dalam demokrasi di Indonesia khususnya dan Asia pada umumnya, lebih concern lagi di Asia Tenggara. Kami juga mengadakan riset yang diatuangkan dalma buku berjudul ‘Berpeluh Berselaras mengenai Harmonisasi Komunitas Buddhis-Muslim’,” paparnya.

Jo Priastana, cendekiawan Buddha yang juga hadir pun sepakat apa yang terjadi di Myanmar bukanlah persoalan agama. “Kasus kebijakan pemerintah dalam menangani problem sosial ekonomi dan sosial demografi,” terangnya.

Hal yang sama disampailan dr Dharma K Widya dari Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi). Disampaikannya, segala usaha kemanusiaan pasti akan didukung.

“Kita sebagai manusia mendukung semua upaya apapun demi mengurangi penderitaan sesama makhluk,” ucapnya.

Acara itu juga dihadiri Bikhu Jayamedho dari KASI, dr Metasari dari Wanita Theravada Indonesia (Wandani), Gunandana dari Majelis Tridharma Indonesia. Tanagus Dharmawan dari Pemuda Theravada Indonesia (Patria), dan Romo Sumedo dari Forum Dharmaduta DKI.

Kekerasan sektarian yang berlangsung di negara bagian Rakhine, Myanmar barat antara warga Buddha Rakhine dan muslim Rohingya telah menewaskan sekitar 80 orang sejak Juni lalu. Bahkan tiga orang tewas dalam kerusuhan yang kembali terjadi pada Minggu, 5 Agustus lalu.

Kekerasan itu dilaporkan dipicu oleh peristiwa pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Buddha, yang berlanjut dengan pembunuhan 10 orang muslim Rohingya oleh massa Buddha yang marah.

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah mengusulkan untuk mengirimkan misi OKI guna menyelidiki pembantaian muslim Rohingya tersebut.

Selama ini pemerintah Myanmar menganggap warga Rohingya yang tinggal di negeri itu sebagai warga asing. Sementara kebanyakan publik Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan memusuhi mereka.

Diperkirakan saat ini sekitar 800 ribu orang Rohingya tinggal di Myanmar. Selama beberapa dekade terus mengalami diskriminasi pemerintah Myanmar, warga Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan. PBB pun menyebut mereka sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.

Menurut UNHCR : Bentrokan di Myanmar Utara, 800 Ribu Orang Mengungsi


Muslims hold pictures and banners as they protest in front of Myanmar's embassy in Bangkok in June. A group of Rohingyas living in Thailand and other Muslims gathered outside the embassy demanding security for Myanmar's Rohingya people and called for inter

Muslims hold pictures and banners as they protest in front of Myanmar’s embassy in Bangkok in June. A group of Rohingyas living in Thailand and other Muslims gathered outside the embassy demanding security for Myanmar’s Rohingya people and called for inter

JENEWA — Sekitar 80.000 orang diperkirakan akan mengungsi karena bentrokan antar-kelompok baru-baru ini di negara bagian Rakhine utara Myanmar, kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Jumat (27/7).

Juru bicara UNHCR Andrej Mahecic mengatakan kepada wartawan bahwa lebih dari 30.000 Orang-Orang Terlantar Internal (IDPs) telah menerima bantuan. Organisasi-organisasi darurat dan pemerintah telah mulai membangun tempat penampungan pengungsi di beberapa kamp-kamp.

Mahecic juga menyatakan keprihatinan atas tiga anggota staf UNHCR yang telah ditahan di negara bagian Rakhine.

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Navi Pillay pada Jumat juga menyatakan keprihatinan serius atas pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung di Myanmar, dan menyerukan penyelidikan cepat dan independen.

Kekerasan dipicu antara etnis Rakhine Buddha dan etnis Rohingya Muslim di Taungup di negara bagian Rakhine setelah seorang wanita Buddhis diperkosa dan dibunuh pada 28 Mei. Menurut angka resmi, kekerasan di kawasan itu telah merenggut sedikitnya 78 jiwa sejauh ini.

Tidak Mudah Mendapatkan Visa Masuk Meliput ke Arakan Myanmar



Otoritas Burma telah menolak untuk memberikan visa kepada seorang advokat Hak Asasi Manusia asal Pakistan Ansar Burney dan seorang rekannya, yang ingin datang ke Burma untuk misi pencarian fakta terkait kekejaman yang dilakukan terhadap  MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR  di negara bagian Arakan, Burma.

