Tok Hakim Ysa Dari Phan Rang Vietnam


sarapan pagi khas vietnam

sarapan pagi khas vietnam

Bersama Yayasan Amal Kedah Malaysia Mengunjungi Saigon. (2)

Pada hari itu juga kamis (6/9), kami putuskan berangkat ke Phan Rang, perjalanan ke daerah terakhir dari kerajaan Islam Champa yang dapat ditaklukkan oleh Vietnam pada tahun 1451 ini kami tempuh dengan perjalanan lebih 8 jam. Bus yang kami tumpangi berjalan perlahan, Spedometer hanya menunjukan angka antara 40 – 60 KM / jam saja. Dan berhenti di beberapa tempat.

Malam itu sebelum berangkat ke Phan Rang, kami shalat jamak takdim di lantai tiga Restoran Shamsudin. Selesai shalat, makanan telah terhidang di meja bulat yang dapat menampung 10 orang itu, bermacam hidangan khas Vietnam telah terhidang, salah satunya  adalah Sop Vietnam, sop ini makanan khas Restoran Shamsudin.
“Tidak pak untuk kali ini tidak usah di bayar” kata Arifin putra pemilik Restoran itu. Saat dr Mahyuddin hendak mebayar harga makanan. Enggak tahu apa yang ada dalam pikiran teman-teman dari Malaysia atas keramahan dan sambutan keluarga Arifin ini terhadap kami. Arifin pernah berkunjung ke Batam bersama keluarganya, beberap saat dulu.

Hari mulai terang, saat kami tiba di stasiun bus di Phan Rang, adalah masih kerabat Arifin juga rumah yang kami datangi dan tempati untuk shalat subuh. Rumah berlantai tiga milik pegawai kesehatan itu, tak jauh dari stasiun bus. Hanya 3 keluarga di tempat itu yang beragama Islam.

Sementara rumah Hasan terletak agak jauh dan diluar Bandar, dari stasiun, kami naik taxi, persawahan luas terbentang di sepanjang kiri dan kanan jalan raya Phang Rang dan jalan ini  juga menuju ke Ha Noi ibukota Vietnam.

Dua tahun  lalu, tak begitu banyak rumah berdiri dipinggir sepanjang jalan ini. Pesat betul pertumbuhan ekonomi Vietnam kalau itulah salah satu indikator tolok ukurnya.

Hampir semua rumah rumah penduduk disitu terbuat dari batu (permanen), itu yang membuat pak Mukhtar berkomentar. Orang Vietnam kaya-kaya belaka. Tak ada rumah terbuat dari gubuk kayu reot yang terlihat. Bahkan hal itu pun tak terlihat di perkampungan Islam suku Bani yang kami kunjungi.

Thap Dai Truong Tho artinya anak lelaki pertama Thap itu lah nama asli Hasan sambil senyum menjelaskan bahwa harga kayu lebih mahal dari pada batu bata, tiang kayu lebih mahal dari pada tiang broti. Bata disana di buat dan di cetak sendiri, sementara tiang untuk bangunan itu di buat dan dicor terlebih dahulu dengan ukuran kayu broti sesuai ukuran standar, seperti 4 x 4. “Tapi cobalah dilihat ke dalam pak, apa isinya “ jelas Hasan lagi. Dan ada sedikit kekhasan rumah rumah penduduk di Vietnam nyaris tak memakai rabung, jadi memanjang saja kebelakang dan dinding depan lebih tinggi dari belakang, dan struktur atap mengikuti pasangan bata nyaris tanpa kayu.

Tok Hakim Ysa kanan, Hasan tengah sebagai penterjemah

Tok Hakim Ysa kanan, Hasan tengah sebagai penterjemah

Selepas sarapan pagi, di rumah Hasan, kami berangkat ke rumah pak Isa. Meskipun Vietnam penghasil beras terbesar di Asia Tenggara tetapi masyarakat disana tidak sarapan pagi dengan nasi seperti kebanyakan dan umumnya masyarakat petani di Indonesia, mereka disana makan roti. Roti kering tawar ini banyak di jual-jual di pinggir jalan, dan juga dijajahkan. Roti itu dimakan dengan berjenis sayuran segar, ditaburi semacam bumbu khas Vietnam dan kecap serta telur mata sapi.

