PLN vs PGN yang jadi korban murid sekolah


PLN Batam bukan singkatan dari Perusahaan Listrik Negara tetapi Pelayanan Listrik Nasional dan PGN pula Perusahaan Listrik Negara di Batam dikelola oleh anak perusahaannya berupa Distrik yang masuk Wilayah Sumatera Bagian Utara yaitu PT Transportasi Gas Indonesia.

Dari namanya udah tahu apa tugasnya perusahaan ini  cuma jadi Transportasi saja, perusahaan ini menyalurkan gas ke beberapa perusahan yang menjadi langganannya di Batam. Langganan yang dulu bersedia ikut menanamkan modalnya untuk pemasangan pipa distribusi. Si PLN dulu tak mau sejak awal kita telah menawarkan penggunaan gas untuk pengganti bahan bakar di Batam. Tawaran itu dulu langsung ke OB (apa pulak OB itu , orang Batam tahulah OB , OB itu singkatan Otorita Batam baca dan cari sendirilah siapa yang ingin tahu tentang OB) dan juga ke PLN Batam tak ada tanggapan.  

Kedua Perusahaan ini membuat Batam terancam gelap gulita, kenapa ada pemadam PLN kita tanya sama Direktur Operasi PLN Imam Rani jawab si PLN, PGN nggak mau nambah supply gas, PGN bilang dulu kami tawarkan pasang pipa kau tak mau, sekarang tahankanlah.

“Prioritas utama pengiriman gas itu diperuntukkan bagi konsumen di singapura. Karena mereka yang membangun jaringan pipa bawah laut. Disamping itu Kuato gas itu pulak dibagikan ke Kawasan Industri Batam Indo , Citra Tubindo, Ecogreen dan sisanya untuk PLN dan anak perusahaan PLN lainnya.

Cahyo memahami kekurangan pasokan gas ke sejumlah perusahaan pembangkit listrik di Batam berdampak pada pemadaman listrik di tingkat konsumen masyarakat, siapa pulak Cahyo ini, Cahyo adalah senior executive manager PT PGN Distrik Batam.

Namanya PGN Perusahaan Gas Negara tapi yang ngatur dan ngelola PT Conoco Philips, semua orang sudah tahu Conoco itu siapa, coba  apa kata Cahyo Triyogo “Harapan kita perusahaan penyuplai yaitu PT Conoco Philips dapat menyalurkan lagi ke posisi normal”

Saya yakin Yusuf Kalla yang sedang berlibur di Makasar bersama cucu-cucunya tak tahu tentang ini, Yusuf Kalla atau pun SBY Presiden RI tak tahu bagaimana menjelang UN anak-anak di Batam butuh penerangan butuh listrik butuh apalah namanya yang menyangkut keperluan mereka untuk menghadapi UN, listening membutuhkan energi, bagaimana mereka belajar kalau PLN mati.

Gubernur Kepri dan wakilnya pun diam saja mungkin karena anak mereka tak ada lagi yang bersekolah , sudah menjadi “orang” agaknya, dan mungkin juga kalau ada cucu-cucunya tak bersekolah di Batam.

Mungkin juga Gubernur dan Wakilnya sudah tua tua, jadi kurang gesit, orang tak mau lagi milih yang tua-tua kayak mereka, lihat di Bandung dan di Medan pemilih cari yang muda. Besok pun kalau ada pemilihan Gubernur carilah yang muda , biar agak gesit dan  peduli dengan anak sekolah.

Apa pun alasan PLN apapun alasan PGN yang menjadi korban adalah mereka, mereka sudah stress ngadapi UN mau belajar listik mati.

Yang menyakitkan hati apa kata Cayo, lebih memprioritaskan singapura, PLN Batam pula merasa tak punya beban , hampir 75 % mesin pembangkit listrik di Batam milik swasta lain, bukan milik PLN “swasta” Batam. Tak ada pasokan daya dari pembangkit-pembangkit milik pt medco misalnya, bikin saja iklan di koran ada pemadaman bergilir. Selesai tak ada yang bisa nuntut karena sudah diumumkan.

Itulah Batam boro-boro mau FTZ segala ……………………………… wong pemimpinnya sudah tua-tua dan sudah capek dari dulu jadi pejabat.