Duta besar Burma di London memberitahu Burney, yang memimpin Ansar Burney Trust International, sebuah organisasi HAM di London bahwa mereka (otoritas Burma) tidak mengizinkan setiap wartawan dan para aktivis HAM untuk datang ke Burma untuk misi pencarian fakta.  Para Biksu di Myanmar Membenci Muslim Rohingya

“Duta besar telah memberitahu saya bahwa mereka tidak mengizinkan para wartawan dan aktivis HAM di negaranya. Tindakan ini membuktikan bahwa Burma memiliki sesuatu untuk disembunyikan dari dunia,” ujar Burney, dilansir Mizzima.

Mantan Menteri Federal untuk Hak Asasi Mania dan sekretaris Pakistan Press Club (UK) pada hari Kamis (19/7/2012) mengajukan visa untuk mengunjungi Burma. Pada hari Selasa dia diberitahu visa tidak dapat diberikan.

Burney, yang juga seorang mantan anggota Dewan HAM PBB, mengatakan ingin pergi ke Arakan untuk memastikan apakah benar adanya berita tentang pembunuhan, penangkapan, dan kekejaman lainnya yang dilakukan oleh pasukan keamanan Burma atau etnis Buddhis Rakhine.

Memang, banyak orang yang kurang yakin atas pemberitaan penindasan otoritas Burma dan masyarakat Buddhis Rakhine terhadap Muslim Rohingya di Arakan, sebab media-media internasional terkemuka tidak memberitakan fakta secara rinci tentang apa yang terjadi di Arakan. Selama ini, para jurnalis, terutama jurnalis Muslim, banyak mengambil fakta yang dipaparkan oleh media pro-Rohingya dan media lokal yang dikelola langsung oleh Muslim Rohingya. baca  Cara Muslim Rohingya mengabarkan berita

Data yang didapat oleh media lokal dan media Islam biasanya didapat dari laporan langsung dari Muslim Rohingya yang masih dapat menggunakan alat komunikasi, atau dari para kerabat korban yang masih dapat menghubungi keluarganya di Arakan. Selain itu, beberapa jurnalis Muslim lokal telah berhasil meliput langsung bagaimana situasi di Arakan, meskipun gerak mereka sangat terbatas.

Penolakan visa Burney dengan alasan bahwa tidak diizinkan para wartawan untuk meliput ke Burma adalah hal yang aneh, karena telah ada beberapa media mainstream yang pernah meliput langsung ke Arakan.

Para Biksu di Myanmar Membenci Muslim Rohingya


Biksu-biksu di Myanmar yang memiliki peranan penting dalam proses demokratisasi, justru tidak ikut melindungi warga Muslim Rohingya. Mereka menggelar aksi dengan membagikan pamflet anti-Rohingya ke warga.

Para pemuka agama itu dikabarkan memblokir bantuan kemanusiaan yang diberikan aktivis untuk warga Rohingya. Salah satu pamflet yang dibagikan bertulisan “rencana untuk membasmi etnis lain.”

“Belakangan ini, biksu-biksu memainkan peranan untuk menolak bantuan asing yang ditujukan kepada warga Muslim. Mereka mendukung kebijakan Pemerintah Myanmar,” ujar salah seorang anggota LSM Chris Lewa, seperti dikutip Independent, Rabu (25/7).

“Seorang anggota relawan di Sittwe mengatakan kepada saya bahwa biksu-biksu itu berada di dekat kamp Rohingya dan melakukan pemeriksaan. Mereka mengusir seluruh orang yang hendak memberikan bantuan ke warga Rohingya,” tambahnya.

dikutip dari eramuslim.com

dikutip dari eramuslim.com


Assosiasi Biksu Muda Sittwe dan Mrauk juga melontarkan pernyataan, mendesak warga setempat agar tidak berkomunikasi dengan warga Rohingya. Sementara itu para pimpinan fraksi politik di Myanmar berupaya untuk mengusir 800 ribu warga minoritas itu dari Myanmar.

Sejauh ini, aktivis HAM yang berbasis di London, Inggris juga aktif mengkritisi tokoh pro-demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi. Mereka mengutarakan kekecewaannya karena Suu Kyi dinilai gagal menyikapi masalah ini.

Rohingya sudah tinggal di Myanmar sejak beberapa abad yang silam, namun pada 1982 Jendral Ne Win melucuti kewarganegaraan mereka. Warga Rohingya pun lari ke Bangladesh dan hidup di kamp-kamp pengungsian.

