Ramai masalah ini diangkat oleh berbagai pihak menjadi hak angket oleh sebagian anggota dewan yang terhormat di Jakarta, anggota DPR yang baru pulang dari Makkah lebih seratusan orang mengusulkan kepada ketua DPR agar masalah pemondokan ini perlu di bicarakan, mereka menggangap Menteri Agama tak becus dan harus betanggung jawab, walaupun waktu mereka tinggal 6 bulan lagi.
Betul pemondokan jamaah haji Indonesia yang paling dekat ke Masjidil Haram itu sekitar 3 kilo meter, seperti sektor I misalnya, di dekat kantor sektor I itu ada beberapa pemondokan Indonesia 305, 306 , 310, 311 agak ke Barat 301 , 307 semua ini masuk distrik Aziziyah Syisa namanya.
Sektor satu ini adalah juga terminal Bus yang mengangkut jamaah dari pemondokan ke Masjidil Haram, ada beberapa terminal Bus seperti terminal A-1, A2, sampai A-11 dan ada terminal B dan aku tak tahu sampai terminal B yang keberapa .
Kepala Sektor I terminal A adalah Ariyanto S.Sos, dan kepala angkutan yang mengurusi kenderaan adalah Asbeny seorang perwira polisi dari Jakarta.
Aku tahu itu semua karena aku sering ke sektor, baik karena memeriksakan kesehatan maupun menunggu antiran bus mau ke Masjidil Haram.
Kembali ke pemondokan tadi, menurut Hijarman salah seorang petugas sukarelawan mahasiswa S2 dari India yang mengurusi jamaah yang baru datang baik dari Madinah setelah Arbain maupun gelombang dua yang langsung ke Makkah, pemondokkan telah ditentukan sebelumnya berdasarkan undi yang di lakukan oleh para Ka Kanwil Depag se Indonesia, mereka menekan tombol untuk menentukan pemondokan para jamaah haji, Betul itu, kata Drs Razali Jaya Ka Kanwil Depag Provinsi Kepulauan Riau saat ku konfirmasi apakah benar yang dinyatakan oleh Hijarman saat di Makkah.
Sebagai contoh klompok terbang embarkasi Batam BTH 01 sebanyak 450 orang di tempat kan di tiga tempat pemondokan yang berbeda, padahal untuk pemondokan maktab 52 di tempatku tinggal dapat menampung 2.000 orang, ya itu terjadi karena sistem undian tadi.
Hal ini yang terkadang membuat kacau, Tatang misalnya jamaah asal Batam masuk ke pemondokan 305 sementara isterinya di pemondokan 311, jarak antara pemondokan hampir 1 kilo. Jamaah tinggal di Makkah hampir 23 hari lamanya, repotkan kalau suami isteri berjauhan.
Menurut Hijarman lagi, sekali tarik undi untuk menentukan pemondokan tadi adalah sekitar sebanyak 250 orang saja, itulah sebabnya bila kelipatan 250 dengan kelompok terbang 450 orang misalnya para jamaah bisa tidak disatu tempat, karena si Ka Kanwil Depag yang menekan tombol untuk menentukan pemondokan jamaah haji itu bisa jauh terpisah dari pemondokan yang di tekan tombolnya pertama tadi.
Hal ini dibuat demikian agar tidak meimbulkan kecemburuan antar daerah (provinsi) katanya, contoh lain seperti jamaah asal Batam yang hanya sekitar 400 orang itu dibagi menjadi 3 kloter, digabung dengan daerah lain, kloter pertama orang asal Batam hanya sekitar 95 orang bergabung dengan jamaah asal Tanjung Pinang, Lingga, Bintan, menjadi 450 orang
Tahun-Tahun lalu sebanyak 400 itu hanya satu kloter, daerah lain cemburu kata Ka Kanwil , agar adil dipisah. Orang Tanjung Pinang mau buat embarkasi Haji sendiri, gara-gara yang pertama berangkat adalah Batam.
Sekitar 3 kilo meter saja dari Masjidil Haram dengan angkutan Bus yang hanya 5 buah pertamanya perbus dengan seat 45 orang tak lah mungkin mampu membawa jamaah yang akan Masjidil Haram. Ditambah lagi dengan Bus-Bus lain terkendala dengan supir yang tak dapat berbahasa Indonesia membuat fenomena tersendiri, saat jamaah yang seharusnya turun di pemondokan 301 jadi turun di 305.
Tapi seandainya kalaupun si anggota DPR yang terhormat yang mengajukan hak angket itu diserahin tugas mengurusi pemondokan jamaah haji di Tahun depan tahun 1430 H misalnya, aku yakin dan percaya dia belum menemukan formulanya, dengan kata lain belum sebagus sekarang, malah bisa lebih amburadul lagi.
Satu kilo meter sebelum Masjidil Haram Bus-Bus segedek itu susah mau sampai ke Masjidil Haram, ini baru sekitar 1 sampai 2 juta orang yang punya tujuan sama , dan umat Islam di seluruh dunia sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT terusa bertambah, bisa jadi tahun 1450 H yang melaksanakan haji sudah mencapai 3 – 4 juta orang.
Memandang Kabbah mendapat 20 rahmat, memandang ke depan di tahun 1450 H dengan 3 juta orang, 4 juta orang dan 5 juta orang apa yang harus dibuat.
Melontar jamarat kini telah 3 lantai dapat dipakai , dari lima lantai yang direncanakan, tempat Sai sudah tiga lantai, lantai ke tiga dalam tahaf penyelesaian. Tempat Tawaf selain di dekat Kabbah ada di lantai satu dan lantai dua sudah dapat digunakan, bagaimana dengan pemondokan? yang hanya dipakai saat haji saja. Dulu di era Suharto berkuasa katanya kita ditawari mebangun pemondokan seperti Malaysia, tapi di tolak.
Menurutku bukan saling menyalahkan, tentunya dicari solusinya.
Filed under: agama, Batak, berita, catatan harian, dakwah, Dunia Islam, etika, Haji, hukum, indonesia, internasional, islam, kesehatan, Lain-Lain, lowongan kerja, opini, Peluang Usaha, pemerintah, penerbangan, Politik, prilaku, sejarah, Sosial, umum, ziarah | Leave a comment »