Suara Azan Mengantar Lee Shin Kuang Menjadi Muslim


Rudi sedang berbincang dengan Dedy Azhar ketua KTMB

Rudi sedang berbincang dengan Dedy Azhar ketua KTMB

Setahun setelah tinggal di daerah Pademangan Jakarta, Lee Shin Kuang tergerak hatinya mengenal Islam. Lee Shin Kuang atau yang akrab di panggil A kuang ini hampir setiap hari mendengar suara azan yang berkumandang tak jauh dari tempat kost nya.

Setammat dari SLTA tahun 2005 di Pekan Baru A kuang berangkat ke Jakarta, rencana hendak melanjutkan studi dan sembari bekerja. “Di dekat tempat kost saya ada masjid pak” ujar A kuang, ” Dan tak asing bagi saya suara itu” lanjut Akuang lagi.  Lagian Akuang  saat di Pekan Baru bersekolah di SMA Nurul Falah sebuah Yayasan Islam. Tahun 2006  A kuang mengucapkan dua kalimat syahadat di depan imam masjid Istiqlal Jakarta.

Sejak tahun 2008 A kuang menetap di Batam.  Akuang atau Rudi Gunawan alias Lee Shin Kuang ini sehari – hari bekerja di sebuah perusahaan penyuplai minuman. PT Marsenta Mitra namanya. Dia sering datang ke tempat kami di Bengkong Polisi. Malah boleh dikatakan rutin, karena kami pun menjual produk yang dipasarkan nya. Itulah sebabnya aku sering bertemu dengan A kuang.

Siapa sangka kalau dia seorang muslim, karena wajah dan tampang seperti A kuang ini banyak yang datang ke mini market kami. Maklum hampir semua distributor makanan dan minuman serta bahan sembako lainnya yang ada di Batam semua di kelola oleh warga keturunan Tiong Hoa.

Rudi alias Lee Shin Kuang dan Dedi Azhar alias Leim Kok Seng..

Rudi alias Lee Shin Kuang dan Dedi Azhar alias Liem Kok Seng..

Tengah hari itu sengaja kusapa A kuang karena dia sedang duduk sendirian menunggu pembayaran tagihan.  Ternyata A kuang mengenal ku dan sering membaca tulisan yang ada di Buletin Jumat yang diterbitkan Yayasan Lembaga Konsumen Muslim (YLKM) Batam yang memang kami kelola. Aku terkesima saaat A kuang menyebut Buletin Jumat, dalam hatiku bertanya  “koq orang China baca Buletin Jumat ya”?..  Melihat aku agak tertegun sejenak Akuang menjelaskan kalau dianya muslim  dan sering shalat Jumat di Masjid Pelita. “Iya pak terkadang aku enggak dapat baca (buletin jumat) karena sudah habis” kata A kuang. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

Pengajian KTBM

Sama dengan Tiong Hoa muslim lainnya yang baru memeluk Islam, agak sulit bagi mereka di Batam ini untuk belajar  memperdalam agama, karena belum begitu banyak tempat pilihan lain.   Di Masjid Raya Batam misalnya, adanya bimbingan muallaf hanya ada di siang hari. Sementara di siang hari hampir semua kaum lelaki seperti Rudi demikian A kuang dipanggil oleh teman-temannya adalah saat bekerja. ” Sebagai pekerja , makan gaji tak mungkin kami meninggalkan kerjaan pak” ujar Rudi.

Itulah sebabnya adanya pengajian Komunitas Tiong Hoa Muslim Batam (KTMB) yang diadakan setiap Rabu malam setiap pekannya yang di mulai selepas shalat Isya di Komplek Sekolah Islam Hang Tuah Jalan Ranai no 11 menjadi alternatif.

Rudi masih bujangan, dengan tersenyum malu malu Rudi mengatakan kalau kini dia sudah ada dekat dengan seorang wanita.   “Baru kenalan pak, insyaaallah kalau ada jodoh” kata Rudi.

Rudi pun tidak pulang ke Pekan Baru saat imlek kemarin. “Biasa saja pak karena sudah beberapa kali imlek, aku tak ikut lagi, ya sejak muslim.” jelas Rudi lagi. Kedua orang tua Rudi masih menganut Budha, dan keluarga besar nya  maklum atas pilihan Rudi menganut Islam.

4 Tanggapan

  1. ceritanya mengharukan, saya malah jadi malu setelah membaca cerita ini. saya islam sejak lahir, tapi masih kurang untuk instropeksi diri sendiri

    Suka

  2. sebenarnya dengan pernyataan yang ditulis diatas sudah menunjukkan kalau adepane tanda-tanda orang yang beriman…….

    Suka

  3. jadi kalau menurut mas, apa sikap baik yang sebaiknya saya lakukan. karena kondisi saya sekarang ini berada di lingkungan yang kurang sehat, dalam hal ini saya anak kost, dan masih gampang terpengaruh, juga disebabkan saya tidak cukup finansial untuk pindah ketempat yang lebih baik.

    Suka

Tinggalkan komentar