Media-media asing juga dilarang masuk ke wilayah Arakan, di mana banyak warga Rohingya bermukim. Pada pekan lalu, 10 relawan juga ditangkap tanpa alasan, ketika memasuki wilayah itu.(

Tujuh Tahun Peristiwa Tak Bai : Peristiwa Berdarah yang Dianggap Biasa Saja


Ratusan mereka Sahid  tertumpuk tumpuk di Tak Bai

Ratusan mereka Sahid tertumpuk tumpuk di Tak Bai

Hari ini (25/10) genap tujuh tahun tragedi Tak Bai (baca Taba), penyiksaan yang terjadi bertepatan di bulan ramadhan itu seakan terjadi oleh kesalahan umat muslim Patani sendiri. Ratusan orang mati terbunuh itu bukan karena penyiksaan dan ulah para tentara Thailand di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Thaksin  saat itu, tidak lain karena salah umat islam Patani sendiri karena mereka berpuasa. Jadi lemas. Ironis alasan mereka.

Tapi begitu lah, dari tahun ke tahun sejak Enam Tahun Peristiwa Berdarah Tak Bai Thailand Selatan  hingga ke saat ini tak ada langsung perhatian dunia, terutama negara-negara Timur Tengah yang mayoritas Islam itu.

The outrage of Tak Bai

One of the most atrocious single violations of human rights occurred exactly six years ago. It is a poor comment on justice that successive governments have barely even acknowledged the horrific event. Almost 90 Thais died in what now is called the Tak Bai incident in Narathiwat province in the deep South. All but a few of the deaths occurred while the young male victims were already in the care of the army, which had been called in when an anti-government protest got out of hand. From the prime minister to the army unit directly involved, no responsible official ever has been made accountable.

There are still divisive opinions about what happened on Oct 25, 2004, and who if anyone should be held responsible. The facts of the case are not in real dispute. An unruly mob of local people began the incident with a protest at the Tak Bai district police station. The demonstrators, including women and children, were demanding the release of six youths arrested as suspected insurgents. Police would not or could not control the protest, and called for the army to intervene.

Witnesses and other reports occasionally diverge on what happened next. An official report on the Tak Bai incident, however, determined the facts – although with wide disputes on who was responsible. The confrontation between the army and the demonstrators quickly escalated into violence. Videotapes, widely seen but banned by every government since Thaksin Shinawatra’s regime, show battles between groups of youths and soldiers. Several demonstrators died from injuries in that fighting.

Finally in control of the mob, soldiers stripped the shirts off the young male participants and rather brutally put hundreds on the ground, hands tied behind their backs. After a time, all the detained youths were loaded onto army trucks for the long trip to the main army detention facility in the far South, Camp Ingkayuthaborihaan in Pattani province. When they finally arrived at the camp, hours later, about 78 of the men were dead – a few from wounds during the riot, but most from suffocation in what seems to be mishandling by the army.

The members of the Thaksin government and the army have strongly defended the actions against the demonstrators, and have rejected all claims of malfeasance or even errors during the violence or in transporting the prisoners. Under the military junta which ousted Thaksin, then-prime minister Surayud Chulanont travelled to Pattani and issued an apology. “What happened in the past was mostly the fault of the state,” he said. He announced several procedural changes in administration. Reparations were made to some families of the dead, and the government dropped the laughable charges of instigating the riot against 92 people who survived the violence.

Since then, including under the present government, no further steps on the Tak Bai incident have been taken or, apparently, even contemplated. No political party or faction has seriously called for accountability. The military has steadfastly rejected responsibility. No high-powered body such as the Department of Special Investigation has investigated Tak Bai further.

The incident continues to be cited as the worst example of human rights violations in the long and deadly conflict in the deep South. Insurgents still use it as a recruiting tool. Anti-Thailand propagandists outside the country cite it. But most importantly, the deaths of some 90 Thais six years ago is an important barrier to an understanding between the government and the people of the southernmost provinces. For that reason alone, the government should take the correct steps, address both the resentment and the lack of justice, and urgently heal the festering wound of the Tak Bai incident.

Did you know?

