Bandar Udara kebanggaan Batam ini konon kabar nya merugi, itu lah salah satu alasan kenaikan tarif air port tax menjadi 30 ribu rupiah. Semula hanya 13 ribu rupiah.
Sekarang sudah ada petugas perempuan memeriksa tiket penumpang yang akan masuk ke dalam tempat chek in, yang tugas nya antara lain tidak membenarkan orang yang tidak mempunyai tiket atau pun pass bandara masuk ke dalam. Pengantar cukup di luar saja. Sebagaian dari pendapatan bukan pajak itu membayar gaji mereka.
Bandara Hang Nadim, hanyalah bandara tingkat provinsi, meskipun status internasional, Di bandara Swarnabumi Bangkok Thailand pengantar dapat masuk ke dalam sampai ke tempat chek in, padahal Hang Nadim jauh lebih kecil dari Don Muang (Bangkok) yang hanya melayani route domestik saja. Di Swarnabumi dan Don Muang banyak terdapat kantin dan counter counter menjual cendera mata. Pengantar pun bisa makan minum di dalam sembari menunggu teman atau relasi yang diantar mau pun di jemput.
Di Hatyai provinsi Yala Thailand Selatan bandara nya hampir sama besar dengan bandara Hang Nadim, tak ada petugas perempuan seperti di bandara Hang Nadim yang kerja nya cuma melihat apakah yang masuk membawa tiket. Disitu hanya ada petugas pemeriksaan X tray.
Begitu pun di Chiang Mai, Tahiland Utara bandara ini pun hampir sama besar nya dengan Hang Nadim , pengantar bebas masuk ke dalam tetap di x tray, untuk makan minum disitu. Bandara ini pun melayani route internasional. Dengan di benarkan nya pengantar masuk, penyewa tenant tak terlalu merugi seperti di bandara Hang Nadim.
Di Changi pun untuk ke Bugdet terminal (low cost) disediakan bus dan bisa keterminal A & B, pengantar pun tak di persulit masuk. Malah untuk menunggu penerbangan berikut nya dan penerbangan lanjutan banyak calon penumpang dan pengantar tidur disitu.
Karena tidak selalu tepat jam penerbangan, terkadang kita menunggu sampai 8 dan 10 jam bandara malah tekadang lebih, dan tidak selalu harus membawa lembaran tiket untuk masuk ke tempat chek in. Kalau membeli tiket on line cukup dengan menyebutkan kode booking dan sedikit print print nan kita sudah dapat di layani dengan baik.
Pengalaman penulis pulang dari Kamboja menuju Batam, penerbangan via Swarnabumi Bangkok, dari Bangkok ke Senai di Johor Bahru, menunggu conecting sampai 8 jam, kenapa ke Johor Bharu tidak ke Kuala Lumpur, karena dari Johor Bahru bisa ke Stulang Laut dengan ferry ke langsung Batam.
Di Sepang Kuala Lumpur pun apalagi di Low Cost Terminal yang baru baru ini terbakar, pengantar dapat masuk untuk minum- minum sembari berbual bual dengan yang akan bepergian. Tidak harus di luar seperti bandara Hang Nadim, kantin di Bandara Hang Nadim disitu di penuhi oleh supir taxi yang duduk – duduk saja karena memang tidak cukup bangku-bangku yang disediakan oleh pihak bandara dan repot nya lagi kalau kita membawa barang-barang dan troly bila hendak hendak makan masuk restoran. Ya kalau di letakkan agak jauh takut barang nya hilang.
Filed under: berita, catatan harian, etika, hukum, indonesia, internasional, Lain-Lain, otorita batam, pajak, pariwisata, pemerintah, pemko batam, penerbangan, prilaku, Sosial |
gantengnya anak berbaju kuning itu…
SukaSuka
@Model
narsis ………….he he he he
SukaSuka
kok kayaknya ada foto lagi di pakistan pak??
SukaSuka
@zuri
yang mana ya?………………
SukaSuka