Catatan Haji : Syukron Katsiron, Terima kasih Saudi Arabia Airlines


dscf0589

Tengah hari selepas shalat Juhur Senin (15/12) hp ku berdering, “dari Asrama haji pak” ujar suara diujung sana menjelaskan bahwa sisa barang bawaan jamaah haji kloter 1  (BTH 01) Batam yang kemarin (13/12)  “terpaksa ditinggal”  di depan Gate 1 pintu keberangkatan Bandara Jeddah sudah ada di Asrama Haji, ” silahkan diambil sekarang pak” tambah petugas yang tak menyebutkan namanya itu.

Sebelum berangkat pulang ke tanah air (13/12) di Bandara Jeddah, tas punggungku yang berisi panci kecil multi guna yang dipinjamkan oleh Mbak Eta Yondri Darto saat mau berangkatke Makkah tempohari (05/11)  dan termos nasi multi guna juga serta roti tawar 2 potong (sepotongnya seharga 1 rial), 3 kotak  makanan perang kata para jamaah di makkah, berikut alat cukur dan yang lebih penting lagi 1 galon air zam-zam @ 5 liter yang sudah di packing , biaya packing seharga 5 rial dan galon plastik putih seharga 5 rial , air zam-zam tidak dibeli tetapi dibawa setiap hari nya perbotol kecil dari masjidil haram oleh isteriku selepas selesai sholat disana, air perbotol itulah yang dikumpulkan dijerigen plastik ukuran 5 liter harus ditinggalkan secara paksa, karena barang tintingan dalam kabin yang boleh dibawa kedalam pesawat  sesuai ketentuan klausal baku oleh Saudi Aarabia Airlines (SAA) hanya tas yang berlogo SAA saja.  Sisa Barang Bawaan Jamaah Haji Harus Ada Solusinya

Di Asrama Haji Batam Center saat hendak mengambil barang-barang tersebut pak Razali Jaya Ka Kanwil Depag Provinsi Kepulauan Riau telah berada disana, “barang-barang nya sudah dibawa ke kantor depag Batam di sekupang ” ujarnya kepadaku, sembari menjelaskan bahwa mana-mana tas atau barang lainnya yang jelas nama dan alamatnya dibawa ke kantor depag di Sekupang sana.

Pak Rajali pun katanya sudah memanggil Batam TV menjelaskan  tentang sudah di respon oleh pihak SAA soal barang bawaan jamaah yang tidak bisa diangkut oleh SAA karena takut overload, di asrama haji memang  terlihat banyak tumpukan barang-barang yang sudah di pilah – pilah sesuai kloter, nama dan alamat jamaah masing-masing oleh petugas haji Batam yang mencapai 96 orang itu dengan seragam batik hijaunya.

Memang saat ketibaan di bandara debarkasi Hang Nadim Batam aku di wawancari oleh Batam TV , dan hal tentang bawaan para jamaah yang  tak dapat diangkut itu lah yang terlintas di benakku, dan saat yang sama aku  juga menjumpai penanggung jawab handling SAA yang ada di Batam Ferry Barkah.

Terpaksalah aku menuju ke Sekupang, ke kantor Depag yang baru selesai lantai satunya itu untuk mengambil tas punggung yang memang kutulisi namaku besar-besar, kloter 1 Batam, berikut nomor hp yang bisa dihubungi dengan spidol sesaat sebelum kucampakkan ke tiang penyanggah atap terminal bandara Jeddah. dscf0590

“Tidak ada kutipan sukarela lagi kan untuk mengambil barang-barang ini” ujarku kepada petugas disitu, karena sebelum berangkat Haji saat mengambil 4 buah buku panduan yang tertulis tidak untuk diperjualbelikan yang diterbitkan oleh Departemen Agama para jamaah haji yang mengambilnya dimintai sumbangan sukarela, isteriku memberikan uang sebesar rp. 50.000,- untuk keempat buku panduan itu, yang salah satu bukunya ada gantungan tali untuk diletakkan di leher berwarna hijau.

Di tempat penumpukan barang bawaan di kantor depag Batam, Tas punggung ku ada, sayang setelah dicari-cari packing air zam-zam ku tak ketemu, tetapi air zam-zam atas nama isteriku ada, tak apalah pikirku dan kepada petugas disitu kusampaikan kalau memang nanti ada aku minta dihubungi kembali kalaupun tak ada tak apa-apalah.

Terima kasih SAA , ternyata cukup cepat responnya, malam ini pun kulihat tayangan di Batam TV , ada pernyataan Gubernur Kepri Ismeth Abdullah, dan Ka Kanwil Depag Kepulauan Riau Drs Razali Jaya, tentunya tentang barang bawaan yang dikeluhkan para jamaah khususnya kloter 1 BTH.

Syukron Katsiro SAA, terima kasih pak Gubernur, terima kasih pak Kakanwil Depag Kepri, terima kasih semuanya. Tetapi besok-besok jangan begitu lagi, dan mohon diganti unta sang nenek yang 2 ekor lagi yang “kembali ke padang pasir”.

Benar enggak ya tulisan Shukron Katsiro,  kalau khairan katsiera takut ditimpukin sepatu kayak george w bush