Trajedi Taba tahun ke-5 Jihad diteruskan

October 29, 2009

Alfatihah bagi semua para syhuhada

Genap lima tahun sudah trajedi pembunuhan beramai-ramai rakyat Patani di Taba 2004.Kejadian itu berlaku pada bulan ramadhan bersamaan 25 october 2004 di depan balai polis Taba.Beberapa tempat di Malaysia orang-orang Patani telah mengadakan majlis-majlis memperingati trajedi tersebut.Salah satunya majlis ceramah yang diadakan di Alor Star, Kedah

           Hampir seribu orang telah syahid menjadi korban keganasan tentera Thai.Ada yang terkubur di dalam sungai Taba tanpa di temui mayat dan ada yang di bunuh beramai-ramai kemudian  ditanam beramai dikubur-kubur cina di Patani ,Nara dan Jala.Dan yang paling menyayat  hati seramai tujuh puluh lapan orang mati kerana ditindih oleh rakan tahanan di atas lori yang mengangkut mereka ka kem tahanan,dan yang dalam keadaan nyawa-nyawa ikan di tembak di kepala.Ada yang pecah kepala,perut dan muka kerana tertindih.Pendek kata keadaan yang menyayat hati ini tidak akan terjadi seandai nya mereka menganggap orang-orang tahanan ini manusia.Bayangkan kesalahan orang-orang ini hanya kerana berdemonstrasi  untuk mendesak kerajaan memberitahu apakah nasib pengawal-pengawal kampung yang telah ditangkap beberapa hari  sebelumnya.

              Beberapa bulan sebelumnya tentera Thai juga telah mengadakan pembantaian beramai-ramai  anak-anak muda yang berlindung di dalam masjud kerisik tanpa senjata api. 34 orang gugur syahid apabila pihak tentera mengepung masjid dan mengebom serta menyerang dengan pesawat udara kadalam masjid.Ini berlaku betul-betul dihadapan beribu-ribu orang kampung.

             Ketika berlaku tunjuk perasaan dari bangsa mereka di kota Bangkok selama berbulan-bulan dan menyerang rumah Perdana Menteri dan Parlimen penunjuk perasaan hanya disuraikan dengan gas-gas pemedih mata.Ini lah dalil dan bukti bahawa mereka hanya menganggap orang-orang Patani sebagai binatang yang harus di hapuskan dari muka bumi.

            Tapi bagi mujahidin-mujahidin Patani ini suatu hikmah yang tersembunyi supaya umat islam Patani meneruskan kebangkitan membebaskan diri dari  terus di jajah oleh penyembah-penyembah asnam(berhala).Walaupun kita bersendirian tanpa di bantu oleh mana-mana negara islam,badan-badan antarabangsa islam ; Negara-negara melayu,badan-badan antarabangsa melayu, tapi kita tetap yakin dengan janji dan pertolongan allah swt. Setiap ujian yang allah turun kan kapada umat islam Patani adalah kerana hendak mengangkat darjat kita disisi yang mahakuasa. Percaya lah ini antara dalil kemurnian perjuangan umat islam Patani.

            Walaupun begitu dahsyat kita di perlakukan oleh penjajah Thai, tapi masih ramai pemimpin masyarakat umat islam Patani menyebelahi gologan musyrikin Thai. Mereka-mereka ini terdiri dari ulama-ulama  su’ yang mendapat ilmu munkin dari syaitan.Mereka ini dibekalkan dengan segala kemewahan oleh penjajah Thai.Mereka diminta menjadi benteng dan mata telinga kapada pihak penjajah.

          Walaupun kemarahan kita meluap terhadap mereka tapi kita masih berdoa mudah2an allah swt membuka pintu hati mereka sebelum terlambat.

         Lebih lima ribu menjadi mangsa keganasan sejak kebangkitan; Seribu(1000) orang anak-anak yatim dari para syuhada’; dan beratus lagi balu-balu(bekas isteri syuhada’). Walau bagaimana pun allah telah mencampak kan beberapa hamba allah untuk menjaga dan mengambil tahu masaalah anak-anak yatim tersebut. Banyak juga diterima bantuan dari timur untuk urusan anak-anak yatim.

         Di pihak musuh pula mereka, sejak melakukan keganasan terhadap umat islam hampir setiap hari dilanda kesempitan dan perbalahan sesama sendiri. Sudah banyak kali kerajaan mereka bertukar ganti.Lepas satu ,satu masaalah yang baru menimpa mereka.Raja mereka sedang tenat dan menunggu untuk mati bila-bila masa sahaja.Hampir samua pihak meramalkan jika berlaku kematian negara Thai akan dilanda kekacauan yang dahsyat kerana satu perebutan kuasa antara mereka akan berlaku. Munkin membawa kapada peperangan sesama mereka.Inilah berkat  Qunut  Nazilah yang tidak putus-putus kita baca dalam solat-solat  kita.

