Peristiwa Berdarah Tak Bai Thailand Delapan Tahun Lalu


Peristiwa Berdarah Tak Bai


Tak Bai adalah nama salah satu tempat di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan. Sama dengan Provinsi Yala, Patani dan juga Songkla, daerah ini dulu adalah kerajaan Islam Patani, sebelum di obok-obok oleh Inggris.

Patani termasuk kerajaan Islam terkemuka di Nusantara, sebagian daerah takluknya dibagi pula oleh Inggris kepada Malaysia. Hinggalah kerajaan Islam yang cukup termasyhur itu hilang dari muka bumi. Hingga sekarang rakyat Patani, tetap menuntut kemerdekaan, lebih seratus tahun mereka menuntut haknya kembali, sudah puluhan ribu nyawa terkorban untuk hal itu.

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Sekatan kawat berduri seperti ini, mewarnai sepajang jalan di empat Wilayah kompli selatan Thailand

Empat daerah yang dianeksasi oleh Kerajaan Siam yang mayoritas Budha, hingga kehari ini terus bergolak. Empat daerah konflik ini pula mayoritas penduduknya beragama Islam dan berbahasa melayu. Dari segi agama, bahasa, tulisan dan adat istiadat, sungguh sangat jauh berbeda. Pemaksaan tidak secara langsung itulah yang kerap dan acap terjadi.

Tak Bai Narathiwat Thailand, daerah ini berbatasan langsung dengan Kelantan Malaysia, budaya dan bahasanya sama, karena mereka memang dulunya bersaudara, hanya sungai golok yang tak seberapa lebar itu saja yang memisahkan kedua Daerah dan Negara ini.

Delapan tahun yang lalu tepat nya 24 Oktober 2004 terjadi suatu peristiwa yang sangat menyayat hati. Umat Islam yang saat itu sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dibantai dengan bengis dan sadis oleh tentara Siam Thailand. Tak Bai yang terletak di pinggir salah satu pantai itu dipenuhi genangan darah dan tumpukan mayat.

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan - jalan

Tentara Siam siaga 24 jam sepanjang tahun di jalan – jalan

Mayat yang mati lemas karena ditumpuk bertindih tindih , dan dilemparkan begitu saja ke dalam truck, menurut laporan resmi pemerintah Thailand sekitar 85 orang yang mati saat itu. Tetapi orang kampong bilang jauh lebih banyak dari pada itu.

Tak Bai delapan tahun yang lalu disaat itu bulan Ramadhan, ditengah panas terik mereka dijejerkan dan dibaringkan di pinggir pantai di jalan dan pasir yang panas, diseret dan dilemparkan kedalam truck untuk dijebloskan ke tahanan. Hampir ribuan jumlahnya.

Oktober 2012 yang lalu Buletin Jumat (BJ) berkesempatan mengunjungi Tak Bai, dari Hadyai menuju Narathiwat , mampir beberapa jam di Patani. Sekatan jalan raya dari tumpukan pasir dan gulungan kawat berduri, nyaris terlihat disemua persimpangan. Disamping dipersimpangan jalan, jarak-jarak beberapa kilometer tentara Siam dengan senjata laras panjang terhunus, memeriksa semua kenderaan yang lalu llang dan memeriksa seluruh penumpangnya tanpa terkecuali.

Apalagi menjelang tanggal 24 Oktober 2012 itu, penjagaan semakin diperketat. Memasuki daerah Tak Bai, sepeda motor yang masuk keluar daerah itupun di periksa. Minibus yang ditumpangi BJ, hampir semuanya adalah penduduk Tak Bai yang sedang merayakan Idul Adha 1433 H di sana. Terlihat setiap ada pemeriksaan tentara yang berlebihan, contohnya pasangan yang duduk disamping BJ menarik nafas panjang.

Begitulah kondisi Tak Bai saat BJ kesana, setelah delapan tahun kasus berdarah yang tak pernah dapat perhatian Dunia ini, seakan terlupakan begitu saja, tetapi terlihat pemerintah Siam malah semakin takut dan meningkatkan pengamanan dengan menambah tentara dan sekatan jalan raya dimana-mana, dan tetap juga bom-bom meletup dimana-mana di daerah 4 komplik itu.

