MAKASSAR — Mengunjungi Makassar dari Batam, naik pesawat terbang lebih mahal ketimbang melalui Kuala Lumpur.
Kesempatan mengikuti Muktamar Muhammadiyah ke 47, Buletin Jumat (BJ) berangkat dari Kuala Lumpur bersama delegasi dari Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam. Tiba di bandara Hasanuddin kota Anging Mamiri itu, kami dibawa langsung ke Hotel Aryaduta. Lokasi Hotel ini persis didepan Pantai Losari.
Cukup letih juga bagi BJ, perjalanan dari Batam naik ferry terakhir, ke Stulang Laut ke JB central, darisitu BJ naik kereta api malam ke KL central dengan tiket seharga 39 RM. Kemudian berangkat pukul 23.00 tiba pukul 07.00 pagi. Turun dari tingkat tiga terminal, kelantai dasar bus jurusan ke KLIA2 tiket bus 11 RM.
Shalat subuh di dalam kereta api, sambil duduk di tempat tidur, karena tidak dapat berdiri. Mandi setelah tiba di KLIA2, di terminal keberangka tan, pengelola menyediakan tempat mandi bagi para penumpang Air Asia.
Penerbangan dari KL ke Makassar sekitar tiga jam, pulau pulau kecil, dengan air yang jernih terlihat indah dari udara sesaat hendak mendarat di lapangan Hasanuddin.
Pantai Losari, salah satu pantai tujuan wisata di teluk Makassar, mulai petang hingga larut malam, pantai ini tak henti hentinya di datangi para pengunjung, sepanjang lebih dua kilometer pinggiran pantai ini dipadati penjual pisang bakar.
Masjid Asmal Husna
Makassar tidak hanya terkenal dengan wisata kulinernya saja jelas Walikota Makassar. “Di Makassar ba nyak makanan khas dan memakannya disesuaikan berdasarkan waktu. Jam 7 pagi di Makassa kita bisa menikmati songkolo, jam 8 hingga jam 10 pagi Nasi Kuning, dan jam 13.00 hingga 15.00 waktunya menikmati coto Makassar” Ujar Danny nama akrab walikota Makassar ini di tempat kediaman pribadinya, rumah cukup luas bisa menampung ratusan orang memiliki lapangan oleh raga sendiri. Para tamu juga disuguhi makanan khas Makassar seperti Bikangdoang, Sanggara Unti dan Lame Kayu, dan minuman khas dari jahe Sarabba.
Banyak landmark menarik yang bisa dilihat di kota ini. Salah satunya adalah Masjid Terapung di Pantai Losari.
Kalau Jedah memiliki masjid Ar-Rahmah yang dikenal oleh jemaah haji Indonesia sebagai masjid terapung. Di Makasar pun kita bisa menemukan mesjid terapung yang indah dan unik. Sebetulnya mesjid terapung di Makassar itu bernama Masjid Amirul Mukminin. Tetapi sang walikota penerus pembanguan ide walikota sebelumnya menjelaskan bahwa kubah diameter sekitar 9 meter dua buah berdampingan dan tangga menuju ke lantai tiganya membentuk angka 99 melambangkan asmaul husna. “Bila dilihat dari atas dua buah kubah dan tangga membentuk angka 99, melambangkan asmaul khusna” ujar walikota Makassar yang ber-ibu Aisyiah dan ber-bapa dari ormas NU.
Hal yang belum pernah diungkapkan oleh walikota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto ke publik, saat menjamu rom bongan Muktamar Muhammadiyah dikediaman beliau
Mesjid ini terletak di teluk Makassar atau di pantai Losari. Karena Mesjid dengan arsitektur modern ini memang dibuat di bibir pantai dengan pondasi cukup tinggi, maka dalam keadaan air pasang terlihat seperti terapung di laut.
Mesjid indah di pinggir pantai losari itu dibalut warna putih yang dominan dan abu-abu serta juga dilengkapi menara yang tinggi menjulang sekitar 16 meter, menambah keanggunan mesjid tersebut. Kala itu Mesjid ini diresmikan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla pada 21 Desember 2012 silam.
Meskipun kelihatannya mesjid ini tidak terlalu luas, namun ternyata, mampu menampung sekitar 400 sampai 500 jamaah. Suasana di dalam Masjid ini terasa nyaman walaupun lokasinya berada di daerah terik. Didisain terbuka sehingga angin laut bisa masuk dengan bebas, dari jendela jendela yang terbuka.
Di bawah kubah itu, pengunjung da pat menggunakannya untuk beribadah sambil menikmati keindahan pantai Losari dan daerah sekitarnya . Apalagi sambil menunggu matahari terbenam kita bisa naik ke bagian atas, menikmati suara deburan ombak. Angin yang bertiup cukup kencang dan menunggu matahari terbenam. Indah sekali. Dan yang paling penting shalat magrib tidak sampai tertinggal. Banyak tepi pantai tidak memiliki sarana tempat beribadah. Konsep pantai memiliki masjid, ide walikota Makassar ini perlu di tiru.
Pelataran dan jembatan yang luas bisa menjadi tempat untuk berfoto ria mengabadikan keindahan mesjid terapung di pantai Losari ini sambil menikmati hidangan khas Makassar, pisang epek.
Sepanjang jalan kiloan meter tidak di pungut parkir untuk semua jenis kenderaan, orang berjualan angkringan pun tidak ditarik retribusi. Pantes kota Makassar acap menerima penghargaan, dan tertata baik dikelola oleh Walikota berlatar arsitek ini. (imbalo)
Filed under: agama, berita, catatan harian, dakwah, Dunia Islam, etika, indonesia, internasional, islam, Lain-Lain, Malaysia, masjid, Melayu, Myanmar, opini, pariwisata, Peluang Usaha, penerbangan, prilaku, sejarah, Singapura, Thailand, umum, vietnam, wakaf, zakat, ziarah | Leave a comment »