        Beberapa hari yang lalu Perdana Menteri Thai Abhisit telah menyatakan kesanggupan untuk berjumpa dengan pihak mujahidin.Sebelum itu Perdana Menteri Malaysia juga memberi cadangan supaya diberi Autonomi kapada wilayah Patani. Beliau juaga mengulangi kesanggupan untuk terus membantu rakyat Patani dalam bidang-bidang tertentu.Beliau juga mendesak pihak Thai supaya menyelesaikan secara tuntas,supaya ASEAN boleh terus melaksanakan segala perancangan mereka.

       Sepatutnya sudah sampai masanya negara Thai dan ASEAN melihat masaalah ini secara kulli (keseluruhan).Terima lah hakikat bahawa bangsa Patani juga berhak menentukan nasib  sendiri. Terima lah hakikat bahawa mereka baru seratus(100) tahun merampas Patani dari kedaulatan nya.

       Ingat ! Kami masih dalam perancangan untuk meningkat kepakaran daya tempur kami.Munkin medan perang akan di perluskan lagi di seluruh negeri Thai.Kami juga mampu menggoncang bumi Thailand terutama nya di kota Bangkok.

      Juga harus diingat bahawa segala impian ASEAN tidak akan menjadi kenyataan selagi Patani tidak diberi kemerdekaan !!!!!!.

      Pihak yang menyambut seruan perundingan janganlah terlalu ghairah.Kerana pihak Thai tidak pernah ikhlas dalam tindak tanduk mereka. Apalagi puak-puak tentera sentiasa menentang perdamaian di Patani,kerana akan menjejaskan periok nasi mereka!

      Walaupun ada kesanggupan dari OIC  dan beberapa negara jiran menjadi orang tengah kita harus pasti apakah matlamat mereka sebenar. Mereka TIDAK PERNAH MERESTUI KEMERDEKAAN PATANI SECARA TOTAL

       Bagi kita apa yang diperlukan sekarang penyatuan yang lebih kemas dan kesabaran yang tinggi. Allah swt akan tetap bersama kita seandai kita benar-benar bersabar dan hanya mengharapkan pertolongan dari nya.Penduduk Gaza dan Selatan Lubnan telah diserang oleh Zionist begitu dahsyat. Tetapi mereka tetap mau bersama Hamas dan Hizbollah. Mereka mahu mati bersama pemimpin mereka dalam mempertahankan aqidah Islam ini.

       Kita haruslah dari sekarang sentiasa berwaspada terhadap jarum yang akan dimainkan oleh musuh-musuh kita dan rakan-rakan mereka.Kalau kita tak hati dan ghairah dengan janji-janji manis mereka maka percayalah kita akan mengundang perpecahan yang parah sesama kita.Bersabar dan bersitiqamahlah.Kerana apa yang kita sama-sama perjuangkan selama ini sudah hampir menampak kan hasil.

ps,

      Kapada pelayar-pelayar Patanikini teruslah menyumbang kan pandangan dan cadangan.Selama ini kami benar-benar berasa bangga diatas kesetiaan dan kesungguhan saudara semua bersama kami mengeluar pandangan dan kata –kata galakan.Kesemua pandangan saudara di teliti oleh pejuang-pejuang di barisan hadapan.Jika pihak kami terlambat memperbaharui artikel-artikel tu bukan apa. Kami berasa puas hati dan bangga dengan sumbangan yang telah di beri oleh sebahagian pelayar-pelayar.Memang banyak komen-komen yang cukup bermutu tinggi.Teruskan bersama kami.Pertahan kan hak kita dan marilah sama-sama kita menghambakan diri pada allah swt dan nescaya kita telah dan akan mencipta satu sejarah dan trend baru dalam perjuangan membebaskan tanah air.

Rumah Singgah Anak Jalanan


anak penjual koran

anak penjual koran

“Datanglah pukul satu , selepas Juhur” ujar Imran AZ kepadaku melalui henponnya. Imran AZ adalah Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) kota Batam. Apa gerangan yang membuat runsing pria 60 an tahun ini?.

Sebagai Ketua LAM, Imran AZ yang lahir dan di besarkan di Belakang Padang ini, ditabalkan dan diberi gelar Datuk. Beliau kukenal  lebih dari 30 tahun, sama-sama “mencari makan” di Pertamina. Jadi paling tidak sedikit sebanyak, mengertilah aku akan nada bicaranya, mestilah ada yang perlu dibincangkan.

Aku pun acap  berkeluh kesah kepadanya, terutama soal Marwah Melayu,  dan kurasa pantaslah kalau keluh kesah itu disampaikan kepadanya, apalagi kini, karena bang Imran demikian aku memanggilnya, sedang menjabat sebagai yang dikedepankan selangkah, ditinggikan seranting  di bumi segantang lada ini.