Entah sampai bila hal ini berakhir, sudah seratus tahun lamanya. Tak Bai masih seperti dulu, tak ada bangunan yang berubah, Jalan raya yang menghubungkan Patani – Narathiwat , kini dapat di tempu hamper 3 jam itu memang terlihat mulus, dua jalur. Dibangun oleh Kerajaan Siam, tetapi puluhan pos keamanan dengan bentangan kawat berduri dan tumpukan pasir dengan tentara yang terus 24 jam berjaga dengan senapang terhunus, masih juga menjadi pandangan yang dominan bagi para pendatang.

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Sekatan di tengah pekan (bandar) empat wilayah komplik , biasanya tentara ini siaga di tempat-tampat fasiltas kerajaan dan toko warga non muslim

Peristiwa Tak Bai di Narathiwat Thailand, pembunuhan terhadap umat Islam oleh tentara Siam Budha yang kita tahu untuk merengut nyawa serangga saja mereka tidak lakukan, Tetapi mengapa begitu sadisnya mereka menembaki dan membunuh dan mencabut nyawa manusia.

Tak jauh beda umat Budha di Thailand dan umat Budha di Myanmar Burma sana, mengapa mereka begitu bencinya terhadap sesame manusia, yang kebetulan beragama Islam.

Ya Allah tolonglah Saudara kami yang terzolimi di sana……………

4 Tanggapan

  1. Saya ada pandangan yang lain tentang 4 daerah selatan yang bersempadan dengan Malaysia ini.

    Memang manusia sering curiga kepada manusia lain yang tidak sama agama dan suku dengan mereka, hal ini terjadi di mana-mana. Cuma di 4 daerah itu, kecurigaan bertambah kuat bila

    Suka

    • Etnik tersebut gagal mengikut kehendak pemerintah etnik majoriti, iaitu memakai konsep Ratthanium (konsep untuk mengasimilasikan semua warga Thailand berbilang etnik menjadi satu etnik tunggal – Thai).

      Di daerah selatan yang lain iaitu di bahagian barat (Satun, krabi, Phuket dan Ranong),
      konsep ini berhasil, warga Melayu sudah mengaku berbangsa Thai

      Suka

    • Etnik tersebut gagal mengikut kehendak pemerintah etnik majoriti, iaitu memakai konsep Ratthanium (konsep untuk mengasimilasikan semua warga Thailand berbilang etnik menjadi satu etnik tunggal – Thai).

      Di daerah selatan yang lain iaitu di bahagian barat (Satun, krabi, Phuket dan Ranong),
      konsep in
      mengaku berbangsa Thai

      Suka

  2. Etnik tersebut gagal mengikut kehendak pemerintah etnik majoriti, iaitu memakai konsep Ratthanium (konsep untuk mengasimilasikan semua warga Thailand berbilang etnik menjadi satu etnik tunggal – Thai).

    Di daerah selatan yang lain iaitu di bahagian barat (Satun, krabi, Phuket dan Ranong),konsep ini berhasil, warga Melayu sudah bangga mengaku mereka berbangsa Thai beragama Islam. Pemerintah Thailand juga tidak ada halangan mengaku Islam sebagai salah satu agama yang dianuti warganya asal saja, penganutnya menerima konsep Ratthanium itu.

    Penerimaan Thailand terhadap agama islam ini terbukti bila mereka membangunkan Bank Islam khusus untuk mengumpul dana dan membiayai segala hal yang bersangkutan dengan warganya yang beragama islam, malah pengajian-pengajian Islam juga sudah diwujudkan di universiti lokal di sana yang pengajarannya memakai bahasa Thai.

    Di daerah selatan bahagian barat ini juga, kesenian warga Melayu beragama islam juga diakui, ia diangkat dan dipromosikan jadi kesenian lokal daerah kepada pelancong. Cuma sekali lagi, ia harus terikat dengan konsep Ratthanium. Semua kesenian tradisional yang dulunya ada unsur Melayu, harus diganti dengan unsur Thai terutama bahasa dan kostum.

    (mohon saudara penulis blog ini menghapus dua balasan saya di atas kerana isinya sama, cuma ia sudah terkirim lebih dulu sebelum balasannya selesai ditulis gara-gara kerosakan pada kayboard laptop)

    Suka

Tinggalkan komentar