MUHAMMADIYAH ASEAN


HABIB CHIRZIN DAN MUHAMMADIYAH ASEAN.

Assalamualaikum, minta tambah doa, adik saya no 6 Prof. DR  Muhammad Chirzin, kemarin dilantik sebagai Direktur Program Pasca Sarjana  Universitas Muhammadiyah Yogjakarta (UMY) , sejak tanggal 3 Maret 2008 saya di Yogya bersama Prof. Sediono Tjondronegoro dll dalam rapat tahunan INDHRRA- Indonesia Center for Human Resource. Salam Habib Chirzin. 11 Maret 2008.  

Itu adalah bunyi sms balasan dari mas Habib, saat aku di Hanoi tanggal 02 Maret 2008 yang lalu aku mengirimkan sms kepadanya tentang keberadaanku di Hanoi. Rencana kedatangan mas Habib ke Hanoi akhir Maret 2008 mendatang dalam rangka seminar telah kuberitahukan kepada rekan-rekan di Hanoi dan telah diketahui oleh aktifis Islam di Hanoi, seperti Azhar Rizal, Marbun, Rayhan, Ramadhan, dll.   

Mas Habib pernah bersama Gus Dur ke Israel, Muhammadiyah “marah”, sejak itu mas Habib tak lagi di kepengurusan Pusat Muhammadiyah, tapi aku tahu mas Habib peduli dengan Muhammadiyah.  

Saat aku di Kamboja akhir Februari 2008 lalu dan mas Habib tahu disana, mas Habib pun mengirimkan sms kepadaku untuk mampir bertemu rekannya yang ada di Parlemen Kamboja, begitu juga saat akhir Desember 2007 Idul Qurban di Thailand mas Habib pun beberapa kali mengirimkan sms selamat kepada kami, menanyakan keadaan di Thailand. 

Di Vientiane Laos pun ada teman anak saya, isi sms mas Habib saat aku di Laos 03 Maret 2008 yg lalu. Ustaz Wahab dari Kulim Kedah Malaysia kenal baik dengan mas Habib. Dengan ustaz Wahab, aku ke Thailan, Kamboja, Miyanmar, Vietnam, mengunjungi komunitas muslim yang ada disana. Dan mereka yang kami kunjungi itu beberapa dari mereka pernah mengikuti Mukatamar Muhammadiyah di Indonesia. 

CUCU K.H AKHMAD DAHLAN DI THAILAND 

Nopember 2007 yang lalu kami mengunjungi pusat Halal di Chulalongkorn University di Bangkok Thailand. Di Thailand yang menjadi Direktur Halal Centre adalah cucu dari KH Akhmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah Indonesia yang bernama DR Winai Dahlan. Di Pattani, Yala Thailand selatan, pun ada cucu dari pendiri Muhammadiyah itu.  

Aku pernah membaca tulisan mas Habib tahun 2005 tentang Muhammadiyah Asean. Muhammadiyah Asean itu Sekretariatnya di Batam, diputuskan pada pertemuan tahun 2004 di Pulau Penang Malaysia, hadir saat itu dari Jakarta RusDi Hamka, Godweel Zubeir. 

Ketua Pimpinan Daerah Batam yang kesana menghadiri pertemuan di Pulau Penang adalah Suparjan, beserta sekretarisnya Imam Bahroni, dari Singapura ada Jamal Tukimin. Dari Pekanbaru pun ada yang hadir, karena waktu itu Batam masih bergabung dalam Provinsi Riau. Sejak itu Muhammadiyah Asean tak ada kabar. 

AMIEN RAIS DAN LUKMAN HARUN 

Yang rajin berkunjung ke komunitas muslim di Asean dari Muhammadiyah salah satunya adalah alm. Lukman Harun, alm. Lukman Harun pada saat Muktamar Muhammadiyah di Aceh, menjadi fenomenal karena biasanya di kepengurusan Muhammadiyah itu yang terpilih dan menjadi pengurus adalah 13 besar, tetapi saaat Mukatamar di Aceh tahun 1996 yang dihadiri oleh alm. Presiden Suharto dan alm. Ibu Tien, no 13 dan 14 sama besar suara yang diperoleh.  

Amien Rais yang saat itu agak berbeda pendapat dengan Lukman Harun tetap memasukkan alm. Lukman Harun di dalam kepengurusan pusat sehingga menjadi 14 orang, tak berapa lama setelah itu Lukman Harun meninggal dunia. Meskipun mereka berdua sering berbeda pendapat tapi kedua tokoh ini dikenal luas dikalangan sunnah di Asean.  

Di akhir tahun 1990 an, kalau kita mengunjungi pesantren atau madrasah sunnah di Malaysia dan Thailand, ustaz-usatz disitu kenal baik dengan Lukman Harun dan Amien Rais, mereka menunjukan tempat tidur Lukman Harun dan Amien Rais, “Disitulah pak Lukman tidur, nah disitulah pak Amien Rais duduk” kata mereka kepada rombongan kami.  

Mereka rindu kedatangan tokoh-tokoh Islam dari Indonesia, sejak Amien Rais mengurusi Partai menyerahkan kepemimpinan Muhammadiyah ke Buya Safii Maarif, sejak itu tak ada lagi yang berkunjung ke komunitas Muslim sunnah di Asean.  

Teman dari Pulau Pinang dan Kuala Lumpur takut mengundang Amien Rais, katanya Pemerintah Malaysia yang saat itu diterajui oleh Mahathir Muhammad tak berkenan dengan sosok Amien Rais sang Reformis. 

Lebih satu dasa warsa, ustaz-ustaz dan jamaah disana tak melihat tokoh sunnah dari Indonesia, lawatan ku kebeberapa negara Asean bukan resmi atas nama Muhammadiyah Asean. Aku bersama ustaz Wahab dari Kedah Malaysia, ustaz Wahab mendapat mandat langsung dari Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Din Syamsudin sebagai mewakili Muhammadiyah Asean yang Vakum.   

Apakah memang masih ada Muhammadiyah Asean?. (imbalo)

Tinggalkan komentar