“Adakan mereka nak minta SKB dua menteri” kataku mengadu kepada beliau, suatu waktu dulu, saat itu kami hendak mendirikan mushala kecil di Pulau Kubung.  Karena disitu telah berdiri terlebih dahulu sebuah rumah ibadah agama lain.

Penduduk yang mendiami pulau itu kini minoritas muslim, dari puluhan KK yang ada disitu hanya tinggal 7 KK lagi yang ber agama Islam.  Dan banyak lagi hal-hal lain yang menyangkut soal ke masyarakatan , sering kami bincangkan.

Mungkin agaknya karena itulah, Bang Imran mengajakku berembuk tengah hari itu. Dan benar belaka,  topik yang  kami bahas,  tak jauh-jauh juga dari penyakit masyarakat, yang kini sedang marak di Batam.

Anak Jalanan   

Jadilah tengah hari itu kami bertemu di lantai 3 kantor Walikota Batam. Kulihat  disitu hadir, Ibu Nurmadiah, dari pemberdayaan perempuan, pak Syahrir  dari dinas sosial,  ada juga pak Munir dari Kepolisian, pak Zulhendri Satpol PP, dan beberapa orang lainnya.

“Saya kurang  setuju dengan istilah anak jalanan” cetus ibu Nurmadiah ” Mereka adalah anak-anak yang butuh perhatian” jelasnya lagi.  Meskipun Anak – anak butuh perhatian ini , sering membuat onar dan menggangu ketertiban umum. Mengamen dan sex bebas hal biasa bagi mereka.

Kami dari pihak Kepolisian pun serba salah, “Melarang anak-anak di usia sekolah dan jam sekolah menjual koran, kita malah diberitakan oleh pihak pemilik Media”  kata pak Munir menimpali. “Bahkan bukan hanya dari pihak Media saja, banyak pihak sekarang yang mengatasnamakan HAM, kalau anak-anak yang di eksploitasi itu “diamankan” tambahnya lagi.

“Kami pun sudah berbuat ada pusat rehabilitasi, tahun 2010 ada 300 orang yg sudah dibina, tahun ini hanya sekitar 30 orang saja ” kata pak Syahrir pula. Tahun 2011 ini anggaran yang disetujui hanya sebanyak itu saja. Lagian tempat pusat rehabiltasi itu jauh dari pusat kota, di Nongsa sana. Anak-anak Punky yang kini membuat club bernama The Lengket itu tak betah jauh dari pusat keramaian.

Rumah Singgah  

Apa yang telah dibuat tak menambah surut keberadaan anak-anak bermasaalah ini, meskipun telah ada Perda dibuat, pengemis dan gelandangan masih tetap bergentayangan .

Menurut informasi ada sebuah rumah singgah, yang menampung anak jalanan ini. Rumah Singgah  yang satu ini terletak di pusat keramaiaan, tak jauh dari Hotel Planet Holiday, kesitulah sebagian anak-anak butuh perhatian itu, benar-benar singgah. Hampir semua anak2 itu beragama Islam. Rumah singgah itu pula di kelola oleh non Muslim. Konon kabarnya, disitu diajarkan juga tentang agama, tentu saja sesuai agama yang dianut oleh si pengelola rumah singga tersebut.

Agak  miris  rasanya mendengar pemaparan tentang konsep rumah singgah ini,  jadi teringat soal populasi umat Islam di Batam, kalau data ini memang valid. Yaitu, tahun 1985 umat Islam di Batam sekitar 93,8 % dan tahun 2010  tinggal 72 % saja lagi.

Di Pulau – Pulau sekitaran Batam ataupun pinggiran Batam banyak berdiri sejenis Rumah Singgah ini, ada yang mereka beri nama  Pondok .

Penduduk yang dulunya Nomaden itu,  kini bermukim dan dimukimkan di perkampungan perkampungan yang hingga kini belum teraliri listrik itu, gencar didatangi tamu-tamu dari luar Batam.  Tak susah menarik mereka simpati kepada si pembawa “warta”  dengan bahasa yang sederhana dan logika.

Seperti ini misalnya,  “Anda cukup sekali saja dalam satu minggu sembahyang, di jamin masuk surga, dari pada 5 kali sehari semalam, belum tentu masuk surga, pilih mana?” .  Bisa – bisa yang lima kali malah masuk neraka wil , Fawailullil mushalin 

Tentu saja pilihan jatuh kepada yang sekali sepekan, apalagi waktunya bisa diatur sendiri, mau pukul delapan atau pukul 10 pagi, atau agak sorean dikit,  tidak harus pagi pagi buta, dikala ayam mulai berkokok,  lagi  enak2an tidur. Bukankah yang bangun pagi pagi itu adalah pembantu rumah tangga.?

