Semalam di Bangkok


Border Thailand dengan Myanmar

Cacatan kecil selama perjalanan ke negara tetangga

Berjalan seorang diri mengunjungi negara orang tak menguasai bahasa, boleh dikatakan nekat, hal ini lah yang kulakukan, bukan kali ini saja.

Dalam perjalanan pulang ke tanah air,  selama hampir 3 pekan lamanya sejak 22 Nopember 2009 silam mengunjungi dan bersilaturahim dengan saudara saudara muslim di beberapa negara tetangga, Senin (7/12) tiba di Bangkok ibukota negara Thailand ini,  hari telah pukul 9  malam, 20 kilometer sebelum memasuki kota, mini bus (ven) yang kutumpangi memasuki jalan tol menuju lapangan terbang Svarnabhum, karena sebagian penumpang mini bus hendak turun disitu, dari jauh terlihat kota Bangkok bermandikan cahaya, karena sejak 5 Desember 2009 kota ini benar benar sedang berpesta memperingati kelahiran Raja Siam, bukan hanya di  kota Bangkok saja hampir di seluruh sudut-sudut jalan di seluruh penjuru provinsi Thailand kecuali provinsi Narathiwat bertengger baliho besar besar mengucapkan “semoga raja panjang umur” terpampang.

Border Aranyaprathet Thailand dengan Poypet Kamboja

Hanya aku seorang saja muslim dan orang asia di dalam mini bus itu yang lainnya adalah warga negara eropah. Mini Bus yang memuat 12 orang itu berangkat dari perbatasan (border) Poipet Provinsi Battambang  Kamboja dengan Aranyaprathet Thailand, Bus yang kutumpangi dari ibukota Kamboja Phnom Penh seharga 16 US $ itu seharus nya langsung memasuki Bangkok dan bisa masuk di terminal selatan untuk bus bus yang menuju Selatan, tetapi mungkin karena situasi politik Kamboja dengan Thailand sedang menghangat, urusan di border cukup memakan waktu, dan bus pun tak bisa langsung, sehingga penumpang yang meneruskan perjalanan ke Bangkok di transfer ke mini bus – mini bus.

border Vietnam dengan kamboja di kantor imigrasi kamboja

Selesai pemeriksaan di imigrasi Aranyaprathet Tahiland seseorang datang menanyakan potongan tiket bus yang dari Kamboja tadi, jadi jangan sampai hilang, kalau hilang ya terpaksa dah kita harus membayar lagi. Cukup jauh berjalan dari pemeriksaan imigrasi Poipet Kamboja dengan imigrasi Aranyaprathet Thailand.

Menurut Younus putra Imam masjid besar Dubai yang mengantarku ke station bus di Phnom Penh perjalan ke Bangkok hanya memakan waktu 8 jam sehingga tiba di Bangkok menjelang magrib. Dan lagi oleh mini bus kami diturunkan di pusat kota, pusat kota benar benar macet penuh oleh pejalan kaki yang memadati seluruh ruas jalan memeriahkan acarah yang di gelar dalam rangka ultah raja Siam yang telah berusia diatas 80 tahun ini.

Dari pusat kota itu dengan naik taxi ke stasiun terminal central selatan terpaksa saya harus  mengeluarkan uang lagi sebesar 300 bath, tak mau ambil resiko memakai argo karena jalanan yang macet demikian.hampir satu jam dalam perjalanan untuk tiba di terminal central selatan itu.

Aku masih berharap dapat bus terakhir ke Hatyai, atau ke Kualau Lumpur dari Bangkok, meskipun jam telah menunjukkan hampir  pukul 10 malam. Ya …kalau tidak ada bus harus bermalam tidur di Bangkok, dan besok pagi hari nya baru ada bus.

Pengalaman sewaktu di Kuala Lumpur menunggu bus setelah tiba pukul 2 malam dari Johor Bahru misalnya kita  hendak berangkat ke Thailand baik ke Bangkok maupun ke Hatyai, di Pudu Raya banyak internet 24 jam , jadi kita bisa masuk kesitu menunggu subuh, tak mahal 4 ringgit satu jam nya.

Di Bangkok pun banyak internet 24 jam, jadi tak perlu masuk hotel, tetapi di terminal central selatan ini terlihat sepi tak terlihat warung internet, baru kali ini ke terminal central selatan. Di Bangkok ada dua terminal antar kota antar provinsi yang melayani route ke selatan (patanai, yala hatyai misalnya) dan ke utara (chiang rai, chiang mai, lampang dll) .

Di Terminal selatan jauh lebih bersih dari terminal central utara, mushalla nya pun lebih besar dan lebih bersih, kalau di terminal central utara mushalla kecil saja di sudut luar terminal, tak satu pun orang yang menjual makanan halal, sebalik nya di terminal central selatan.

Naik ke lantai 2 terminal itu semua toko telah tutup ada beberapa orang yang duduk di ujung sana di ruang tunggu, di depan penjualan counter tiket yang hanya sebuah saja yang  masih buka, seseorang menghampiriku , “Hatyai” ucapku dan ternyata 9 orang yang sedang menunggu itu pun hendak berangkat ke arah selatan, tetapi tidak dengan bus, ka hatyai dengan mini bus.

“800 bath” ucapnya dan kubayar, kemarin sewaktu berangkat dari Hatyai ke Bangkok dengan bus yang cukup nyaman ongkos nya hanya sebesar 700 bath saja, di bus kita diberi selimut yang masih dalam bungkusan plastik masih baru di cuci, di layani oleh seorang pramugari bus, dan supir nya pun memakai pakian seragam layak nya pilot pesawat terbang.

Untuk sampai ke Hatyai dengan mini bus tadi, hanya berdua kami yang sampai ke Hatyai, tiga kali tukar mini bus untuk sampai kesana, yang lain ada yang ke Krabi, atau ke Puket dan lain tujuan tetapi memang lah semua arah ke selatan Thailand.

Tiba di Hatyai selasa (8/12) sekitar pukul 12 tengah hari  temanku  Daud Jaru aktifis HIV/AID Thailand  yang sedang mengadakan seminar di Hotel Daichi mengajak ku bertemu, aku senyum didalam hati bergumam koq kebetulan saja ya,  lumayan bisa mandi dan bertukar pakaian sebelum melanjutkan perjalanan ke Patani.

Bukan sekali ini saja dalam perjalanan selama 3 pekan aku merasakan pertolongan pertolongan yang tak di duga duga, contoh seperti saat di terminal central selatan, terlambat beberapa menit saja mini bus itu sudah berangkat, karena akulah penumpang terkahirnya, demikian pula saat naik taxi dari Pusat Kota Bangkok ke terminal central selatan, Bangkok terkenal dengan jalanan macet nya taxi yang kutumpangi melaju dengan cepatnya.

Alhamdulillah, di border Poipet Kamboja pun hal ini kurasakan, setelah selesai dari imigrasi, aku dihampiri seseorang yang dapat berbahasa melayu dengan logat Kelantan, dengan pertolongan nya memudahkan ku untuk meneruskan perjalanan ke Thailand. Termasuk mengganti sim card Thailand.

Tinggalkan komentar