Islam di Vietnam (2)


Kerajan Islam Champa

Bersama Tuk Hakim panggilan untuk tetua kampung orang yang berhak menikahkan pasangan yang akan melangsungkan perkawinan di kampung yang sama di provinsi Phang Rang Vietnam sebelah kiri saya adalah Imam Masjid bernama Haji Yahya melaksanakan syariat Islam, di sebelah kakan adalah Tuk Hakim dari Suku Champa Bani Imam masjid yang hanya shalat jumat saja itu pun hanya dua kali sebulan dan jamaah tak perlu shalat di wakilkan 19 Imam yang diangkat, kedua mereka ini adalah abang beradik.

Kerajaan Islam Champa dulu wilayahnya meliputi Vietnam Tengah hingga ke Selatan kini. Dalam sejarah penaklukan  Vietnam terhadap kerajaan Islam  Champa, Phan Rang yang terletak di Selatan ini adalah daerah paling  terakhir yang dapat ditaklukkan oleh Vietnam. Itu mungkin agaknya daerah ini masih banyak penganut Islamnya.

Siang itu setelah istirahat dan makan di rumah Sani,  kami berkunjung ke rumah Tok Hakim,  Sani yang menjadi juru bahasa,  akrab terasa  dalam perbualan di rumah Tok Hakim itu. Terkadang diselingi dengan tertawa, memang lucu suasa itu jadinya karena dalam hal bahasa,  lumayan banyak kosa kata bahasa Melayu yang hampir sama bahkan sama  penyebutannya dengan bahasa Champa.

Ada belasan orang yang hadir didalam  rumah Tok Hakim itu, ada yang berselonjor kaki di lantai dan tak berbaju, karena memang tak ada perangkat meja kursi disitu.  Ada yang duduk-duduk di diberanda diatas balai-balai. Terkadang mereka melirik kami kedalam yang sedang bercerita dan tertawa. Beberapa orang ibu-ibu tetangga Tok Hakim, terlihat berdiri dipagar bambu batas halaman rumah.  Persis layaknya seperti di kampung – kampung kita di Indonesia.

Kemudian Tok Hakim mengeluarkan sebuah buku berwarna coklat dari dalam laci tempat tidurnya, tempat tidur Tok Hakim ini berfungsi juga sebagaai tempat duduk menerima tamunya, di tempat tidur yang beralaskan tikar pandan itulah aku duduk berhadap hadapan dengan Tok Hakim.   Buku yang dikeluarkan Tok Hakim tadi, tak ada judul yang terlihat disampulnya.

Disodorkannya buku itu kepadaku. Ukuran buku itu sekitar 20 x 20 cm dan tebalnya sekitar 1 cm.  Buku itu agaknya  kitab pedoman agama Islam suku Champa Bani, semacam kitab suci. Tulisannya,  huruf hijaiyah (Arab). Tetapi susunan kalimat yang terdapat dalam buku itu, bukan seperti susunan kalimat dalam Al-Quran pada umumnya, meskipun bacaannya sebagian adalah ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran, seperti surat  Al-Fatihah, An-Nas,  Al – Ikhlas misalnya, dan banyak lagi tulisan yang aku tak dapat membacanya.

Tok Hakim mengangkat kakinya diatas dipan dan bersila, hal itupun kuikuti sehingga kami duduk rapat karena memang harus demikian untuk dapat melihat dan membaca buku itu bersama-sama.  Kuulurkan kembali  buku itu kepada Tok Hakim.  Halaman demi halaman dibukanya kitab itu di depanku. Dan disuruhnya aku membacanya pada halaman yang ditunjuknya. Tok Hakim tersenyum  saat kubaca tulisan yang tertera pada buku itu. Dia berkomentar yang tak dapat kumengerti, mungkin agaknya salah bacaan ku tadi, Sani pun tersenyum mendengar komentar Tok Hakim.