Itulah yang terus dicekokin kepada mereka yang masih awam dalam beragama dan sungguh-sungguh  masih lemah dalam aqidah.

Siapa gerangan yang bisa mengkaounter perang pemikiran seperti itu?, mengatakan kepada penduduk yang sekarang sudah menetap dan tak nomaden itu lagi,  bahwa 5 kali sehari semalam saja belum di jamin apalagi sekali sepekan. Siapa pula yang menjelaskan bahwa Tuhan itu Allah , tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Agaknya siapa yang bersedia dan berlapang waktu, memberitahukan kepada mereka bahwa Allah itu satu, Ahad,  sejak awal, sejak manusia pertama diciptakan – Adam as – hinggalah kini dan akhir zaman,  tidak dua, apalagi  tiga.

Tak tahulah,  apakah rumah singgah yang kami usulkan itu, rumah singgah untuk menampung anak2 butuh perhatian, terutama perhatian masaalah aqidah sebagaimana yang di runsingkan Datuk Imran AZ,  dapat diwujudkan. Wallahu a’lam .

Enam Tahun Peristiwa Berdarah Tak Bai Thailand Selatan


Video Kekejaman Tentara Thailand

Photo Kekejaman Tentara Thailand

Enam tahun sudah peristiwa Tak Bai, hingga kini tak ada respon dan perhatian dunia terhadap muslim disana, Oki negara yang diharapkan berperan seakan melupakan peristiwa yang sangat mengiris hati ini.

Serangan Bom Sambut 6 Tahun Peringatan Pembantaian Tak Bai di Thailand

Satu orang telah tewas dan 18 luka-luka dalam serangkaian serangan bom di tiga provinsi selatan yang bergolak Senin (25/10), bersamaan dengan ulang tahun keenam insiden Tak Bai. Antara Narathiwat Thailand dan Kelantan Malaysia. Narathiwat adalah provinsi paling keras dihantam dengan serangan bom dan pembakaran yang pemerintah Thailand tuduh dilakukan oleh kelompok pejuang Islam. Setidaknya 12 lokasi di delapan kabupaten Narathiwat di hantam bom sejak pukul 03:30-10:00 pagi. Serangan itu terjadi di Rangae, Rueso, Yi-ngo, Sukhirin, Si Sakhon, Narathiwat Muang, Sungai Padi dan Cho Airong.

Kolonel Banpot Poolpian, juru bicara Komando Operasi Keamanan Internal Wilayah 4 mengatakan serangan terkoordinasi itu dimaksudkan sebagai pengingat dari insiden pembantaian Tak Bai, Narathiwat, pada 25 Oktober 2004, di mana 85 Muslim-Melayu meninggal (versi pemerintah-red), sebagian besar dari mereka gugur saat dalam tahanan tentara.

Sebagian besar serangan mematikan pada hari Senin (25/10) melibatkan penggunaan bom jebakan (booby trap) dan mengambil tempat di perkebunan karet yang dimiliki orang-orang Buddha Thailand.

Bom-bom gaya ranjau darat terkubur di bawah pohon karet dan menargetkan para penyadap karet yang mulai bekerja pada jam-jam sebelum fajar.

..serangan terkoordinasi itu dimaksudkan sebagai pengingat dari insiden pembantaian Tak Bai, Narathiwat, pada 25 Oktober 2004, di mana 85 Muslim- (Bahasa Melayu Logat Thailand “Ma Cag Indonesia Khun Dio”) Melayu meninggal (versi pemerintah-red), sebagian besar dari mereka gugur saat dalam tahanan tentara..

Satu orang tewas di Narathiwat dan 15 lainnya luka-luka, tiga di antaranya petugas keamanan.

Kebanyakan dari mereka mengalami luka kaki serius, sementara beberapa kehilangan kaki mereka akibat dampak ledakan.

Pihak keamanan dan petugas medis yang pergi untuk membantu mereka yang terluka atau memeriksa berbagai lokasi bom berada dalam keadaan siaga tinggi mengantisipasi adanya penyergapan yang dilakukan oleh kelompok pejuang Islam setelah tiga petugas keamanan cedera oleh bom ketika memeriksa tempat ledakan di Rueso.