Dua tahun lalu saat berkunjung ke Saigon, pukul 9 malam waktu setempat, tuan rumah tempat yang sedang  kita kunjungi sudah wanti-wanti agar kita segera balik ke bilik Hotel. Jangan harap rombongan seperti kami yang keberadaannya sudah diketahui oleh penduduk lain, dapat menginap di rumah penduduk sabagai tamu apalagi mau tidur di Masjid sebagaimana yang acap kami lakukan di seluruh wilayah Thailand.

Di Vietnam sulit sekali kita mendapatkan keleluasaan untuk menginap di rumah kenalan, harus mendapat izin terlebih dahulu dari aparat yang berwenang dan itu harus jauh – jauh hari. Namun kini meskipun tidak semudah kalau kita berada dan bermalam dirumah kenalan di Kamboja dan Thailand, maupun di Laos. Kami dengan mudah dapat bermalam kapan  saja, agaknya itu berkat adanya Islamic Community Of Ninh Thuan Province (RIC-NT) yang menjadi Representative Board dari RIC-NT ini adalah pensiunan pegawai lumayan tinggi dan berpengaruh dari Vietnam bernama Haji Ysa Thanh Thanh Tam .

Haji Ysa ini tinggal di daerah kampong Van Lam (Bang Lam), kampong Bang Lam ini hampir seluruh penduduk nya beragama Islam, yaitu tadi Islam Baru dan Islam Bani. Ada empat masjid besar di kampong Bang Lam ini semua Imam masjid ke empat masjid itu berada dibawah koordinasi pak Ysa.
Malah bahkan bukan keempat masjid itu saja sampai ke seluruh masjid yang ada di Ho Chi Min suara pak Haji yang tak bisa berbahasa melayu ini di dengar oleh Imam-Imam masjid. Di  seluruh provinsi Thian Yinh daerah perbatasan Vietnam dengan Kamboja itu misalnya, disitu ada 7 buah masjid. di Long Khan ada 2 masjid, bahkan satu masjidnya cukup besar dibangun oleh UEA seharga 95.000 US $. Sementara di Chaou Doc daerah yang dekat perbatasan Phom Phen Kamboja, daerah Chou Doc ini tempat paling banyak masjid dan penduduk Vietnam yang muslim, belasan masjid disitu, semua Imam Masjid itu mendengarkan kata pak Haji Ysa lelaki yang berusia menjelang 60 tahun ini.

Tok Hakim demikian Haji Ysa biasa di panggil, “pak Imbalo hubungi saja beliau “ tulis Basirun dari Kajang Malaysia, Basirun candidat Phd dari Universitas Islam Malaysia jurusan Bahasa Arab ini adalah penduduk kampong Bang Lam Provinsi Phang Rang. Agaknya Basirun lah satu satunya penduduk kampong itu yang mengenyam pendidikan setinggi itu, namun ada sedikit kemasygulan bagi Basirun, hingga kini Basirun masih mengantongi passport Kamboja. Tak mudah baginya mendapatkan izin dari pemerintah Sosialis yang rada-rada komunis seperti Vietnam ketika itu untuk belajar Islam di luar Negeri. Orang-Orang seperti Basirun tidak sendiri, ada beberapa orang terpelajar asal Vietnam yang terpaksa mengantongi passport Kamboja.

Agaknya Basirun telah menghubungi pakciknya itu, dirumah pak Ysa  itu pun sudah tersedia hidangan sarapan pagi yang lebih spesipik dan khas Vietnam. (bersambung)

Satu Tanggapan

  1. serasa di vietnam nih..kalo baca tulisan bapak

    Suka

Tinggalkan komentar