Lantas kuminta Tok Hakim pula, gantian yang membacanya. Salah satu bunyinya seperti ini : ” Bismillahirohmani rohimik”. Ujung kalimat itu tidak ditutup dengan him, tetapi dilanjut dengan seperti bunyi ada huruf k diujungnya jadi mik . “Alhamdulilahirobbil alaminak”.  Hampir semua demikian yaitu  semua akhir kalimat terdengar bunyi huruf  k diujungnya.  Yang lebih spesipik lagi Kitab itu ditulis tangan. Terkadang akhir dari satu kalimat huruf yang tertulis di kitab itu tidak sama besarnya .

Pra Islam di Champa

Danang, diperkirakan tapak lokasi pusat Kerajaan Islam Champa, teluk yang sangat Indah di Vietnam.  Kunming ada Provinsi Yunan di China provinsi ini berbatasan dengan Laos. Ratusan ribu muslim disitu. Yangon ada di Burma Miyanmar sekarang, Umat Islam paling tertindas di Asean.

Danang, diperkirakan tapak lokasi pusat Kerajaan Islam Champa, teluk yang sangat Indah di Vietnam. Kunming ada Provinsi Yunan di China provinsi ini berbatasan dengan Laos. Ratusan ribu muslim disitu. Yangon ada di Burma Miyanmar sekarang, Umat Islam paling tertindas di Asean. Poto ini diambil di Utara Thailand.

Dulu kota Phan Rang ini disebut Panduranga, agak ke Utara dari Phan Rang ada satu lagi kota namanya Nha Trang, kota ini dulu bernama Kauthara, semua nama kota di Kerajan Champa berbau  Hindu. Tetapi dulunya semua kota kota itu penduduknya beragama Islam.

Islam memasuki Champa sebelum abad ke 10, bahkan pengaruh kerajaan Islam Champa ini sangat besar terhadap kerajaan di Indonesia.  Salah seorang putrinya menikah dengan Raja Jawa. Meskipun sudah Islam namun  pengaruh Hindu  masih melekat  terhadap mereka,  sama dengan di Indonesia. Salah satu suku Champa sebagaimana kata Sani yaitu suku Champa Balamon, yang tata cara keagamannya seperti Hindu.

Karena lama ditaklukkan Vietnam yang Hindu membuat Islam tak dapat berkembang disana boleh dikatakan nyaris punah, disamping itu letak topographi Champa yang berdekatan dengan China sangat besar pengaruhnya dalam penaklukan kerjaan Islam Champa.  Jadi dalam hal ini,  penaklukan kerjaan Islam Champa tak lepas dari bantuan  China yang berfahaman komunis. Dan Vietnam adalah salah satu negara berfaham  Komunis.

Agak berbeda dengan besannya Indonesia, meskipun dalam kajian sejarah, awal Islam masuk ke Indonesia bukan karena perkawinan Putri Champa  semata, ada yang melalui perdagangan antara bangsa, seperti pedagang dari Gujarat misalnya. Kita tak pernah mendengar Islam masuk ke Indonesia melalui penjajahan.

Indonesia yang dijajah Belanda, Inggris yang beragama Kristen, sementara Kerajaan dibagian Timur seperti Ternate Tidore  pula,  awalnya dikuasi oleh Portugis yang Katolik, Penjajah yang juga menyebarkan agamanya itu  tidak mampu memusnahkan Islam dari bumi Indonesia. Mereka tak mampu mengkristenkan Sumatera, meskipun dicoba masuk melalui Tapanuli untuk memecah konsentari kekuatan Aceh di utara dan begitu gigihnya perang Paderi di selatan.  Dan kita masih ingat Sisingamangaraja XII selama 25 tahun bergeriliya mempertahankan kerajaannya dari jajahan Belanda. Kalau bukan karena ditipu penjajah Belanda , dan terbunuhnya putri Sisingamangaraja XII . Akan lain ceritanya.

“Besok ada orang suku Champa Bani nak kawin, kita kesana.” ajak Sani kepadaku. (bersambung)

5 Tanggapan

  1. Cerita ini menarik, layak untuk ditulis dalam sebuah buku sejarah sederhana dan populer.

    Suka

  2. menarik artikelnya…nambah pengetahuan lagi deh…:)

    Suka

  3. Kok cari sponsor pak… itu mah pak Sy,P.hD… ke penerbit aja pak… ,malah royalty, bukan kira yg kelar duit… atau ke http://melayuonline.com

    Suka

Tinggalkan komentar