Yayasan Keadilan untuk Perdamaian kemarin merilis pernyataan untuk menandai ulang tahun keenam insiden Tak Bai. Dalam pernyataan tersebut, yayasan mengutuk sistem peradilan Thailand karena tidak tulus untuk mengakhiri konflik di wilayah Selatan.

Dikatakan masalah itu tidak bisa diselesaikan sampai otoritas menawarkan keadilan sejati kepada orang-orang Muslim di selatan, terutama para keluarga korban yang yang tewas dalam insiden Tak Bai.

Tidak seorangpun dari pejabat Thailand yang bertanggung jawab atas insiden tersebut dihukum, kata yayasan tersebut.

Pembantaian Tak Bai

Peristiwa Tak Bai adalah salah satu insiden pembantaian umat Muslim di wilayah selatan Thailand yang paling terkenal sejak perjuangan pemisahan diri dimulai lagi pada awal 2004. (Rencana Idhul Adha 1430 H dan Qurban di Thailand Utara Chiang Rai)

Peristiwa ini bermula di desa kecil  (Tak Bai) ketika 6 anggota Pertahanan Sipil diantaranya termasuk empat orang ustaz ditangkap dengan tuduhan menyerahkan senjata kepada kelompok pejuang Patani. Masyarakat yang tahu duduk perkaranya menuntut pembebasan keenam warga itu. Mereka mengatakan senjata anggota pertahanan sipil itu memang benar-benar hilang dicuri orang. Namun aparat keamanan membantah keterangan masyarakat tersebut.

Pada 25 Oktober 2004 bersamaan saat bulan puasa Romadhon, sekitar 2.000-3.000  Muslim di Tak Bai melakukan aksi demonstrasi di depan kantor polisi setempat menuntut pembebasan keenam orang yang ditangkap. Awalnya, petugas keamanan yang terdiri atas polisi dan tentara mencoba membubarkan para demonstran yang terus berteriak-teriak. Namun, bukannya membubarkan diri. Malah, jumlah para  demonstran semakin bertambah banyak.

Para demonstran yang ditangkap dan di siksa oleh tentara dan polisi Thailand

Para demonstran yang ditangkap dan di siksa oleh tentara dan polisi Thailand

Aparat keamanan yang hilang kesabaran mulai menembaki para demonstran dengan gas air mata, senjata api, dan senjata air. Militer Thailand juga menangkapi para demonstran dan memasukkannya ke dalam truk-truk yang sudah disiapkan untuk dibawa ke kamp militer Inkayuth Bariharn, Patani. Pihak militer dan polisi Thailand menghajar  pengunjuk rasa dengan popor senjata, pukulan, dan tendangan. Para pengunjuk rasa dipaksa berkumpul dengan merangkak di jalan aspal tanpa baju dengan hanya bercelana dibawah kawalan ketat tentara. Darah yang mengucur di mana-mana tidak mengurangi kebengisan aparat keamanan. Mereka juga menganiaya ibu-ibu dan anak-anak yang ditangkap dan dikumpulkan di kantor polisi Tak Bai.

Para demonstran ditumpuk di dalam truk militer hingga 5 lapis, mengakibatkan ratusan tewas akibat mati lemas dan patah leher.

Para demonstran ditumpuk di dalam truk militer hingga 5 lapis, mengakibatkan ratusan tewas akibat mati lemas dan patah leher.

Sekitar 1.300 pengunjuk rasa diangkut dengan enam truk dengan tangan terikat ke belakang. Dalam kondisi terikat dan berpuasa, tubuh-tubuh mereka dilemparkan ke atas truk militer Thailand. Para tawanan itu bertumpukan hingga lima lapis. Tidak cukup hanya itu, truk militer tersebut juga ditutup lagi dengan terpal selama perjalanan 5,5 jam menuju Markas Komando Militer IV Wilayah Selatan.

Umat Islam menshalati jenazah para demonstran yang gugur dalam tragedi Tak Bai

Umat Islam menshalati jenazah para demonstran yang gugur dalam tragedi Tak Bai

Pada awalnya, jumlah korban dilaporkan hanya 6 orang, kemudian meningkat dengan mendadak menjadi 84 orang. Menurut penduduk setempat, jumlah korban sebenarnya melebihi daripada 100 orang. Statistik yang diberikan oleh seorang pengamat independen menjelaskan bahwa 6 orang mati serta merta terkena tembakan, 78 orang mati di rumah sakit, 35 mayat ditemui terapung di dalam sungai, kebanyakan para korban mati lemas dan beberapa di antaranya mengalami patah tulang leher dan 1298 orang mengalami luka-luka. (aa/BP,PFO)