Awang Sabtu, Muslim Yang Tersisa dari Pulau Caros


Awang Sabtu,  adalah penduduk pulau Caros, pulau kecil ini terletak kearah timur dari Pulau Rempang. Untuk mencapai kampung pak Awang Sabtu ini kita harus naik pompong terlebih dahulu dari dermaga kampung Sembulang Rempang. Tetapi bisa juga, pulau yang hanya berpenghuni sekitar 10 kepala keluarga itu, dicapai melalui Dapur Tiga Pulau Galang.

Awal Maret 2011 yang lalu, kami mengunjungi kampung pak Awang. Dari Batam berkenderaan roda empat, sampai ke kampung Sembulang, kami naik pompong, yang memang banyak terdapat di dermaga, ongkosnya seratus lima puluh ribu rupiah, pulang pergi. Pak Awang, pria paroh baya ini masih kerabat pak Pinci dari Tia Wangkang, pak Pinci yang memberitahukan kepada kami , bahwa di kampung Caros ada keluarga suku laut yang beragama Islam.

rumah di kampung caros

rumah di kampung caros

Bukan main senang nya hati pak Awang melihat pompong kami merapat ke tangga rumahnya. Tangga rumah itu pun berfungsi sebagai pelantar menuju daratan. Rumah panggung diatas air itu terlihat reot. Kami harus hati-hati melangkah dipelantar, yang memang sudah lapuk dan bergoyang goyang.

Rencana di kampung Caros, tempat puluhan tahun pak Awang bermukim bersama keluarganya itu, akan kami bangun sebuah mushala kecil.

Pak Awang mempunya 8 orang putra dan putri, lima dari delapan anak-anak pak Awang tadi sudah menikah dan ironisnya pula, sudah berpindah agama, tinggal 3 orang lagi yang masih Islam, mengikut agama pak Awang, itupun karena usianya masih kecil.

Nyaris tak seorang pun saudara muslim yang sudi mampir ke kampung pak Awang ini. Apalagi Dai yang akan mengajarkan Islam. Sementara RT kampung dapur arang ini nun jauh dekat Karas sana. Jadi tak heran lah kalau semua anak pak Awang yang sudah bekeluarga tadi berpindah agama.

Tanjung Malang

“Disini saja lah di bangun mushala tu” pinta pak Awang setelah kami sampai di darat. Seraya menunjukan lokasi tempat akan didirikan mushala itu, tanah disitu terlihat lapang, agaknya sudah di babat pak Awang sebelum kami datang, karena beberapa hari sebelum nya, sudah kami kabarkan kepada pak Awang kalau akan datang ke kampung Caros itu.

Terlihat ada jalan setapak arah ke dalam hutan. Ternyata jalan setapak itu menuju ke kampung Tanjung Malang. “Di Tanjung Malang pun ada beberapa keluarga Suku Laut yang beragama Islam”. kata pak Awang. Jadi mushala yang akan didirikan ini pun bisa juga buat anak anak dari kampung Tanjung Malang datang ke Caros dengan berjalan kaki untuk mengaji.

Terharu

Entah apa agaknya yang ada di benak pak Awang , setelah kami sepakat sesegera mungkin mendirikan mushala disitu. Agar anak – anak pak Awang yang masih tersisa dalam Islam,  boleh belajar Agama, terutama belajar mengaji. Tiba – tiba pak Awang memeluk ku , terlihat matanya berkaca kaca. Dia sungguh terharu, lama sekali pak Awang mengharapkan adanya mushala di kampung itu. Mushala sebagai simbol ke-Islaman baginya, sebenarnya tak tega dia melepaskan anak-anaknya berpindah agama.  Tetapi apa dayanya, dia pun tak tahu bagaimana menjelaskan soal Ke Tuhanan terhadap anak-anaknya.

Harapan pak Awang setelah selesai di bangun mushala itu nanti, hendaknya adalah seorang yang mengerti tentang Islam berkenan datang ke Kampung Caros , untuk mengajarkan Islam .
“Saya akan berusaha, anak-anak saya kembali kepangkuan Islam” ujar pak Awang berharap.